BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab
yang paling banyak dan paling kerap dibaca dan didengar orang di seluruh dunia.
Setidak-tidaknya lima kali dalam sehari seluruh umat Islam membacanya dalam
sholat. Setiap muslim harus percaya bahwa al-Qur’an adalah sumber nilai dan
ajaran yang paling utama.
Al-Qur’an adalah firman /
kalam Allah yang merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan berupa wahyu
kepada Rasulullah Muhammad saw. Al-Qur’an dikumpulkan pada satu mushaf mulai
dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Naas dan dinukil kepada kita secara
mutawatir, membaca dan mempelajarinya nya merupakan ibadah yang mendapat
pahala.
Kita sendiri sebagai umat
muslim yang beriman wajib mengetahui pengertian dari al-Qur’an itu sendiri.
Selain itu kita juga harus memahami keutamaan-keutamaan dalam mempelajari,
membaca, mengajarkan, dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an beserta Dalil-Dalil
dan Hikmahnya. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang
berinteraksi dengan al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian al-Qur’an?
2. Bagaimana hadits tentang keutamaan
mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an?
3. Apa saja manfaat yang dapat diambil
setelah mempelajari hadits tentang dorongan mempelajari dan mengajarkan
al-Qur’an?
4. Bagaimana Dalil Al-Qur’an tentang
mempelajari Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah firman
Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara
mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah.
Al- Qur’an merupakan kalam
Allah yang merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab Allah lain yang diturunkan pada
nabi-nabi sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur). Al-Qur’an yang merupakan kitab
Universal, yang digunakan sebagai pedoman bagi setiap insan yang ada di dunia
ini dalam menapaki hidup, agar selamat dan berhasil baik di dunia maupun di
akhirat.
Orang muslim beriman bahwa
al-Qur’an al-Karim adalah firman Allah Ta’ala yang diturunkan kepada manusia
terbaik, nabi terbaik dan Rasul termulia, Muhammad Saw, sebagaimana Allah
menurunkan kitab-kitab lain kepada rasul-rasul sebelumnya. Orang muslim juga
meyakini bahwa Al-Qur’an dengan hukum-hukumnya itu menghapus semua hukum pada
kitab-kitab samawi terdahulu. Sebagaimana risalah pembawanya (Rasulullah Saw)
itu menghapus semua risalah terdahulu.[1]
B. Hadits tentang Dorongan untuk Mempelajari
Serta Mengajarkan Al-Qur’an
Mempelajari Al-Qur`an
adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat
membaca Al-Qur`an benar. Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu
mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum
tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan
sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan
mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama.
Namun demikian, meskipun
orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan
Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih
baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya,
orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada
orang lain apa yang telah dipelajarinya.
Adapun di antara keutamaan
mempelajari dan mengajarkan al-Qur`an dari sunnah Rasulullah SAW adalah:
Hadits ke-1:
4653 - حدثنا آدم حدثنا شعبة حدثنا قتادة قال سمعت زرارة بن أوفى يحدث عن سعد بن هشام عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال
: ( مثل الذي يقرأ القرآن وهو حافظ له مع السفرة الكرام البررة ومثل الذي يقرأ وهو يتعاهده وهو عليه شديد فله أجران )
Artinya:
Dari ‘Aisyah berkata bahwa
Rasulullah Saw bersabda , “Orang yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama
malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata membaca al
Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua
kali.” (HR. Bukhari)
Maksudnya:
Yang disebut “orang yang
ahli dalam Al-Qur’an” adalah orang yang hafal Al-Qur’an dan senantiasa
membacanya, apalagi dengan memahami arti dan maksudnya. Dan yang dimaksud
‘bersama-sama malaikat’ adalah ia termasuk golongan yang memindahkan
Al-qur’anul-Karim dari Lauhul Mahfudz dan menyampaikannya kepada orang lain
melalui bacaanya. Dengan demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Juga
dapat berarti : Ia akan bersama para malaikat pada hari Mahsyar nanti. Dan
orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an akan memperoleh dua pahala; satu
pahala karena bacaanya, dan satunya lagi karena kesungguhannya mempelajari
Al-Qur’an berkali-kali.
