MAKALAH GNC ( GLOMERULO NEPHRITIS CHORINIS )

 

BAB 1
PENDAHULUAN 

A.    LatarBelakang
 

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan ( Suriadi & Rita Yuliani, 2001, hal.125 ). Untuk glomerulonefritis akut ialah suatu reaksi imunologik pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karena kumanstreptokokus. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3 - 7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibandingkan dengan anak wanita ( Ngastiyah,1997, hal.294 ). Sedangkan Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun.

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Glomerulonefritis dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan umur 5 - 15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6 – 10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan denganumur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk uretranya yang lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi epidemiologi menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4% gadis pelajar, 5% - 10% pada perempuan usia subur, dan sekitar 10% perempuan yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90% kasus, pasien adalah perempuan.

Indonesia pada tahun 1995, melporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak di rawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2:1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40%).

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

 

B.      RUMUSAN MASALAH 

1)      Apa definisi dari glomerulosnefritis kronis?

2)      Bagaimana etiologi dari glomerulosnefritis kronis?

3)      Apa manifestasi klinis glomerulonephritis kronis?

4)      Apa komplikasi dari glomerulonephritis kronis?

5)      Bagaimana patofisiologi dari glomerulonephritis kronis?

6)      Apa saja pemeriksaan diagnostic glomerulonephritis kronis?

7)      Bagaimana penatalaksanaan dari glomerulonephritis kronis?

8)      Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan glomerulonephritis kronis?

 

C.     TUJUAN 

a.       TujuanUmum

Mahasiswa mampu mengerti dan memahami konsep dasar Asuhan Keperawatan pada klien dengan Glomerulonefritis Chronic (GNC).

b.      Tujuankhusus
Untuk mengetahui definisi dari glomerulosnefritis kronis.

c.       Untuk mengetahui etiologi dari glomerulosnefritis kronis.
Untuk mengetahui manifestasi klinis glomerulonephritis kronis.
Untuk mengetahui komplikasi dari glomerulonephritis kronis.
Untuk mengetahui patofisiologi dari glomerulonephritis kronis.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic glomerulonephritis kronis.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari glomerulonephritis kronis.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan glomerulonephritis kronis.

 

 

D.    MANFAAT

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.
1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal konsep dasar, asuhan keperawatan glomerulonefritis.
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo lainnya dalam hal melakukan konsep dasar, asuhan keperawatan pada pasien glomerulonefritis.
b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan pada konsepdasar, asuhan keperawatan pada pasien glomerulonefritis.


 

BAB II

PEMBAHASAN


A.Definisi

Glomerolusnefritis kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut yg tidak membaik atau timbul secara spontan. (Muttaqin, Arif & Sari,Kumala, 2011)
Glomerulonefritis  kronik  adalah  peradangan  yang  lama  dari  sel - sel glomerulus. Kelainan  ini dapat  terjadi akibat  glomerulonefritis akut yang  tidak  membaik  atau  timbul  secara  spontan. Glomerulonefritis  kronik  sering  timbul  beberapa  tahun  setelah  cidera  dan  peradangan glomerulus  sub  klinis  yang  disertai  oleh  hematuria  (darah  dalam  urin) dan  proteinuria  (protein  dalam  urin)  ringan,  yang  sering  menjadi penyebab  adalah  diabetes  mellitus  dan  hipertensi  kronik.  Hasil  akhir dari  peradangan  adalah  pembentukan  jaringan  parut  dan  menurunnya fungsi  glomerulus. Pada  pengidap  diabetes  yang mengalami  hipertensi 13 ringan, memiliki  prognosis  fungsi  ginjal  jangka  panjang  yang  kurang baik. ( Corwin, Elizabeth, J.2000)

Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsiginjal selama bertahun-tahun.Glomerulus kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari selselglomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yangtidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik seringtimbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus subklinis yangdisertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalamurine) ringan.
Glomerulonefritis kronis merupakan penyakit yang berjalan progresiflambat dan ditandai oleh inflamasi, sklerosis, pembentukan parut, dan akhirnyagagal ginjal. Biasanya penyakit ini baru terdeteksi setelah berada pada faseprogresif yang biasanya bersifat ireversibel.
Jadi secara umum Glomerulonefritis kronik adalah kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis  akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria dan proteinuria ringan.

