MAKALAH TINGKAH LAKU TERPUJI DAN TERCELA DAN IMPLIKASINYA DALAM PROSES PENDIDIKAN

BAB I

Pendahluan

SEBUAH.    Latar Belakang

Islam adalah agama yang benar. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk meluruskan aqidah da n akhlak umat manusia. Islam mengajarkan kitd bagaimana berprilaku terpuji, baik hearts Hidup bermasyarak sebuah t maupun hearts bernegara Seperti Yang dicont o hkan Oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang patut dicontoh dan diikuti oleh umatnya. Seperti yang kita ketahui Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat terpuji yaitu: siddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fatonah (cerdas).

Namun pada kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali kita melihat orang yang beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan seorang muslim. Contohnya melakukan tindakan korupsi, kebiasaan mencontek yang dilakukan pelajar pada saat ujian, berprasangka buruk terhadap orang lain. Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah para remaja, karena   remaja-remaja pada saat ini cenderung oleh buduya-budaya luar.

Itulah yang menjadi pokok permasalahan saat ini bagaimana caranya genesasi-menciptakan generasi penerus bangsa ini sebenarnya dan berprilaku akhlakul karimah yang dicintohkan oleh R asulullah SAW. Karena dengan akhlak yang terpuji manusia akan mendapatkan derajat yang tinggi, baik dimata Allah SWT maupun sesama manusia. Begitu juga sebaliknya, dengan berakhlak tercela manusia akan hina derajatnya disisi Allah SWT dan dihadapan manusia.

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu:

1.      Apa pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela?

2.      Apa landasan hadits tingkah laku terpuji dan tingkah laku   tercela?

3.      Bagaimana implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah   laku tercela dalam   proses pendidikan?

 

 

C.     Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan makalah ini adalah

1.      Mengetahui pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela.

2.      Mengetahui landasan hadits tingkah laku   terpuji dan tingkah laku   tercela.

3.      Mengetahui implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah   laku tercela dalam   proses pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Pembahasan

SEBUAH.    Pengertian tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela

1.      Tingkah laku terpuji

Tingkah laku terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Tingkah laku terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW   dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta sesama manusia dengan selalu baik kepada sesama. [1] Memiliki Tingkah laku yang baik atau Tingkah laku mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesame , karena Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Tingkah laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya atau perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW   dan ajaran-ajaran islam.

2.      Tingkah laku tercela

Sikap tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus   sayyi'ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari'at yang diterapkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus meninggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW. [2] Prilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya dan sesama manusia. [3]  Perbuatan semacam ini, seharunya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah dicontohkan oleh beliau sebagai tauladan dalam hidup kita.

Jadi, yang dimaksud dengan prilaku tercela itu sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.

 

B.     Tinjauan Hadits Tentang Tingkah laku Terpuji Dan tingkah laku Tercela

 

عن النواس بن سمعان الأنصارى قال سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن البر والإثم فقال البر حسن الخلق والإثم ما حاك فى صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس (رواه مسلم)

Artinya: ” Dari An Nawwas ra. Ia berkata: “saya menanyakan tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah saw. Kemudian menjawab: “kebajikan itu adalah informasi yang baik, dan dosa (kejahatan) itu adalah sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang jika hal itu diketahui orang lain.” (HR Muslim)

 

Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang paling padat, karena itu mencerminkan semua perbuatan yang baik dan sifat yang ma'ruf. Sedangkan dosa semua perbuatan yang buruk dan jelek; baik kecil maupun besar. Dalam hal ini setiap perbuatan baik merupakan akhlak terpuji begitu juga, semua perbuatan jelek merupakan akhlak tercela.

Salah satu contoh tingkah laku terpuji adalah jujur.Jujur salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah saw yang disebut dengan Shiddiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shiddiq dapat diartikan secara jujur. Jujur yang dimaksud disini adalah jujur ​​dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga termasuk jujur ​​dalam setiap tindakan. Jujur definisi sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur ​​artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurangi. [4] Mengenai pentingnya kejujuran dalam kepribadian seorang muslim, Rasulullah saw bersabda yang

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الصدق بر وإن البر يهدى إلى الجنة وإن العبد ليتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإن الكذب فجور وإن الفجور يهدى إلى النار وإن العبد ليتحرى الكذب حتى يكتب كذابا (متفق عليه)

Artinya: “Dari Ibnu Mas'ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sebenarnya shidiq (kejujuran) itu membawa kepada instagram, Dan ingat itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur ​​sehingga ia ditulis di sisi   Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sebenarnya dusta itu membawa kejahatan, kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta ”. (Muttafaqun 'Alaih).

 

Asbabul Wurud hadis diatas yaitu   As-Aswad ibnu Ashram menceritakan: “Aku membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang subur dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu Rasulullah SAW dan kemudian memerintahkan beliau menyuruh seseorang melihatnya. Maka unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau bersabda: “mengapa engkau giring untamu ini kesini?”. Aku   menjawab: “Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau bertanya lagi: “untuk melayani siapa unta tersebut?”. Usman ibnu Affan menjawab: “Untuk  melayani keperluan saya wahai Rasulullah ”. Beliau bersabda: “Bawalah kesini”. Maka unta itu dibawa pulang dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata: “wahai Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata: “Wahai   rasulullah aku wasiat. Beliau bersabda: “apakah engkau dapat menguasai lidahmu?”. Aku   menjawab: “Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai lidahku?”. Beliau bertanya: “Apakah engkau menguasai tanganmu?”.   aku   Menjawab: Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai tanganku? ”. Beliau bersabda: “janganlah lidahmu sesuatu yang diatur, dan janganlah engkau mempersiapkannya, tapi untuk” (HR. Bukhari).Hadis diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran yang pada akhirnya akan masuk kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq , artinya orang yang sangat jujur ​​dan benar.