Tetapi bukan berarti
pahalanya akan melebihi pahala ahli Al-Qur’an. Orang yang ahli membaca
Al-Qur’an tentu akan memperoleh derajat yang istimewa, yaitu bersama para
malaikat khusus. Maksud yang sebenarnya, bahwa dengan bersusah payah
mempelajari Al-Qur’an akan menghasilkan pahala ganda, sehingga tidak semestinya
kita meninggalkan bacaan Al-Qur’an, walaupun menghadapi kesulitan dalam
membacannya.
Hadits Ke-2:
1454 - حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عُثْمَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ ».
Artinya:
“Usman bin Affan berkata,
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Maksudnya:
Keutamaan yang disebutkan
menurut terjemahan di atas diperuntukan bagi orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya kepada orang lain.
Hadits Ke-3:
4740 - حدثنا أبو نعيم حدثنا سفيان عن علقمة بن مرثد عن أبي عبد الرحمن السلمي عن عثمان بن عفان قال قال النبي صلى الله عليه و سلم
: ( إن أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه )
Artinya:
Usman bin Affan berkata,
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian
adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Maksudnya:
Dalam hadits di atas,
terdapat amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di
antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan
mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik
belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di
sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an adalah kalam Allah,
firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat
Jibril. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.
Hadits Ke-4:
عَن اَبٍي سَعيدٍ رَضَي اللٌهُ عَنهٌ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌه صَلٌى اللٌه عَلَيهٍ وَسَلٌمَ يَقُولُ الرَبُ تَبَاَركَ وَتَعَالى مَن شَغَلَهُ الُقرُانُ عَن ذَكرِي وَمَسْئلَتيِ اَعطَيتُه اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً وَفَضلُ كَلآمِ اللٌه عَلى سَائِرِ الكَلآمِ كَفَضلِ اللٌه عَلى خَلقِه
Artinya:
Dari Abu Sa’id r.a.,
bersabda Rasulullah S.A.W.,”Rabb Tabaraka wa ta’ala berfirman,’Barang siapa
disibukkan dengan Al-Qur’an daripada berdzikir an berdo’a kepada-Ku, niscaya
Aku beri ia sesuatu yang terbaik yang aku berikan kepada orang yang meminta
kepada-Ku. Dan keutamaan Kalamullah terhadap kalam lainnya seperti keutama’an
Allah terhadap makhluk-Nya.”(H.R :Tirmidzi)
Maksudnya:
Seseorang yang sibuk
menghafal, mempelajari, atau memahami Al-Qur’an sehingga tidak sempat berdo’a,
maka Allah SWT akan memberinya sesuatu yang lebih utama dari pada yang telah
diberikan kepada orang yang berdo’a. Sebagaimana dalam urusan keduniaan , jika
seorang akan membagikan kue atau makanan kepada orang banyak, lalu ia memilih
seseorang untuk membagikannya, maka bagian untuk orang yang bertugas
membagikannya akan disisihkan terlebih dahulu. Mengenai kesibukkan orang yang
selalu membaca Al-Qur’an telah di sebutkan di dalam hadits lain, bahwa Allah
SWT akan mengaruniakan pahala kepadanya yang lebih baik daripada pahala orang
yang selalu bersyukur.
Hadits Ke-5:
عَن عُقبةً بنِ عَامِرٍ رَضيِ اللٌهٌ عَنهٌ قَالَ خَرَجَ عَلَينًا رَسُولٌ اللٌه صَلْي اللٌه عَلَيهِ وَسَلٌمَ وَنخَنُ فيِ الصفٌةِ فَقَالَ اَيٌكُم يُحبٌ اَن يَغدُ وَ كُلٌ يَومٍ اِلي بُطحَانَ اَواَلى الَعقَيقَ فَيَاٌتيِ بِنَاقَتَينِ كَومَاوَينِ فِي غَيِر اِثمٍ وَلآ قَظيعَةِ رَحَمٍ فَقُلنَا يَارَسُولَ اللٌهِ كُلٌنَا نُحِبٌ ذَالِكَ قَالَ اَفَلآ يَغدُو اَحَدُكُمَ اِلَى المسَجِدِ فَيَتَعَلَمَ اَوفَيَقَرٌاَ ايَتَينِ مِن كِتَابِ اللٌه خَيرٌلَه مِن نَاقَتَينِ وَثَلآثُ خَيرُلَه مِن ثَلآثٍ وَاَربَعُ خَيرُلَه من اربع ومن اعدادهن من الأبل).
