PERADABAN ISLAM RASULULLAH 610-622 M

 PERADABAN ISLAM RASULULLAH 610-622 M


I.                   PENDAHULUAN

Pada saat seluruh dunia tenggelam dalam arus kebohongan, kehilangan human dignity, jauh dari sinaran tauhid, dan keadaan sosial,politik, ekonomi, budaya, dan agama masyarakat dunia khususnya arab sangat rapuh dan memprihatinkan, muncul seorang tokoh besar dalam sejarah sepanjang masa.

Ia membawa obor transformasi dari kehidupan kegelapan menuju cahaya terang. Ia mengantarkan masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang terbimbing dan terdidik, lebih-lebih melepaskan bangsa arab dari kemusyrikan menuju tauhid. Ia adalah Nabi Muhammad SAW yang terkenal sebagai pembawa risalah yang rahmatallil’alamin.

Periode Rasulullah SAW merupakan cikal bakal pembentukan peradaban islam. Peradaban islam dibangun dengan menjadikan agama islam sebagai dasar pembentukannya. Dalam masa ini, diuraikan dinamika yang terjadi pada masyarakat muslim dalam upaya merintis penegakan risalah islam di sekitar jazirah arab sebagai pandangan hidup baru masyarakat.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang peradaban  sebelum islam, dakwah makkah Nabi Muhammad SAW dan sistem sosial di Makkah.

II.                RUMUSAN MASALAH

A.    Bagaimana peradaban arab sebelum islam?

B.     Bagaimana dakwah makkah Nabi Muhammad SAW?

C.     Bagaimana pembentukan sistem sosial di Makkah?

III.             PEMBAHASAN

A.    Peradaban Arab Sebelum Islam

Sejarawan muslim membagi penduduk Arab menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

1.      al-‘Arab al-Ba’idah: Arab Kuno,

2.      ‘Arab al-‘Arabiyah: Arab pribumi, dan

3.      ‘Arab al-Mustaribah: Arab pendatang.

Orang gurun pasir kebanyakan tinggal di Arab Utara yang buta huruf dan tidak maju (nomads).Ahli sejarah Arab tidak dapat menemukan sejarah mereka pada zaman kuno. Mereka mencatat periode itu al-Ayyam al-Jahiliyah (the daya of the darkness: masa-masa kegelapan). Sebenarnya hal ini dikarenakan mereka tidak mengetahui agama, tata cara kemasyarakatan, politik, dan pengetahuan tentang ke-Esaan Allah, maka mereka dikatakan penduduk jahil (Rahman, 1977: 1).

Meskipun orang Arab berperan dalam gelanggang politik, misalnya Kerajaan Saba dan Kerajaan Yaman di Arab Selatan, Kerajaan Petra di Jeruzalem, Kerajaan Palmerah dan Gassan di Syam, serta Kindah di Arab Tengah, namun mereka hidup dalam klan atau kabilah-kabilah. Setiap kabilah terdiri dari beberapa sub-kabilah atau lebih popular dengan istilah Arab, Qoum.Kadang-kadang beberapa kaum atau suku mengadakan peerjanjian persahabatan untuk hidup damai yang disebut al-Ahlaf.Hidup bersama-sama kabilah dan juga mematuhi peraturan kabilah atau kepala suku (Shekh) adalah wajib.Bukan hanya itu, meskipun mereka sangat mencintai keluarga, namun dalam hal kehormatan kabilah adalah di atas segalanya.Semangat (spirit) kekabilahan tersebut oleh Ibnu Khaldun disebut dengan istilah al-Ashabiyah (Rahman, 1977: 2-3).

Sebelum islam, kondisi dan kedudukan wanita sumbernya bervariasi. Ada yang menyatakan, bahwa di kalangan bangsa Arab terdapat beberapa kepala suku wanita, seperti Ummu Aufah, Kindah, dan sebagainya yang berdiam di Mekah, Madinah, Yaman dan sebagainya.Merekalah yang menentukan segala kebijakan.Namun jumlah mereka tidak banyak.Kebanyakan wanita tidak ada harganya di mata masyarakat.Mereka dianggap tidak lebih dari barang yang dijual-belikan di pasar.Mereka tidak dapat sebagai pewaris suami atau orang tua. Laki-laki dengan semaunya bias nikah dengan wanita yang banyak, sedangkan wanita hampir tidak. Terdapat juga dalam beberapa suku, ibu tiri menikah dengan anak tirinya, saudara kandung menikah dengan sesame saudaranya.

