BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah
satu unsur pendukung dan menjadi tolak ukur maju dan mundurnya suatu bangsa,
baik dan buruknya suatu peradaban. Maka jika suatu pendidikan itu baik maka,
akan baik pula peradabanya begitupun sebaliknya.
Maka dari itu, keilmuan
seharusnya di tangani secara serius, lewat sekolah-sekolah formal yang di
jadikan sebagai tempat untuk mendidik generasi-generasi bangsa supaya, menjadi
manusia-manusia yang berguna bagidirinya, orang lain, lebih-lebih untuk
agamanya.
Tentunya ilmu yang tidak
di ragukan lagi keshahihan yaitu isi kandungan firman Allah, atau yang sering
kita sebut dengan mushaf usmani (Al-Qur’an). Dimana al-qur’an ini adalah kitab
umat islam yang di jadikan sebagai pedoman hidup nya, yang dimana di dalam
Al-Qur’an tersebut terkandung ayat-ayat Al-Quran yang membahas berbagai macam
hal dan salah satunya membahas tentang ayat-ayat subyek pendidikan.
Oleh karena itu lewat pembuatan makalah ini kami dari kelompok tiga ingin mencoba mengali tentang makna dari ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai subyek pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat
al-Rahman ayat 1-4?
2. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat
al-Najm ayat 5-6 ?
3. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat
al-Nahl ayat 43-44?
4. Bagaimana Asbabul Nuzulnya ?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
2. Memberikan referensi dan pengetahuan bagi
penulis dan pembaca tentang subjek pendidikan dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian subyek pendidikan
Subjek pendidikan adalah
orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan,
sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek
pendidikan.
Subjek pendidikan juga
berarti orang yang bertanggung jawab memberipertolongan pada peserta didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu
yang mandiri.[1]
Subjek pendidikan yang
dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di
institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat,
sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini
adalah rumah tangga (orang tua).Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan
bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang kedua adalah
Rasulullah.[2]
B. Subyek Pendidikan Dalam Perspektif dalam Al-Qur’an
1. Surat Ar-Rahman: 1-4
`»oH÷q§9$# ÇÊÈ zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$u‹t6ø9$# ÇÍÈ
Artinya:
“(Tuhan) yang Maha
pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. mengajarnya
pandai berbicara.” (QS.Ar-Rahman [55] : 1-4)
v Penjelasan Tafsir QS Ar-Rahman ayat 1-4
tb#uäöà)ø9$#N¯=tæ`»oH÷q§9$#
Allah telah mengajari Nabi
Muhammad Alquran dan Nabi Muhammad mengajarkannya kepada ummatnya.
Surah ini menyebut-nyebut
tentang nikmat-nikmat yang telahAllah anugrahkan kepada hamba-hambaNya, maka
terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat
terbesarkedudukannya dan terbanyak menfaatnya,bahkan paling sempurna faidahnya
yaitu nikmat diajarkannnya Alqur an Karim . Karen adengan mengukuti Alqur an
Karim,maka diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh
jalannya. Lalu diperolehlah segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena
Alqur anlah puncak dari segala kitab Samawi, yang telah di turunkan pada
makhluk Allah yang terbaik.[3]
b$u‹t6ø9$#
myJ¯=tã`»|¡SM}$# Yn=y{
Dia telah menciptakan manusia ini
dan mengajarinya mengunggapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbesik
dalam sembarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad takkan dapat
mengajarrkan Alqur an kepada umatnya.
Oleh karena itu manusia ini makhluk
soaial menurut lahiatnya, yang tak bisa hidup tanpa brmasyarakat dengan
sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang igunakan untuk saling memahami
sesamanya, dan untuk menulis kepada sesamanya dan untuk memelihara ilmu-ilmu
orang terdahulu supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi berikutnyadan
agar ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi yang mendatang atas hasil yang
diperoleholeh generasi lain. [4]
Pada surah ar-Rahman ayat
1-4 ditegaskan disini bahwa yang menjadi subjek pendidikan adalah seorang
manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna karena
diberikan olehnya sesuatu yang tidak ia berikan kepada makhluk ciptaannya yang
lain yakni akal yang mengangkat derajat manusia sehingga manusialah yang berhak
menjadi subjek pendidikan baik bagi sesama ataupun bagi makhluk ciptaan Allah
yang lainnya.