 


 

B.Etiologi

Menurut Naga (2012) glomerulonefritis kronis merupakan kelanjutandari glomerulonefrtis akut, terkadang dapat disebabkan oleh penyakit lainmisalnya pielonefritis, anomali kongenital pada kedua ginjal, penyakit ginjaloleh analgesik, diabetes melitus dan penyakit-penyakit yang jarangditemuka seperti amiloidosis.
Menurut Price (2010) penyebab dari belum diketahui asal usulya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang lebih lanjut ketika gejala-gejalainsufiensi ginjal timbul(ginjal atrofi).

Manifestasi renal karena penyakit- penyakit sistemik seperti : SLE, DM, Amyloid disease. Penyakit ini biasanya merupakan lanjutan dari glomerulonefritis akut
 
C.Manifestasi Klinis

Gejala glomerulonephritis kronis bervariasi. Banyak klien dengan penyakit yang telah parah memperlihatkan kondisi tanpa gejala sama sekali untuk beberapa tahun. Kondisi mereka secara incidental dijumpai ketika terjadi hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum. Indikasi pertama penyakit dapat berupa perdarahan hidung, stroke atau kejang yang terjadi secara mendadak. Mayoritas klien mengalami gejala umum seperti kehilangan berat badan dan kekuatan badan, peningkatan iritabilitas, dan peningkatan berkemih di malam hari (nokturia).
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat  glomerulonefritis yang berlangsung lama. Gejala utama yang ditemukan adalah:
Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
Edema, penurunan kadar albumin
Hipertensi (Biasanya ada serangan ensefalopatihipertensi)
Peningkatan suhu badan
Sakit kepala, lemah, gelisah
Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
Ureum dan kreatinin meningkat
Oliguri dan anuria
Kolestrol darah naik
Fungsi ginjal menurun
Ureum meningkat + kreatinin serum.
Anemia.
Gagal jantung kematian
Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)

 

D.Komplikasi

Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.

Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.
Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.

Ketidakseimbangan cairan dan eletrolit pada fase akut.
Malnutrisi Hipertensi, congestive heart failure (CHF), endokarditis.

 

E.Patofisiologi

Glomerulonefritis kronis,awalnya seperti glomerulonefritis akut atautampak sebagai tipe reaksi antigen/antibody yang lebih ringan,kadang-kadang sangat ringan,sehingga terabaikan. Setelah kejadian berulang infeksiini, ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal,dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas, korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1-2 mm atau kurang. Berkas jaringan parut merusaksistem korteks,menyebabkan permukaan ginjal kasar dan ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan parut,dan cabang-cabang arteri renal menebal.

Pada Glomerulonefritis kronik akumulasi produk ureum yang mempengaruh hampir semua sistem organ. Sehingga terjadi Uremia pada GFRsekitar 10 mL/menit yang kemudian berlanjut pada keadaan gagal ginjal terminal. Respons perubahan secara struktural dan fungsional memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus kronis.
Glomerulonefritis progresif cepat berkaitan dengan proliferasi difus selsel gomerulus didalam ruang Bowman. Hal ini menimbulkan struktur yang berbentuk mirip bulan sabit yang merusak ruang Bowman. Kecepatan filtrasi glomerulus menurun sehingga terjadi gagal ginjal. Akhirnya yang terjadi adalah :

1.Penurunan GFR
Pemeriksaan klirens kreatinin dengan mendapatkan urin 24 jam untuk mendeteksi penurunan GFR. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen ureadarah (BUN) juga akan meningkat.

2.Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).

 

D.Komplikasi

Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.

Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.
Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.

Ketidakseimbangan cairan dan eletrolit pada fase akut.
Malnutrisi
Hipertensi, congestive heart failure (CHF), endokarditis.


hampir semua sistem organ. Sehingga terjadi Uremia pada GFRsekitar 10 mL/menit yang kemudian berlanjut pada keadaan gagal ginjal terminal. Respons perubahan secara struktural dan fungsional memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus kronis.
Glomerulonefritis progresif cepat berkaitan dengan proliferasi difus selsel gomerulus didalam ruang Bowman. Hal ini menimbulkan struktur yang berbentuk mirip bulan sabit yang merusak ruang Bowman. Kecepatan filtrasi glomerulus menurun sehingga terjadi gagal ginjal. Akhirnya yang terjadi adalah :
1.Penurunan GFR
Pemeriksaan klirens kreatinin dengan mendapatkan urin 24 jam untuk mendeteksi penurunan GFR. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen ureadarah (BUN) juga akan meningkat.
2.Gangguan klirens renal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).