Mengenai kasus penguburan anak hidup-hidup, itu tidak berlaku pada semua suku di Arab.Tradisi itu berlaku pada beberapa suku di antaranya pada Bani Tamim dan Bani Asad.Mereka membunuh anak-anak karena punya keyakinan, bahwa anak (kebanyakan perempuan) adalah penyebab kemiskinan dan keluarga menjadi malu.Terdapat dua alasan mereka yang mengakibatkan pembunuhan terhadap anak yaitu karena faktor kependudukan.Di mana akibat hancurnya Bendungan Ma’arib, Yaman, rakyat berbondong-bondong pindah ke Utara termasuk di kota-kota seperti Mekah, Madinah, Damaskus dan sebagainya.Urbanisasi besar-besaran ini mempengaruhi ekonomi dengan serius.Oleh karena itu, semakin banyak anggota keluarga sulit untuk mendapatkan makanan sehingga karena faktor kemiskinanlah akhirnya mereka membunuh anak. (Q. S. 17 (al-Isra): 31). Alasan berikutnya, yaitu perempuan dianggap membawa aib, apabila di kalangan mereka kalah dalam peperangan, maka istri dan anak perempuannya akan diperkosa beramai-ramai oleh suku yang menang dalam peperangan sehingga lebih baik bagi perempuan untuk dibunuh terlebih dahulu (Rahman, 1977: 4-6).

Faktor geografis, sangat mempengaruhi sifat dan perilaku rata-rata orang Arab yang mungkin terkesan keras, walaupun itu tidak semuanya.Kepala suku adalah orang yang memiliki muru’ah (kejantanan, kesempurnaan perilaku).Ia bertanggung jawab penuh atas segala yang terjadi pada anggota sukunya, bermurah hati, menjamu tamu, baik yang resmi menjadi utusan dari suku lain atau tamu biasa, yang datang dari kampungnya, dan menolong orang lain yang membutuhkan bantuannya, bahkan musuh bebuyutan tetap dijamu dan dihormati.

Strategi perang mereka terdiri dari lima pasukan inti, yaitu al-Khamis, terdiri dari lima sayap. Pertama, al-Muqoddam pasukan pembawa bendera.Kedua, al-Maemanah, sayap kanan dan ketiga, al-Maesarah, sayap kiri.Keempat, al-Saqoya, pasukan pembawa obat-obatan dan makanan, serta suka relawan untuk menyiapkan makanan, memperbaiki senjata, dan merawat pasukan yang cedera dan sakit.Kelima, al-Qolb yaitu pasukan inti yang berada di tengah-tengah pasukan, dipimpin langsung oleh panglima perang atau kepala suku.Strategi ini diadopsi total oleh Nabi Muhammad dalam peperangan melawan orang-orang kafir qurays (Husaini, 1949: 15-16).[1]

Perlu dijelaskan, bahwa kota Mekah merupakan kota suci yang setiap tahunnya dikunjungi banyak orang baik dari dalam negeri maupun dari manca negara, terutama karena disitulah terdapat bangunan suci ka’bah. Selain itu, di Ukas terdapat pasar sebagai tempat pertukaran barang dari berbagai duni dan tempat berlangsungnya perlombaan kebudayaan (Puisi Arab). Oleh Karen itu, kota tersebut menjadi pusat peradaban baik politik, ekonomi, dan budaya penting. Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada para konglomerat, pejabat, tentara, dan keluarga penguasa, karena komoditas tersebut mahal, terutama barang-barang impor yang harus dikenai pajak yang sangat tinggi. Alat pembayaran yang mereka gunakan adalah koin yang terbuat dari perak, emas atau logam mulia lain yang ditiru dari mata uang Persia dan romawi. Sampai sekarang beberapa koin tersebut tersimpan disejumlah museum di timur tengah (Hitti, 2005: 108-136 dan Abdullah [ed], 2002: 14-18).

Sejak islam datang, nilai-nilai keadilan dan persamaan mulai dimasukkan dalam perekonomian masyarakat Arab. Misalnya, dalam hal pertanian dan perdagangan, islam mengayakannya dengan semangat keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbolehkan memonopoli perekonomian dan memperbudak yang miskin.Nabi SAW mencontohkan bagaimana orang kaya membantu dan membina yang miskin sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi.

Pada masa kegelapan di Arab tidak ada pendidikan dan budaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, namun mereka tidak pernah berpisah dengan aktifitas budaya.Sastra Arab itu sangat maju dan memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa Arab.Sastra mereka sangat tinggi nilainya maka sejarawan dan ahli budaya Barat menyamakan dengan kemajuan sastra-sastra modern Eropa.                          Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW, di dunia Arab terdapat bermacam agama terdapat bermacam agama, yaitu paganism, Kristen, Yahudi, dan Majusi. Masyarakat arab telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahim. Bekas-bekas agama Nabi Ibrahimmasih tersisa ketika Islam diperkenalkan pada masyarakat Arab.Bekas yang masih sangat terasa adalah penyebutan Allah sebagai Tuhan mereka. Secara fisik peninggalan Ibrahim dan Ismail yang masih terpelihara adalah Bait al-Allah atau Ka’bah yang berada di kota Mekah. Kegiatan ritual keagamaan masih dilakukan dengan menyebut-nyebut nama Allah di sekitar rumah-Nya.