Surah Ar-rahman terdiri
dari 78 ayat, surah ini termasuk ke dalam surah Madaniyah. Dinamankan Ar-Rahman
yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada
ayat pertama surah ini. Ar-rahman merupakan satu dari sekian nama Allah SWT,
sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada
hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tak terhingga baik
di dunia maupun di akhirat kelak.[5]
Selain itu ayat ini juga
menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya Yang Maha Kasih Sayang telah
mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. untuk kemudian dijadikan
landasan utama bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupan di dunia.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab
Muwaththa :
“Aku telah meninggalkan 2
perkara untuk kalian, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada
keduanya, yakni kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Nabi-Nya”.
Dalam konteks ayat ini,
kata Ar-rahman juga dapat ditambahkan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak mengenal
siapa Ar-Rahman sebagaimana pengakuan mereka yang direkam oleh Q.S Al-Furqan 25
:60. Dimulainya surah ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa
ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat – nikmat
dan beriman kepada Nya.[6]
Kata ‘Al-lama atau
mengajarkan memerlukan objek. Banyak ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud
objek disini adalah Al-insanatau manusia. Malaikat jibril yang menerima wahyu
dari Allah yang berupa Al-qur’an untuk disampaikan kepada nabi Muhammad Saw,
disampaikan oleh beliau kepada nabi, malaikat jibril tidak akan mungkin
mengajarkannya kepada nabi kalau sebelumnya tidak mendapat pengajaran kepada
Allah.
Al-Hasan berkata kata Al-Bayan
berarti berbicara, karena konteks Al-qur’an berada dalam pengajaran Allah yaitu
cara membacanya, hal ini berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan
artikulasi serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalanya masing-masing dari
tenggorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi sesuai
dengan jenis hurufnya.[7]
Sedangkan menurut
Thabathaba’i, kata bayan berarti jelas, yang dimaksud disini dalam arti potensi
mengungkap yakni kalam atau ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang
terdapat dalam benak. Menurutnya tidaklah dapat terwujud kehidupan
bermasyarakat manusia, tidak juga mahluk ini dapat mencapai kemajuan yang
mengagumkan dalam kehidupan kecuali dengan kesadaran tentang al-kalam atau pembicaraan
itu sendiri, karena dengan demikian dia telah membuka pintu untuk memeroleh dan
memberi pemahaman, tanpa itu manusia akan sama saja dengan binatang dalam hal
ketidakmampuannya mengubah wajah kehidupan dunia ini.[8]
Pelajaran ayat dan
kaitannya dengan subyek pendidikan:
Dalam surat ar-Rahman
Allah Yang Maha Pemurah menyebutkan berbagai nikmat yang besar baik nikmat
agama, dunia, dan akhirat. Setelah menyebutkan setiap nikmat Allah berfirman (فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ
/Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?), untuk mengingatkan
manusia atas nikmat yang
diberikan Allah kepadanya, menumbuh kembangkan rasa takut pada dirinya, dan
menghina orang yang mengingkari nikmat tersebut.
Nikmat pertama yang Allah
sebutkan adalah nikmat yang paling besar dan paling agung, yaitu nikmat
diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
Nikmat yang kedua dan
ketiga adalah diciptakannya jenis
manusia untuk memakmurkan bumi ini, dan diajarkannya berbicara dan memahami.
Inilah di antara kelebihan manusia dari makhluk lain.
v Adapun kaitan ayat ini dengan subjek
pendidikan adalah sebagai berikut :
Kaitannya dengan subyek
pendidikan adalah bahwa dari empat ayat di atas
kita mendapatkan pelajaran bahwa
Allah adalah sebagai pelaku/subyek pendidikan, yaitu yang mengajarkan
manusia al-Qur’an sebagaimana mengajarkannya juga pandai berbicara. Kemudian
Rasulullah saw mwngajrkan al-Qur’an kepada umatnya.
