ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D DENGAN DEMAM TIPOID

 


BAB I

PEMBAHASAN

 

A.  KONSEP DEMAM TIFOID

1.      Definisi

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

 

2.      Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 178).

3.      Manifestasi Klinis

Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

a.    Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

b.    Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

c.    Nyeri kepala

d.   Malaise

e.    Letargi

f.     Lidah kotor

g.    Bibir kering pecah-pecah (regaden)

h.    Mual, muntah

i.      Nyeri perut

j.      Nyeri otot

k.    Anoreksia

l.      Hepatomegali, splenomegali

m.  Konstipasi, diare

n.    Penurunan kesadaran

o.    Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler

p.    Epistaksis

q.    Bradikardi

r.     Mengigau (delirium)

 

4.      patofisiologi

Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuik melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam lamina propia. Sebagian dari Salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian Salmonella typhi masuki melalui folikel limpa ke saluran limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bacteremia. Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang kemduian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi.Pada mulanya, plakat player penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrat atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar di ileum daripada dikolon sesuai dengan ukuran plak pyer yang ada disana.Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis

Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik-turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Di samping itu peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan mobilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegaly, dan hepatomegali

Pada minggu selanjutnya dimana infeksi local intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus-menerus (demam kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltic, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltic menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran.

 

5.      Pemeriksaan Diagnostik

a.    Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c.    Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1)   Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2)   Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3)   Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

 

 

 

4)   Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

 

d.   Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1)   Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

2)   Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

3)   Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

6.      Penatalaksanaan

a. Perawataan

1)      Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

2)      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b.Diet

1)        Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2)        Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3)        Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4)        Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

c. Obat-obatan

1)   Kloramfenikol.

Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2)   Tiamfenikol.

Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3)   Kortimoksazol.

Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

4)   Ampisilin dan amoksilin.

Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5)   Sefalosporin Generasi Ketiga.

Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6)   Golongan Fluorokuinolon

a)    Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

b)   Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

c)    Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

d)    Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

e)    Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

f)    Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

7.      Komplikasi

Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius bisa terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam typhoid yaitu :

 

a.    Komplikasi intestinal

1)   Pendarahan intestinal

2)   Perforasi usus

3)   Ileus paralitik

b.    Komplikasi ekstra intestinal

1)   Komplikasi kardiovaskuler :  kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis), miokarditis, thrombosis, dan tromboflebitis.

2)   Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi intravaskuler diseminata dan sindrom uremia hemolitik.

3)   Komplikais paru : Pneumonia, Empiema, dan Pleuritis

4)   Komplikasi hepar dan kandung kemih : Hepatitis dan Kolelitiasis

5)   Komplikasi ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis dan Perinefritis

6)   Komplikasi tulang : Osteomielitis, Periostitis, Spondilitis, dan Arthritis

7)   Komplikasi neuropskiatrik : Delirium, Meningismus, Meningitis, Polyneuritis Perifer, SIndrom Gullain Barre, Psikosis dan Sindrom Kotatonia(Wijaya A. S., 2013, p. 179)

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.  PENGKAJIAN

1.      Identitas Klien          

Nama                                        : An. D

Tempat/Tanggal Lahir               : Mandailing/04 September 2008

Nama Ayah/ibu                         : Tn. N/Ny. I

Pekerjaan Ayah                         : TNI-AD

Pekerjaan Ibu                            : IRT

Alamat                                      : Asrama 122, Dolok Masihule

Suku                                          : Mandailing

Agama                                      : Islam

Pendidikan                                : SMA

 

2.      Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

 

 

 

 

3.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a.    Prenatal                

Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.

b.    Natal                     

Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

c.    Postnatal               

Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D

 

4.      Riwayat Masa Lalu

a.    Penyakit waktu kecil        

Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.

b.    Pernah dirawat dirumah sakit      

Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.

c.    Obat-obat yang digunakan           

Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.

d.   Tindakan (operasi)            

Tidak ada

e.    Alergi                               

Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.

f.     Kecelakaan

Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.

g.    Imunisasi

Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

5.      Riwayat Sosial

a.    Yang mengasuh

Ny. I dan Tn. N

b.    Hubungan dengan anggota keluarga        

Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.

c.    Hubungan dengan teman sebaya 

Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya

d.   Pembawaan secara umum            

Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya

e.    Lingkungan rumah                                   

Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

 

6.      Kebutuhan Dasar

a.    Makanan

1)        Makanan yang disukai/ tidak disukai

Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.

2)        Selera

Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.