Artinya:
Dari Uqbah bin Amir r.a.,
ia menceritakan, “Rasulullah saw. Datang menemui kami di shuffah, lalu beliau
bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar
Buth-han atau Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari
jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?’
Kami menjawab, Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.’ Rasululullah saw.
Bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak kemasjid lalu mempelajari
atau membaca dua buah ayat al Qur’an (padahal yang demikian itu) lebih baik baginya
dari pada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta
betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada empat
ekor unta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah
yang sama dari unta-unta.” (Hr. Muslim)
Maksudnya:
Shuffah adalah sebuah
lantai khusus di masjid Nabawi, tempat orang-orang miskin Muhajirin tinggal
disana. Jumlah sahabat ahlush-shuffah selalu berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan Buthhan dan Aqiq adalah nama dua tempat di Madinah sebagai pasar
perdagangan unta. Orang arab sangat menyukai unta, terutama unta betina yang
berpunuk besar.
Maksud ‘tanpa berbuat
dosa’ adalah tanpa suatu usaha. Bukan sebagaimana harta seseorang yang dapat
bertambah banyak melalaui pemerasan atau mencuri dari orang lain, atau dari
merampas warisan sesama saudara. Oleh sebab itu, Rasulullah S.A.W., menafikan
semua cara itu, yaitu tanpa bersusah payah sama sekali atau berbuat dosa. Semua
orang tentu senang Ketika memperolehnya, tetapi disebutkan bahwa mempelajari
beberapa ayat Al-Qur’an itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan
semua itu. Hendaknya kita meyakini bahwa seekor atau dua ekor unta sama sekali
tidak sebanding, bahkan walaupun dibandingkan dengan satu kerajaan seluas tujuh
benua, semua pasti akan di tinggalkan. Jika bukan hari ini tentu pada hari
esok, ketika maut menjemput, pasti semuanya terpaksa harus berpisah.
Sebaliknya, pahala membaca satu ayat Al-Qur’an akan bermanfa’at selama-lamanya.
Dalam urusan keduniaan kita dapat menyaksikan bahwa seseorang yang diberi satu
rupiah tanpa beban tanggung jawab apapun akan lebih senang daripada di pinjami
seribu rupiah agar disimpan olehnya, tetapi kelak akan di ambil lagi karena ia
terbebani amanah tanpa mendapatkan manfaat sedikitpun.
Inti maksud hadits di atas
adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana dengan sesuatu
yang abadi. Ketika seseorang diam atau bergerak, hendaknya selalu berpikir
apakah dirinya sedang berbuat sesuatu yang sementara dan sia-sia atau sesuatu
yang kekal dan bermanfaat? Betapa rugi waktu yang hanya di gunakan untuk
mencari bencana yang abadi. Pada hakikatnya, kaum muslimin hendaknya memikirkan
betapa mereka telah mengorbankan keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan
dunia yang sedikit ini.
Hadits Ke-6:
4208 - حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير . حدثنا أبي ومحمد بن بشر قالا حدثنا إسماعيل ابن أبي خالد عن قيس بن أبي حازم عن عبد الله بن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( لا حسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق . ورجل آتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلمها )
Artinya:
Dari Abdullah bin Mas’ud
berkata bahwa Rasulullah Saw Bersabda, “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati)
kecuali terhadap dua orang: Orang laki-laki yang diberi harta oleh Allah, maka
ia menghabiskan hartanya dalam kebenaran. Dan seorang laki-laki yang diberi
hikmah oleh Allah maka ia mengamalkan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Maksudnya:
Pada umumnya banyak
dinukilkan di dalam Al-Qur’an dan hadits mengenai keburukan hasad, yang
hukumnya mutlak dilarang. Sedangkan menurut hadits di atas, ada dua jenis orang
yang kita dibolehkan hasad kepadanya. Disebabkan demikian banyak riwayat
terkenal mengenai keharamannya, maka alim ulama menjelaskan hasad dalam hadits
ini dengan dua maksud :
1. Hasad dengan makna risyk yang dalam
bahasa arab disebut ghibtah. Adapun perbedaan antara hasad dan ghibtah adalah :
hasad ialah jika seseorang mengetahui ada orang lain yang memiliki sesuatu,
maka ia ingin agar sesuatu itu hilang dari orang tersebut, baik ia
mendapatkannya atau tidak. Sedangkan ghibtah ialah seseorang yang ingin
memiliki sesuatu secara umum, baik orang lain kehilangan ataupun tidak. Oleh
sebab itu, secara ijma’, hasad adalah haram. Dan alim ulama mengartikan makna
hadits di atas sebagai ghibtah yang dalam urusan keduniaan dibolehkan,
sedangkan dalam masalah agama adalah mustahab (lebih disukai).