Kata Ar-rahman menunjukan
bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut,
santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja (kompetensi
personal).
Seorang guru hendaknya
memiliki kompetensi pedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan Al-Qur’an
kepada nabi-Nya.
Al-Qur’an menunjukkan
sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari
Allah (kompetensi professional).
Keberhasilan pendidik
adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan,
sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan
kecerdasan intelektual.[9]
2. Surah An-Najm: 5-6
¼çmuH©>tã ߉ƒÏ‰x© 3“uqà)ø9$# ÇÎÈ rèŒ ;o§ÏB 3“uqtGó™$$sù ÇÏÈ $
:artinya
5. Yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. Yang mempunyai akal
yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.
v Tafsir QS An-Najm ayat 5-6
Setelah ayat lalu
menjelaskan bahwa apa yang diucapkan Nabi Muhammad Saw. adalah wahyu, kini
dijelaskan siapa yang menyampaikannya kepada beliau. Allah berfirman bahwa: Ia,
yakni wahyu yang diterimanya itu, di ajarkan kepadanya, yakni kepada Nabi
Muhammad Saw., oleh malaikat Jibril yang sangat kuat, pemilik potensi akliah
yang sangat hebat; lalu dia, yakni malaikat Jibril itu, tampil sempurna dengan
menampakkan rupa yang asli. Sedang dia, yakni Malaikat Jibril itu, berada di
ufuk langit yang tinggi berhadapan dengan orang-orang yang menengadahkan
kepadanya.
Kata (علّمه) ‘allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu
tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak
mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar
anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya
kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah
satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata (مرّة) mirrah terambil dari kalimat (أمرت الحبل)
amrartu al-habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرّة) dzu
mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan
seseorang. Al-Baqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar
biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun
mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang
memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[10]
Sedangkan dalam tafsir
Al-Qurtubi dijelaskan bahwa seluruh mufassir mengatakan شديد القوى
adalah malaikat Jibril, kecuali Al-Hasan, ia menyatakan bahwa شديد القوى
adalah Allah saw. Adapun kalimat ذومرة berarti memiliki kekuatan
dan kecerdasan atau wawasan luas. Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu
Katsir. Dengan merujuk kepada pendapat jumhur mufassir, ayat ini berbicara
tentang malaikat Jibril yang menjadi guru besar nabi Muhammad saw. terlepas
dari perbedaan mengenai figur yang disebut pada ayat 5, seluruh mufassir
sepakat bahwa figur yang dimaksud bersifat memiliki kekuatan dalam segala
dimensinya serta kecerdasan khusus. Dengan demikian, makna pendidikan dalam
ayat ini adalah bahwa seorang pendidik seyogyanya merupakan sosok yang kuat,
baik dari segi fisik, mental, ekonomi, maupun intelektual.[11]
v Adapun kaitan ayat ini dengan subjek
pendidikan adalah sebagai berikut :
Dimaksud pengajar atau
yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril, bukan berarti bahwa wahyu tersebut
bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang mengajar tidak mutlak
mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar
seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan merupakan karya kita?
Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalahsatu bentuk pengajaran.
Malaikat menerima wahu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan
benar kepada Nabi Muhammad Saw., dan itulah yang dimaksud pengajaran disini.
Sedangkan jika dikaitkan
dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru, maka dapat di ambil beberapa
kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru itu harus mempunyai
kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni
berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan perilaku yang baik,karena
perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid kita.
Sedangkan yang dimaksud
dengan kekuatan rohani yakni cerdas aqliyah maupun fi’liyah, kesungguhan dalam
menyampaikan mata pelajaran kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik
dan menanamkan akhlakul karimah kepada peserta didik.