Kemudian contoh mengenai tingkah laku tercela, haditsnya yaitu, rasulullah saw bersabda:

حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. ولا تحسسوا, ولا تجسسوا, ولا تناجشوا, ولا تحاسدوا, ولا تباغضوا, ولا تدابروا, وكونوا عباد الله إخوانا.) Terakhir disimpan dalam: 78. Kata kunci: الأدب.(

 

Artinya:   “ Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW, bersabda,” Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (Berita), jangan isi, jangan memata-matai (pe) kesalahan orang lain, jangan tawar- menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan hasut-menghasut jangan benci-hates,   jangan belakang-membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah itu saudara. ” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam (78) kitab “Al-Adab“. [5]

 

 

     Asbabul wurud hadis ini ialah pada suatu ketika, seorang pemuda bernama Yahya Ibnu Bukair menceritakan dari sahabat Laits dari Ja'far Ibnu Rabi'ah dari A'raj bahwa Abu Hurairah suatu saat bersama Rasulullah SAW dan berliau berkata dan kepada para sahabat lainnya. Yaitu, mengenai larangan berprasangka buruk. “Jauhilah olehmu prasangka karena sebenarnya itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah suka mendengarkan permbicaraan (orang yang tidak suka didengarkan), janganlah suka mencari-cari aib orang lain, dan janganlah saling bersaing (dalam masalah dunia). Janganlah pula saling mendengki, dan janganlah saling berhubungan, janga nlah saling memusuhi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara yang Dia perintahkan kepada kalian. Muslim yang satu adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh mengecewakannya, dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini, “Beliau menunjuk ke dadanya.” Cukuplah seseorang berkata jahat bahwa ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian, dan tidak pula rupa kalian. Akan tetapi, Dia memandang hati dan amal kalian. ”

Dari hadis di atas dapat melaksanakan bahwa, buruk sangka adalah menyangka seseorang kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang menilai sangkanya.Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan ada di hati, jika seseorang hati bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun tubuhnya kotor maka tubuhnya akan ikut terkotori karna hati itu yang mengolah darah yang Aliran dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia, dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan noda. Akankah tubuh itu akan bersih dan sehat? Tentusaja tidak,

 

C.     Implikasi tingkah laku terpuji dan tingkah   laku tercela dalam   proses pendidikan

Manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap tungkah laku manusia akan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam proses pendidikan.

Tingkah laku yang baik berdampak positif pada kehidupan dan lingkungannya, khususnya lingkungan pendidikan. Malah, Tingkah laku yang buruk akan  berdampak buruk pula pada diri dan lingkungan pendidikan (sekolah) .contohnya ketika seorang pelajar yang terbiasa dengan tingkah laku terpuji seperti seorang pelajar yang sudah tertanam dalam dirinya sikap amanah maka dalam proses pendidikan dia akan menanamkan sikap jujur, dan dalam proses pembelajaran dia akan memperhatikan dengan benar-benar seperti dalam ujian akan menjauhi perilaku perilaku tidak baik seperti mencontek, dan juga karena dia merasa memiliki kebutuhan untuk mendapatkan sebuah pengetahuan baru, sebaliknya ketika seorang pelajar yang membiasakan sikap tercela contoh, maka sipelajar dalam kesehariannya dalam proses pembelajaran akan menerapkan sikap tersebut contohnya ketika ujian mencontek,Serta ketika proses pembelajaran dia akan memperbaiki sikap malas karena dia meremehkan apa yang namanya sebuah pengetahuan.dan juga yang perlu diperhatikan bahwa setiap perilaku baik maupun tercela akan mempengaruhi lingkungannya untuk itu biasakan dengan perilaku atau tingkah laku yang baik agar lingkungan sekitar lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

Penutup

A.    Kesimpulan

Tingkah laku terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW  dan ajaran-ajaran islam.

Perilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya. Sehingga tidak mencerminkan pribadi seorang muslim yang berakhlakul karimah.

Perlu diperhatikan bahwa setiap perilaku baik maupun tercela akan bisa mempengaruhi sekelilingnya untuk itu biasakan dengan perilaku atau tingkah laku yang baik agar lingkungan sekitar khususnya lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bertingkah laku baik.

 

B.     Saran

Penulis dalam pembuatan makalah ini berusaha semaksimal mungkin. Dan kami mohon maaf masih ada kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Abid Al-Arif . Akidah Akhlak. (Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009).

Prof. Dr. Ahmad Tafsir . Pendidikan Budi Pekerti. ( Bandung: Maestro.2009).

Prof.DR.H. Rachmat Syafe'i, MA AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). (Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000) .

Ridwan Asy-syirbaani . Membentuk Pribadi Lebih Islam. ( Jakarta: Intimedia).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[1] Ahmad Abid Al-Arif. Akidah Akhlak. (Semarang: CV. Aneka Ilmu. 2009). 24

[2] Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).

[3] Opcit. 27

[4] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Pendidikan Budi Pekerti. (Bandung: Maestro.2009). Hal. 198.

[5] Prof.DR.H. Rachmat Syafe'i, MAAL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). (Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2000).   Hal 182.

 

Artikel Terkait