3)        Alat makan yang dipakai

Piring, sendok, dan cangkir.

4)        Pola makan/jam

Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

 

                                                     

b.    Pola tidur

1)   Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)

Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

2)   Tidur siang

Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.

c.    Mandi

Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

d.   Aktivitas bermain

Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.

e.    Eliminasi

Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

 

7.      Keadaan Kesehatan Saat Ini

a.    Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever

b.    Tindakan operasi               : Tidak ada

c.    Status cairan                      : Ringer Laktat

d.   Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP

e.    Obat-obatan                      :

1)   Cotrimoxazole 2 x cth I

2)   PCT 3 x1 tab

3)   Lactulosa 3 x cth I

f.      Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.

g.    Tindakan keperawatan      :

1)   Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital

2)   Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat

3)   Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

4)   Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut

h.    Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013

1)   Haemoglobin       : 15.6 g/dl

2)   Hematokrit          : 46,9 %

3)   Leukosit               : 9.800/ml

4)   Trombosit            : 189.000/ml

5)    LED                     : 5 mm

6)   Widal                   :

-             O       : 1/80 1/80 1/40 1/80

-             H       : 1/40 1/40 1/80 1/80

i.       Foto roentgen                    : Tidak ada

j.      Lain-lain                            : Tidak ada

 

8.      Pemeriksaan Fisik

a.    Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis

b.    TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg

c.    Lingkar kepala                 : 49 cm

d.   Kepala                   

Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

e.    Mata                      

Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

f.     Leher                               

Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).

g.    Telinga                            

Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)

h.    Hidung    

Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.                

i.      Mulut                  

Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.

j.      Dada                   

Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 

k.    Paru- paru                        

Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

l.      Jantung                

Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.        

m.  Perut                    

Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)

n.    Punggung                        

Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)

o.    Genetalia                         

Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)

p.    Ektremitas

1)   Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

2)    Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

5   5

4   4

q.    Tanda vital

1)   RR                               : 32      x/menit

2)   HR                               : 130    x/menit

3)      TD                               : 85/60 mmHg

4)      Temp                           : 38,1   0C

 

9.      Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan

a.    Kemandirian bergaul       

An. D mudah berinteraksi dengan orang lain

b.    Motorik halus                  

An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya

c.    Motorik kasar                  

An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki

d.   Kognitif                          

An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)

e.    Bahasa                              :

Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.

 

10.  Pemeriksaan Penunjang      

Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

 

11.  Ringkasan Riwayat Keperawatan

Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.

 

B.  Diagnosa Keperawatan

a.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.

b.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

c.    Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

d.   Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

e.    Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

 

C.  Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.



Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, suhu tubuh normal.

 

Kriteria hasil :

-          TTV dalam batas normal

-          TD : 80-120/60-80 mmhg

-          N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)

-          S : 36,5-370C

-          P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)


  Observasi tanda-tanda vital

 

 

 

 

 

 

  Beri kompres pada daerah dahi

 

 

 

 

 

 

  Anjurkan untuk banyak minum air putih


 

 

 

 

  Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik

  Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya

  Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas

  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

  Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri

2

Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.

 

Kriteria hasil :

-           Nafsu makan meningkat,

-          Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,

-          Porsi makan dihabiskan


  Kaji kemampuan makan klien

 

 

  Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

 

 

  Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein

  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai

  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedas

  Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi


  Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya

  Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah

  Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat

 

 

  Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien

 

 

 

  dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisi

 

 

  Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah

3

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, tidak terjadi defisit volume cairan


Kriteria hasil :

-          Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,

-          Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah


  Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit

  Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah

  Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan

  Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuat

  Kolaborasi pemberian cairan intravena


  Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairan

  Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok

 

 

  Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan

  Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh

  Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan

4

Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal.


Kriteria hasil :

-          Klien melaporkan BAB lancar

-          Konsistensi lunak


  Kaji pola eliminasi klien

 

 

 

 

  Auskultasi bising usus

 

 

 

 

 

  Selidiki keluhan nyeri abdomen

  Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses

 

  Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB

  Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi

  Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya

  Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit

  Berhubungan dengan distensi gas

 

  Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

 

  Mengatasi konstipasi yang terjadi

 

 

 

 

  Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan




5

Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

 

 

 

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi


Kriteria hasil :

-          Ekspresi tenang

-          Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya

  Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien

 

  Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya

  Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nya

 

  Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya

  Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien

  Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya

 

  Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurang

  Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.  Kesimpulan

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

 

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika

Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

https://samoke2012-wordpress-com.

Artikel Terkait