3. Surah An-Nahl : 43-44
!$tBur $uZù=y™ö‘r& ÆÏB
y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í‘ ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$#
bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ Ìç/–“9$#ur 3 !$uZø9t“Rr&ur y7ø‹s9Î) tò2Ïe%!$#
tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌh“çR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcrã©3xÿtGtƒ
ÇÍÍÈ
43. Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[12] jika kamu
tidak mengetahui,
44. Keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[13] dan
supaya mereka memikirkan.
Surah An-Nahl adalah surah
ke-16 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 128 ayat dan termasuk surah
makiyyah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah, karena didalamnya
terdapat firman Allah SWT, yaitu pada ayat 68 yang artinya : ”Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah”. Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi
manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang
dihasilkan oleh lebah dengan Al-Qur’an Al-Karim. Madu berasal dari bermacam-macam
sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedang
Al-Qur’an mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada
nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua
bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Surah ini
dinamakan pula An-Ni’am artinya nikmat-nikmat, karena didalamnya Allah
menyebutkan berbagai macam kenikmatan yang diperuntukan hamba-hambanya.[14]
Penyebutan anugerah Allah
kepada nabi Muhammad secara khusus dan bahwa yang dianugerahkan-Nya itu adalah
adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan beliau dengan para nabi dan para
rasul sebelumnya. Dalam konteks ini nabi Muhammad saw bersabda artinya:
”Tidak seorang nabi pun
kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang menjadikan
manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi wahyu (Al-Qur’an)
yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa, akan aku mengharap menjadi
yang paling banyak pengikutnya dihari kemudian”. (HR.Bukhari).
v Penjelasan Tafsir QS.An-Nahl ayat 43-44
NÍköŽs9Î)
ÓÇrqœRÎw%y`Í‘wÎ)y7Î=ö6s% ž ÆÏB $uZù=y™ö‘r& $tBur
Tidakkah Kami mengutus
para rasul sebelummu kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan
Aku dan melaksanakan perintah-Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani
Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para malaikat. Ayat ini
menguraikan kesesatan pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Dalam penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi
utusan Allah, atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat.[15]
Allah SWT menyatakan bahwa
Dia tidak mengutus Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali
laki-laki yang diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa
Rasul-rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari
keturunan Adam as sehingga Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar
mereka itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas
diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka.
Mengenai penolakan
orang-orang Arab pada kerisalahan Muhammad karena ia seorang manusia biasa,
dapatlah diikuti sebuah riwayat dari Adh-Dhahhak yang disandarkan kepada Ibnu
Abbas bahwa setelah Muhammad saw diangkat menjadi utusan, orang Arablah yang
mengingkari kenabiannya, mereka berkata: "Allah SWT lebih Agung bila Rasul
Nya itu bukan manusia. Kemudian turun ayat-ayat surah Yunus.
tbqçHs>÷ès?OçGYä.
bÎ)ø.Ïe%!$# @÷dr& (#þqè=t«ó¡sù
Maka tanyakanlah kepada
ahli kitab dahulu diantara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan
yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu
malaikat silakan kalian ingkari Muhammad SAW tetapi jika mereka itu manusia,
jangan kalian ingkari dia.[16]
Sesudah itu Allah SWT
memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang Ahli
Kitab sebelum kedatangan Muhammad saw, baik kepada orang-orang Yahudi ataupun
kepada orang-orang Nasrani. أهل الذكر (Ahli dzikri): Ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani
yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi terdahulu. Di sini
tersebut Ahlu-Dzikr, orang yang ahli peringatan, atau orang yang berpengetahuan
lebih luas. Arti umum ayat menyuruhkan orang yang tidak tahu bertanya kepada
yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah umum sifatnya, berfaedah
mencari kebenaran. Menurut yang diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa
ahlu-dzikri di sini maksudnya ialah Ahlul-kitab. Sebelum ahlu kitab ini
dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa
Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia belaka,
manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.
Apakah di dalam
kitab-kitab mereka itu disebutkan suatu keterangan bahwa Allah pernah mengutus
malaikat kepada mereka. Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka itu bahwa
Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu
mengingkari kerisalahan Muhammad. Akan tetapi apabila yang disebutkan di dalam
kitab mereka Allah hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis
dengan mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari
kerisalahan Muhammad saw.