2. Mungkin juga maksudnya digunakan sebagai
pengandaian, yaitu seandainya hasad itu boleh, maka hasad terhadap dua hal di
atas tentu di bolehkan.
Hadits Ke-7:
حدثنا قتيبة حدثنا أبو عوانة عن قتادة عن أنس عن أبي موسى الأشعري قال
: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن كمثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب . ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة لا ريح لها وطعمها حلو . ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن مثل الريحانة ريحها طيب وطعهما مر . ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح وطعمها مر )
Artinya:
Dari Abu Musa, Rasulullah
Saw bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti jeruk
manis, baunya harum, rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca
Al-Qur’an seperti kurma, tidak harum tapi rasanya manis. Perumpamaan orang
munafik yang membaca Al-Qur’an seperti bunga yang harum, baunya harum tetapi
rasanya pahit. Dan perumpamaan munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti
buah pare, tidak berbau dan rasanya pahit.” ( Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari:
5427 dan Muslim: 797 )
Maksudnya :
Hadits di atas menunjukkan
perbandingan antara sesuatu yang abstrak dengan yang nyata, sehingga dapat
lebih mudah dibedakan antara orang yang membaca Al-Qur’an dengan yang tidak
membacanya. Padahal jelas bahwa kelezatan tilawat Al-Qur’an jauh berbeda dengan
kelezatan apapun di dunia ini, seperti jeruk dan kurma. Tetapi banyak rahasia
di balik tamsil hadits di atas yang menjadi saksi terhadap ilmu Nubuwwah dan
keluasan pemahaman Nabi S.A.W. Misalnya : jeruk mengharumkan mulut, menguatkan
pencernaan, membersihkan lambung, dan sebagainya. Semua manfaat itu secara
khusus juga dihasilkan oleh pembaca Al-Qur’an, yaitu mewangikan mulut, membersihkan
batin, dan menguatkan keruhanian. Salah satu keistimewaan buah jeruk lainnya
adalah bahwa jin tidak dapat memasuki rumah yang didalamnya terdapat jeruk.
Jika hal ini benar, ini merupakan suatu keserupaan khusus pada Al-Qur’an.
Dalam penutup hadits di
atas, dalam riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa sahabat yang baik adalah seperti
penjual minyak kasturi. Meskipun tidak memiliki kasturi, jika berdekatan
dengannya akan mendapatkan wanginya. Sahabat yang buruk adalah seperti pandai
besi. Meskipun tidak terkena apinya, jika berdekatan dengannya akan terkena
asapnya. Oleh sebab itu sangat penting untuk diperhatikan siapakah sahabat dan
teman bergaul kita.
Hadits Ke-8:
وَحَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنِى أَبِى عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ لَقِىَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ فَقَالَ مَنِ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِى فَقَالَ ابْنَ أَبْزَى. قَالَ وَمَنِ ابْنُ أَبْزَى قَالَ مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا. قَالَ فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى قَالَ إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ. قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ قَالَ « إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ »
Artinya:
Dari Umar bin Al-Khattab
bahwa Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab
ini (Al Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim:817,
hadist shahih)
Maksudnya:
Barangsiapa yang beriman
dan beramal dengan Al-Qur’an, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya dan
memuliakannya di dunia dan akhirat. Dan Allah menghinakan siapa saja yang tidak
mengamalkannya.
Hadits Ke-9:
عَن عَبِد الَرحمنِ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُ عَنِ الٌنِبيِ صَلَي اللٌهُ عَلَيهَ وَسَلَمَ ثَلآثُ تَحتَ العَرشِ يَومَ القَياَمةَ القُرانُ يُحَاجُّ العِبَادَ لَه ظَهرٌ وَبَطُنٌ وَالأمَاَنُةٌ وَالرَّحِمُ تُنَادِيُ ألآ مَنُ وَصَلَنيِ وَصَلَهُ اللٌهُ وَمَن قَطَعنيِ قَطَعَهً اللٌهُ.