3.Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan ataumengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestifdan hipertensi.
4.Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidakadekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dankecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,terutama dari saluran GI.
5.Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat.

Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang salingtimbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Denganmenurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dansebaliknya akan terjadi penurunan kadar kalsium. Penurunan kadarkalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagalginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan padatulangdan penyakit tulang.
6 Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon. (Smeltzer dan Suzanne, 2002)

 

 

 

F.Pemeriksaan Diagnostik

Urinalitis menunjukkan gravitasi mendekati 1.010,proteinuria dan endapan urinarius (butr-butir yang disekresi oleh tubulus ginjal yang rusak). Kriteria pemeriksaan urin
Warna

Secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Volume urine
Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria)
Berat jenis
Kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmolalitas
Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Protein
Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Klirens kreatinin
Agak menurun
Natrium
Lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
Ketika gagal ginjal terjadi dan filtrasi glomerulus menurun dibawah 50ml/menit(N : 100-120ml/menit,1,67-2,00 ml/detik,maka terjadi perubahan :
Hiperkalemia akibat penurunan eskresi,masukan dari makanan dan medikasi,asidosis dan katabolisme.
Asidosis metabolic akibat sekresi asam oleh ginjal dan ketidakmampuan untuk regenerasi bikarbonat.
Anemia akibat penurunan eritropoesis (produk SDM)
Hipoalbuminemia disertai edema akibat kehilangan protein melalui membrane glomerulus yang rusak.
Serum kalsium meningkat
Hipermagnesrumia akibat penurunan eskresi dan ingesti antacid yang mengandung magnesium.
Kerusakan hantaman saraf akibat abnormalitas elektrolidt dan uremia
Pemeriksaan sinar X pada dada menunjukkan pembesaran jantung dan edema pulmoner
EKG mungkin normal imun dapat juga menunjukkan adanya hipertensi disertai hipertropi ventrikel kiri dan gangguan elektrolit,seperti hiperkalemia dan puncak gelombang T.
Ultrasonografi Ginjal (Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas)
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi (Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif)
Arteriogram Ginjal (Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa).
Pemeriksaan laboratorium
LED (Laju Endap Darah) meningkat.
Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine meningkat.
Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.
Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC) sedikit menurun.
Ureum dan kreatinin meningkat.
Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
GDA: asidosis metabolik, pH  kurang dari 7,2

 

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Glomerulonefritis Kronik bertujuan menurunkan resiko dari penurunan progresif fungsi ginjal. Penatalaksanaan tersebut berupa Diet rendah natrium dan pembatasan cairan. Protein dengan nilai biologis yang tinggi ( produk susu, telur, daging ) diberikan untuk mendukung status nutrisi yang baik pada klien. Kalori yang adekuat juga penting untuk menyediakan protein bagi pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Pemberian antimikroba bila terdapat infeksi traktus urinarius harus ditangani dengan tepat untuk mencegah kerusakan renal lebih lanjut. Diuretik diberikan untuk menurunkan edema dan hipertensi. Dialisis dimulai dengan mempertimbangkan terapi awal untuk menjaga agar kondisi fisik klien tetap optimal, mencegah ketidaksimbangancairan dan elektrolit, dan mengurangi resiko komplikasi gagal ginjal.

Penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu medik dan perawatan:

Medik Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
Pemberian antibiotik untuk infeksi.
Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
Keperawatan Disesuaikan dengan keadaan pasien.
Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.
Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu.
Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena terdapat imuntas yang menetap.
Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein ( 1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak dinerikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

Pengobatan terhadap hipertensi.
Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.
Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

H.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
I.Identita

Sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering padapria
II.Keluhan Utama : Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan nyeri pada pinggang atau kostovertebra, miksi berdarah, wajah atau kaki bengkak, pusing atau keluhan badan cepat lelah.
Untuk komprehensifnya pengkajian, perawat menanyakan hal berikut :
- Kaji apakah pada beberapa hari sebelumnya pasien mengalami demam, nyeri tenggorokan, dan batuk karena peradangan padatenggorokan.
- Kaji berapa lama edema pada kaki atau wajah.
- Kaji adanya keluhan sesak napas
- Kaji adanya penurunan frekuensi miksi dan urine output
- Kaji adanya perubahan warna urin menjadi lebih gelap seperti warna kola.
- Kaji berapa lama keluhan penurunan nafsu makan dan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah.
- Kaji berapa lama keluhan miksi berdarah dan adanya perubahan urine output.
- Kaji onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki, apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah.
- Kaji keluhan nyeri daerah pinggang atau kostovertebra secara PQRST
- Kaji keluhan adanya memar dan perdarahan hidung yang bersifat rekuren.
- Kaji adanya anoreksi dan penurunan berat badan pada pasien.
- Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise.

III Riwayat kesehatan
Dahulu/yang lalu :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritematosus (penyakit autoimun lain). Apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi sebelumnya. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan
Sekarang :
Adanya keluan kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak nafsu makan, mual , muntah  dan diare yang dialami klien.
Pola kesehatan sehari-hari
Pola nutrisi  dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
ü Pola eliminasi :
Gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi  dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria, anuria, proteinuri, hematuria.
ü Pola Aktifitas dan latihan :
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan  dan tekanan darah mutlak selama 2  minggu dan mobilisasi  duduk dimulai  bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. 
ü Pola  tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
ü Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan (malaise)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot
IV.Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya compos mentis, tetapi akan berubah apabila sistem saraf pusat mengalami gangguan sekunder dari penurunan perfusi jaringan otak dan kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas
elektrolit dan uremia. Pada TTV, sering didapatkan adanya perubahan pada fase awal sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat. untuk mengetahui adanya lesi, adanya edema, hipertensi, adanya perubahan pola eliminasi, perubahan warna urin (kecoklatan, warna seperto cola, adakah ada sesak, nohturia, dispnoe dan ortopnoe
Inspeksi :
KU pasien lemah , gelisah tingkat kesadaran biasanya compos mentis
Kulit : kaji adakah lesi , warna kulit , adakah ekimosis ,kering tidaknya kulit .
Konjungtiva pucat
Frekuensi pernapasan 15 –  32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleurakarena distensi abdomen
Biasanya produsi Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri
Nyeri daerah perut
Palpasi :
Wajah ,mata ,tungkai dan seluruh tubuh ,lihat adakah edema ,kaji derajat edema , tempat edema
Jantung : apeks jantung ,adakah pembesaran jantung atau tidak, Nadi 70-110 X/mnt,
 tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensiringan bisa dijumpai.
Abdomen ; terdapat asites

 

Auskultasi :
Paru : biasanya bunyi paru crakels karena retensi cairan
Abdomen : Bissing usus berlebih atau tidak
Perkusi :
Paru : terdengar pekak atau tidaknya untuk mengetahui adakah efusi pleura