Dengan ayat ini kita
mendapat pengertian bahwasannya kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, dimana
saja dan siapa saja, sebab yang kita cari ialah kebenaran.
3 Ìç/–“9$#ur 3 M»uZÉit7ø9$$Î/
Keterangan-keterangan dan
zubur, para rasul yang diutus sebelum itu semua membawa keterangan-keterangan
yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul
dan sebagian pembawa pula zubur yakni kitab-kitab yang mengandung
ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati.
Kata Zubur yakni tulisan, yang dimaksud disini adalah Taurat, Injil, Zabur dan
Shuhuf Ibrahim as. Allah SWT menjelaskan bahwa rasul-rasul itu diutus dengan
membawa keterangan-keterangan yang membuktikan kebenarannya, yaitu mukjizat dan
kita-kitab. Yang dimaksud dengan keterangan di dalam ayat ini ialah dalil-dalil
yang membukakan kebenaran kerisalahannya dan di maksud dengan Az Zabur ialah
kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang diberikan oleh Allah
kepada hamba Nya.
!$uZø9t“Rr&ur y7ø‹s9Î)
tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌh“çR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur
šcrã©3xÿtGtƒ
Dan Kami turunkan padamu adz-dzikr agar engkau
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. Kata
adz-dzikr disini adalah al Qur’an, dari segi bahasa adalah antonim kata lupa.
Al Qur’an dinamai demekian karena ayat-ayatnya berfungsi mengingatkan manusia.
Dan Allah SWT menerangkan pula bahwa Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad saw, agar beliau memberikan penjelasan kepada manusia apa saja yang
telah diturunkan kepada mereka , yaitu perintah-perintah, larangan-larangan,
aturan-aturan hidup lainnya yang harus mereka perhatikan, dan kisah-kisah
umat-umat terdahulu agar supaya dijadikan suri tauladan dalam menempuh kehidupan di dunia.
Pengulangan kata turun dua
kali yakni وَأَنْزَلْناَاِلَيْكَ dan مَانُزِّلَ اِلَيْهِمْ mengisyaratkan perbedaan penurunan yang
dimaksud, yang pertama adalah penurunan al Qur’an kepada Nabi Muhammad yang
bersifat langsung dari Allah dan dengan redaksi pilihan-Nya sendiri. Sedang
yang kedua adalah ditujukan kepada manusia seluruhnya. Juga agar Nabi saw
menjelaskan kepada mereka hal-hal yang mereka anggap, yaitu menjelaskan
hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an
serta memerinci kandungannya yang bersifat global sesuai dengan
kemampuan berpikir dan kepahaman mereka terhadap tujuan-tujuan pembentukan
syari’at.
وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ =
Supaya mereka berfikir, yakni agar mereka berfikir dan tidak mengikuti jejak
para pendusta terdahulu sehingga mereka tidak ditimpa azab seperti yang telah
ditimpakan kepada mereka. Allah tidak membinasakan mereka dengan azab yang
cepat, akan tetapi dengan keadaan yang menakutkan seperti angin kencang, petir
dan gempa. Disini terdapat penangguhan waktu yang mungkin didalamnya terdapat
pengabaian, ini adalah salah satu dampak rahmat Allah terhadap hamba-Nya.