Artinya:
Dari Abdurrahman r.a.,
dari Rasulullah Saw bersabda “Tiga hal yang akan berada di bawah ‘Arsy Ilahi
pada hari kiamat: (1) Al-Qur’an yang akan membela hamba Allah. Ia memiliki
zhahir dan batin, (2) Amanah, (3) Silaturrahmi yang akan berseru, “Ingat, siapa
yang menghubungkan aku, Allah SWT akan menghubunginya. Dan siapa yang
memutuskanku, Allah akan memutuskannya.”
Maksudnya:
Maksud ‘Tiga hal yang akan
berada di bawah ‘Arsy adalah kesempurnaan kedekatan kepada Allah, yaitu sangat
dekat dengan ‘Arsy Allah swt.. Maksud ‘membela hamba Allah’ adalah orang yang
memuliakan Al-Qur’an, memuliakan hak-haknya, mengamalkan isinya. Al-Qur’an
pasti akan membelanya di hadapan Allah swt. Dan akan mensyafaatinya serta
menaikan derajatnya. Agar memberikan pakaian kepada orang yang menunaikan
hak-hak Al –Qur’an , maka Allah memberinya mahkota kemuliaan. Kemudian
Al-Qur’an meminta tambahan lagi, lalu Allah mengaruniakan kepadanya seluruh
pakaian kemuliaan. Al-Qur’an pun berkata, “Ya Allah, ridhailah ia, “maka Allah
swt, pun menyatakan keridhaan-Nya kepadanya.
Hadits Ke-10:
حدثنا محمد بن بشار حدثنا أبو بكر الحنفي حدثنا الضحاك بن عثمان عن أيوب بن موسى قال سمعت محمد بن كعب القرظي قال سمعت عبد الله بن مسعود يقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
Artinya:
Ibnu Mas’ud berkata,
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an
maka untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak
mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf,
laam satu huruf dan miim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)
Maksudnya:
Bahwa dalam amal ibadah
lain, sesuatu ibadah itu baru dihitung sebagai satu amalan jika dilakukan
secara utuh (keseluruhan). Tetapi tidak demikian dengan amalan membaca al
Qur’an. Setiap bagiannya akan dinilai sebagai satu amalan, sehingga membaca
satu huruf pun tergolong satu hasanah (kebaikan). Dan bagi setiap satu kebaikan
itu Allah berjanji akan melipatkannya hingga sepuluh kali, sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am yang artinya: “Barangsiapa membawa
amalan baik, maka untuknya (pahala) sepuluh kali lipat amalannya.”
Hadits Ke-11:
عن أبي أمامة قال رسو ل للة : سمعت رسول اللة, يقول: ( اقرؤوا القرؤوا القران: فاْءنة ياتي يوم القيامة شفيعا لاصحابه )
Artinya:
Abu Umamah berkata, “ Aku
mendengar Rasulullah bersabda, “Bacalah Al Qur’an, karena pada hari kiamat ia
akan datang sebagai syafa’at untuk para pembacanya.” ( HR. Muslim: 804, hadist
shahih )
Maksudnya:
Kita dianjurkan untuk
membaca Al-Qur’an, sebab akan datang syafaat atau pertolongan bagi orang yang
membacanya pada hari kiamat nanti.
C. Nilai-Nilai yang Dapat diambil dari Hadits
tentang dorongan mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an
Adapun nilai-nilai yang
dapat diambil dari hadits-hadits di atas yang berkenaan dengan keutamaan
Al-Qur’an, dorongan membaca, mempelajari dan mengamalkannya, diantaranya yaitu
sebagai berikut :
· Bagi pendidik dan peserta didik
dianjurkan untuk senantiasa membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.
Telah kita ketahui
bahwasanya esensi dari hidup ini adalah untuk beribadah, sebagaimana firman
Allah SWT. yang artinya “dan kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah-Ku”..
Adapun Allah SWT memerintahkan sesuatu hal berarti terdapat
hikmah atau manfaat untuk kebaikan manusia itu sendiri. Ketika kita dianjurkan
untuk membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan
sehari-hari itu semua selain merupakan kewajiban kita terdapat banyak manfaat.