V Pengkajian Diagnostik Laboratorium
Kadar BUN dan kreatinin sering meningkat seiring dengan menurunnya urine output. Pasien dapat anemik akibat hilangnya sel darah merah ke dalam urine dan perubahan mekanisme hematopoetik tubuh.
Pengkajian Diagnostik Medis
Tujuan terapi untuk mencegahnya terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan risiko komplikasi. Risiko komplikasi yang mungkin ada, meliputi : Hipertensi ensefalopati, gagal jantung kongesif dan edema pulmoner. Hipertensi ensefalopati dianggap sebagai kondisi darurat medis dan terapi diarahkan untuk mengurangi tekanan darah tanpa mengganggu fungsi renal.
Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut,meliputi hal-hal berikut :
- Pemberian antimikroba derivate pensilin untuk mengobati infeksi streptokokus
- Diuretik dan antihipertensi untuk mengontrol hipertensi
- Terapi cairan. Jika pasien dirawat di rumah sakit, maka intake dan ouput diukur secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan dan berat badan harian.
VI Diagnosis Keperawatan
Kelebihan volume cairan b.d oliguri,penurunan fungsi ginjal
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kadar HB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah ,malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan
Penurunan curah jantung b.d hipertensi sistemik peningkatan beban jantung
Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan suplai O2
Resiko kerusakan integritas kulit b.d edema
Gangguan pertukaran gas b.d edema paru
Intoleransi aktivitas b.d suplai O2 ke jaringan menurun, fatigue dan nyeri
VII Intervensi Keperawatan
Kelebihan volume cairan b.d oliguri, Penurunan fungsi ginjal
Tujuan : pasien akan mempertahankan keseimbangan antara intake dan output
Kriteria evaluasi : dalam jangka waktu 1 x 24 jam jumlah urine yang dihasilkan 150 – 2500 cc
Intervensi
Kaji edema perifer, timbang BB, ukur TTV, tiap 6-8 jam ukur intake dan output tiap 24 jam.
 R/ : untuk memntukan apakah da retensi cairan atau tidak
Batasi intake natrium dan cairan
 R/ : membatasi retensi cairan
Berikan diuretik sesuai anjuran
R/ : untuk mengeluarkan cairan yang tertahan
Berikan kardiac glycosit jika dianjurkan
R/ : mencegah gagal jantung kongestif 
Gangguan perfusi jaringan ginjal b.d penurunan kadar HB
 Tujuan : pasien akan mempertahankan fungsi ginjal yang abnormal
Kriteria evaluasi: dalam jangka waktu 6–  8 jam perfusi jaringan ginjal kembali normal yang ditandai dengan tanda–  tanda vital kembali normal
Intervensi :
Kaji tekanan darah tiap 6 – 8 jam, intake dan output tiap 24 jam, edema, dan data –  data laboratorium.
 R/ : gagal ginjal akut mungkin ditujukan dengan azotemia, anemia, hiperkalemia, asidosis.
Berikan obat anti hipertensi sesuai anjuran, diit rendah potasium,dan  berikan obat konfulsan.
R/ : untuk mengontrol gejala uremik dan komplikasi kardiovaskuler
Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction.
 R/ : serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak 
Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N:1 – 2 ml/kgBB/jam).
R/ : Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8  jam.
R/ : Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
R/ : Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan. c.

 penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertensi sistemi dan  peningkatan beban jantung
Tujuan : mempertahankan curah jantung
Kriteria evaluasi : TD dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi  perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Observasi TD dan frekuensi jantung
R/ kelebihan volume cairan, hipertensi meningkatkan kerja jantung
Kaji warna kulit, membran mukosa dan dasar kuku
R/ pucat mungkin menunjukan vasokontriksi dan anemia
Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat yang adekuat, berikan  bantuan dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan
R/ menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung
Awasi pemeriksaan laboratorium contoh elektrolit
R/ ketidakseimbangan dapat mengganggu sistem konduksi elektrikal dan fungsi jantung
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
 R/ pengobatan yang efektif untuk meningkatkan curah jantung.

                                                    


BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan
   Sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal di mana apabila dirangkai akan mencapai panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron yang berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap 10 tahun. Bila glomerulus terjadi peradangan secara mendadak disebut Glomerulonefritis Akut. Dimana terjadi pengendapan kompleks antigen antibody di kapiler-kapiler glomerulus setelah infeksi oleh streptokokus.Sedangkan peradangan glomerulus berkepanjangan disebut Glomerulonefritiskronis, akibat suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Dapat terjadiakibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Biasanyasering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus subklinis yangdisertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan. Biasanya penyakit ini baru terdeteksi setelah berada pada fase progresif yang biasanya bersifat ireversibel.

B.     Saran
Demikian makalah ini penulis susun.Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.Karena itu, pastilah makalah ini belum sesuai harapan.Untuk itu, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis.Sehingga makalah kami bisa lebih baik kedepannya.Terimakasih

DAFTARPUSTAKA


Muttaqin, Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Salemba Medika
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis – Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC
Williams, Lippincott & Wilkins. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Dongoes, E. Marlyn, dkk.1999. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EDISI 3.  Jakarta: EGC.
https://www.scribd.com/presentation/372055777/Asuhan-KeperawatanGNA-NS-GNC
https://www.scribd.com/document/390486005/Askep-GNC-docx

 

Artikel Terkait