Di akhir ayat Allah SWT
menandaskan agar mereka suka memikirkan kandungan isi Al-Qur’an dengan
pemikiran yang jernih baik terhadap prinsip-perinsip hidup yang terkandung di
dalamnya, tata aturan yang termuat di dalamnya serta tamsil ibarat yang ada di
dalam ayat-ayatnya, agar mereka itu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.[17]
v Adapun kaitan ayat ini dengan subjek
pendidikan adalah sebagai berikut :
Bahwa seorang guru dalam
perannya sebagai ahli al-dzikr, Sebagai ahli al-dzikr ia dapat mencari titik
persamaan antara ajaran yang terdapat didalam berbagai kitab tersebut untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[18]
Berfungsi sebagai orang yang mengingatkan para
peserta didik dari berbuat yang melanggar larangan Allah dan rasul-Nya,
Juga sebagai seorang yang mendalami
ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan yang terdapat dalam berbagai kitab yang
pernah diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya dari sejak dahulu kala
hingga sekarang. Selain itu surah an-Nahl menerangkan bahwa Allah Swt mengutus
utusannya dengan terlebih dahulu memberikannya wahyu kepada utusannya, ini
dikarenakan agar segala bentuk pertanyaan yang mungkin diajukan kepada
utusannya dapat dijawab dan dipecahkan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh
Allah dan tidak mungkin terjadi kedzaliman dalam hal ini.
Di karenakan semua jawaban
yang diberikan oleh utusannya adalah datang dari tuhan, oleh karena itu,
sebagai subyek pendidikan yang merupakan salah satu sumber pendidikan hendaklah
memiliki segala pengetahuan yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan itu
sendiri. Yakni sebagai seorang pendidik hendaklah mempersiapkan segala sesuatu
sebelum mengadakan proses pembelajaran yang mana jikalau terdapat kasus-kasus
pendidik dapat menyelesaikan apa yang muncul didalam proses pembelajaran. Maka
tidak salah jika salah satu syarat sebagai seorang pendidik adalah memiliki
kecerdasan pikiran mental dan juga spiritual yang digambarkan pada ayat ini.
Dari berbagai penjelasan
diatas jika dihubungkan dengan pendidikan, maka akan muncul 2 hal penting.
Pertama, Mengenai Gambaran seperti apa seharusnya pelaku pendidikan atau yang
sering disebut dengan Subyek pendidikan itu, dan yang Kedua, Mengenai bahan
ajar atau sesuatu yang akan diajarkan dan diterima oleh para pelaku pendidikan
tersebut.
C. Asbabul Nuzul
· QS. Ar-Rahman ayat 1-4
Ayat ini turun setelah
terjadi pelecehan orang kafir setelah ada perintah untuk bersujud kepada Allah
yang terdapat dalam surah Al-Furqan yang artinya :
“dan apabila dikatakan
kepada mereka : “sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang” mereka
menjawab:”siapakah yang Maha Penyayang itu ? Apakah kami akan sujud kepada
Tuhan yang kamu perintahkan kami( bersujud kepadaNya)?”, dan (perintah sujud
itu) menambah mereka jauh (dari iman).
Ayat ini merupakan bantahan bagi kaum kafir
yang mengungkapkan mereka tidak mengenal seorang yang bernama Rahman kecuali
Rahman dari yamamah. Maka ayat ini menegaskan
bahwa Arrahman bukanlah dia tetapi Allah Yang Maha Rahman yang telah
mengajar Alquran dan telah menciptakan manusia.[19]
· QS. An-Najm ayat 5-6
Riwayat dari Ibnu Abi
Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya raulullah
itu(Jibril) melihat rupanya yang asli itu dua kali. Yang pertama adalah ketika
Rasulullah Saw.meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut
rupanya yang asli. Lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk.
Yang kedua adalah ketika dia memperlihatkan diri dalam keadaannya yang asli
itu, ketia Jibril akan menemani beliau pergi Isra’ dan Mi’raj. Dalam pernyataan
diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak,
yakni 600 sayap.
· QS. An-Nahl ayat 43-44
Ketika Muhammad bin
Abdillah diangkat sebagai Rasulullah, orang-oran Arab mengingkarinya. Mereka mengatakan
“adakah Allah Yang Maha Agung mengutus seorang anak manusia sebagai utusanNya ?
sehubungan dengan itu, Allah juga menurunkan ayat ke-2 dari surah Yunus.
Kemudian Allah juga
menurunkan ayat ke-43-47 ini sebagai pelemah bagi mereka. Allah tidak saja
mengutus Muhammad sebagai Rasul tetapi di kalangan orang-orang terdahulu pun
telah diutus para umat yang hadir dari tengah kaum mereka. Dan, bagi mereka
yang tetap membangkan dari dakwah Rasulullah, balasannya adalah api neraka.