Dengan membaca Al-qur’an kita mendapatkan pahala, mempelajarinya lebih dalam
dapat mendapatkan ilmu pengetahuan karena sumber ilmu pengetahuan adalah
Al-qur’an, dan mengamalkan Al-qur’an diharapkan terbentuknya jiwa dan akhlaq
Qur’ani baik itu si pendidik ataupun si peserta didik, karena seperti halnya
Rasulullah SAW, beliau adalah manusia yang berakhlaq Al-qur’an.
· Sebagai seorang muslim kita diperintahkan
untuk membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an sejak dini dan
menjaganya sampai akhir hayat.
Perintah membaca,
mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an itu diperintahkan sejak dini supaya
setelah dewasa jadi terbiasa untuk terus mengamalkan Al-qur’an. Selain itu
juga, setelah terbiasa menbaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-qur’an itu
dianjurkan untuk menjaganya sampai akhir hayat. Maksudnya, kebiasaan tersebut
yakni membaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-qur’an yang sudah dilatih
sejak dini harus bisa di istiqomahkan atau di dawamkan hingga Allah SWT.
memanggil kita. Karena hal itu semua
memiliki keistimewaan dan keutamaannya bagi orang tersebut yang mau membaca,
mempelajari, serta mengamalkan Al-qur’an sejak dini dan mengistiqomahkannya
sampai akhir hayat yang salah satunya Al-qur’an tersebut kelak di Yaumil Qiamat
akan memberi syafaat kepada ahlinya yaitu orang-orang yang mau membaca
Al-qur’an, mempelajari serta mengamalkannya secara istiqomah.
· Menunjukkan betapa agung dan mulianya
Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya sebelum Al-Qur’an.
Al- Qur’an merupakan kalam
Allah yang merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad,
yang berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab Allah lain yang diturunkan pada
nabi-nabi sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur) yang masih berupa mushaf/
lembaran-lembaran/ gulungan-gulungan, juga hanya berlaku pada masa kenabian
tersebut.
Selain itu juga Al-qur’an
pun memiliki keistimewaan dan keutamaan dibandingkan dengan kitab-kitab yang
lainnya diantaranya Al-qur’an member pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta
hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh umat manusia dimanapun
berada serta disegala zaman atau periode waktu
D. Dalil Al-Qur’an tentang Al-Qur’an
Penjelasan Allah dalam
Al-Qur’an terkait dengan kemuliaan Al-Qur’an ada banyak sekali, diantaranya
adalah sebagai berikut:[2]
Maha Suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam (QS Al-Furqan:1)
وَاتْلُ مَآأُوْحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ
Artinya: “Dan bacakanlah
apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (al-Qur’an).. (QS.
al-Kahfi:27).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada
tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan penutup para
Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada
mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah.
2. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar
membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an
benar. Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain
cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid
3. Contoh hadits tentang keutamaan
mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an: diriwayatkan oleh Bukhari. Yang artinya
“Usman bin Affan berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang
paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.”
4. Nilai-nilai yang dapat diambil dari
hadits-hadits di atas yang berkenaan dengan keutamaan Al-Qur’an diantaranya
adalah bagi pendidik dan peserta didik dianjurkan untuk senantiasa membaca,
mempelajari serta mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Dan
Sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk membaca, mempelajari serta
mengamalkan Al-Qur’an sejak dini dan menjaganya sampai akhir hayat.
B. SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk
lebih dalam memahami tentang makna mempelajari serta mengajarkan apa yang telah
kita pelajari mengenai Al-Qur’an kepada orang lain. Sebab Al-Qur’an merupakan
sumber hukum serta pedoman hidup kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi.
2008. Ensiklopdi Muslim, Jakarta: Darul
Falah.
An-Nawawi, Imam. 2012.
Riyadhus Shalihin, Solo: Insan Kamil.
Baqi, Muhammad Fu’ad
‘Abdul. 2013. Kitab-Kitab Shoheh Bukhari, Solo: Insan Kamil Solo
[1] Abu Bkr Jabir
Al-Jazairi, Ensiklopdi Muslim (Jakarta: Darul Falah, 2008), hlm 27-28.
[2] Abu Bkr Jabir
Al-Jazairi, Ensiklopdi Muslim (Jakarta: Darul Falah, 2008), hlm 28.