Bahkan tidak jarang yang mendapat musibah di dunia. [20]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita dapat menyimpulkan
dari pembahasan di depan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
mengandung makna pendidikan, terutama subjek pendidikan. Beberapa simpulan yang
dapat kita ambil, yaitu:
1. QS. Ar- Rahman : 1-4 menjelaskan bahwa Allah adalah subjek
pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini
mengajarkan kita untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu
menstranfer semua ilmu yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.
2. QS. An- Najm : 5-6 menjelaskan bahwa
malaikat Jibril adalah subjek pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri
seorang pendidik yang berkompeten, tidak hanya baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap dan penampilan.
3. QS. An- Nahl : 43-44 Bahwa seorang guru dalam perannya sebagai
ahli al-dzikr, Sebagai ahli al-dzikr ia dapat mencari titik persamaan antara
ajaran yang terdapat didalam berbagai kitab tersebut untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari..
B. Implikasi
Berdasarkan pemaparan
materi diatas, seorang pendidikharus menyadari betul keagungan profesinya. Ia
harus menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dan menjauhi semua akhlaq yang
tercela. Ia tiadakboleh kikir dalam mentampaikan pengetahuannya dan menganggap
remeh semua masalah yang merintangi, sehingga mampu mencapai target dan misinya
dalam melakukan system pendidikan . sikap seperti ini yakan mendorong seorang
pendidik untuk melakukan hal-hal besar dalam menjalani profesinya demi
mendapatkan hasil yang maksimal baik anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Ahmad Mustafa
1989. Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 .(Mesir :Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394
H-1974 M)
B, Suryoso. Beberapa Aspek
Dasar Kependidika, (Jakarta: Bina Aksara,1983),
Http://Al-Jadiyd.Blogspot.Co.Id/2013/07/Tafsir-Al-Quran-Subjek
Pendidikan.Html?M=1
Http://Fdj-Indrakurniawan.Blogspot.Com/2011/Makalah-Subyek-Pendidikan-Tafsir-Qs-Arrahman.Html
Izzan, Ahmad Tafsir
Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten, 2012)
Mudjab Mahali, Ahmad
Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran, Cet 1 (Jakarta, Pt. Rajagrafindo
Prsada,2002 ).
Shihab, M. Quraish. 2007.
Tafsir Al-Mishbah Volume 13. Jakarta: Lentera Hati.
[1] Suryoso B., Beberapa
Aspek Dasar Kependidika,(Jakarta: Bina Aksara,1983),h.26.
[2]http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/makalah-subyek-pendidikan-tafsir-qs-arrahman.html
[3] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 (Mesir :Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394
H-1974 M) h.187.
[4] Ibid h.188
[5] Ahmad Izzan, Tafsir
Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten,
2012) hl. 201
[6] Teungku Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2000) h. 405
[7] Abdullah bin Muhammad
bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubabut Tafsir min Ibni Katsiir,Terj. M.
Abdul Ghofar dan Abu Ihsan Al-Atsari, (Pustaka Imam Syafii,2008), cet. 1. h.
229-230
[8] M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah,jilid 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 3, h. 278
[9]Ahmad Izzan, Tafsir
Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten, 2012)
h.203
[10] M.Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) hlm 410-411
[11] Ibid, h. 204
[12] Yakni: orang-orang
yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.
[13] Yakni:
perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam
Al Quran.
[14] Ibid, h. 207
[15] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 (Mesir :Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394
H-1974 M) h.160
[16] Ibid h.161
[17]
http://al-jadiyd.blogspot.co.id/2013/07/tafsir-al-quran-subjek
pendidikan.html?m=1
[18] M.Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) h.207.
[19]
http//ivankarara.blogspot.co.id/2012/12/sbyek-pendidikan-dalam-perspektif_9.html?m=1
[20] A. Mudjab
Mahali,Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran, Cet 1 (Jakarta, Pt. Rajagrafindo
Prsada,2002 ).