            Sejarah mencatat, bahwa menjelang kelahiran Muhammad, bangsa Arab masih menempatkan Allah sebagai Tuhannya walaupun dalam perkembangan berikutnya mengalami proses pembiasan yang mengakibatkan terjadinya pengingkaran prinsip tauhid. Pada umunya, mereka menjadikan berhala sebagai sesuatu yang sangat dekat dengan mereka.Karena itu, mereka biasa disebut sebagai penyembah berhala atau paganisme. Penyembahan berhala ini, pada mulanya terjadi ketika orang-orang Arab pergi ke luar kota Mekah. Mereka selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah.Mereka menyucikan batu dan menyembahnya di mana pun mereka berada.Lama-kelamaan dibuatlah patung yang terbuat dari batu untuk disembah dan orang mengelilinginya (tawaf).Kemudian mereka memindahkan patung-patung itu dan jumlahnya mencapai 360 buah dan diletakkannya di sekitar Ka’bah.

            Di samping itu, ada patung-patung yang tetap berada di luar Mekah. Beberapa patung yang terkenal, antara lain, adalah Manah atau Manata di dekat Yasrib atau Madinah; Al-Latta di Taif (menurut catatan sejarah ini adalah patung yang tertua); al-Uzza di Hijaz; dan Hubal atau patung terbesar, terbuat dari batu akik, berbentuk manusia dan diletakkan di dalam Ka’bah mereka percaya; menyembah berhala-berhala itu bukan berarti menyembah wujudnya, tetapi hal itu dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan. Pernyataan ini sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an, bahwa kami tidak menyembah kepada mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya (Q. S. 39 [al-Zumar]:3). Masa itu disebut sebagai masa jahiliyah, masa kegelapan, masa kebodohan dalam moral (agama), bukan dalam hal seperti ekonomi perdagangan, dan sastra.Mereka beragama dengan mengagungkan anggapan-anggapan mereka sendiri.Beberapa perilaku Arab pra-Islam, banyak dicatat dalam sejarah adalah membunuh anak perempuan, melembagakan perbudakan, dan sebagainya (Rahman, 1977:7-9 dan Munthoha dkk, 2002: 21-23).

            Menjelang lahirnya Muhammad ibn Abdullah di masyarakat Arab terdapat sekelompok orang yang dikenal sebagai kaum Hanif, penganut agama nabi Ibrahim.Mereka sangat sedih atas perlakuan bangsa Arab yang rusak moral mereka akibat merosotnya kondisi sosial, ekonomi, politik dan agama. Telah disebut, sebagai misal: begitu bayi lahir langsung dibunuh, dikarenakan pembawa aib bagi keluarga. Melihat keadaan bangsa Arab sedemikian rapuh moralnya, maka mereka kaum Hanif menanti dan mengharapkan kehadiran seorang maha pemimpin yang dapat menyelamatkan dan membebaskan dari kondisi keterpurukan itu. Oleh karena itu, kehadiran Muhammad saat itu sangat tepat sekali dan sangat dinanti-nantikan seperti ungkapan Hitti –the stage was set, the moment was psychological, for the rise of great religious and national leader (Karim, 1972: 26)—tepat sekali.

            Dapat dikatakan, bahwa dari kebudayaan Arab, islam memelihara, memperbaiki, dan mengembangkan, serta menyempurnakan beberapa hal seperti system moral, tata pergaulan, strategi perang – 100% ditiru islam--, dan hukum keluarga. Al-Quran dan sunah memberikan perubahan yang nyata bagi bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk islam tentang pandangan dunia, tujuan hidup, peribadatan, dan sebagainya. Hal ini kemudian menjadi bagian utama dari pemikiran dan peradaban islam. Itu semua didukung oleh kreativitas umat islam sendiri yang memang diberi ruang yang luas untuk bergerak.

B.     Dakwah Makkah Nabi Muhammad SAW

a.       Periode Makkah

Sejarah islam membagi sejarah hidup rasul ke dalam dua babak, yaitu sejarah ketika rasul di Makkah dan sejarah hidup rasul di Madinah. Sebelum islam datang di tanah Arab, sebenarnya masyarakat Arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang dikenal dengan paganisme, mereka tidak mengingkari adanya Tuhan, tetapi mereka umumnya  menggunakan perantara yaitu patung-patung atau berhala untuk menyembah Tuhan mereka.

Orang- orang Arab juga hidupnya suka berpindah-pindah tempat atau yang disebut nomaden, mereka suka mengebara kemana-mana. Itu bisa dipahami karena kondisi alam bangsa Arab memang kebanyakan  tandus dan kurang subur.karena kondisi alam seperti inilah terkadang menjadikan mereka memiliki watak yang keras. Mereka suka berperang, kaum laki-laki  menjadi dominan dalam posisi ini, sehingga ketika mereka emiliki anak-anak laki-laki mereka bangga , tetapi sebaliknya ketika mereka mendapatkan anak perempuan mereka mersas aib dan malu, karena tidak bisa diajak berperang, maka banyak yang mereka bunuh.[2]

1)      Sebelum masa kerasulan

Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy.Kabilah ini memegang jabatan Siqayah.Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relative miskin.Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Mutholib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya.Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran nabi dikenal dengan nama Tahun Gajah (570  M). Di namakan demikian, karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerbu makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan  penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.

Pada usia kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar.Khadijah kemudian melamarnya.Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Perkawinan nabi dengan Khadijah dikaruniani enam orang anak dua putra dan empat puteri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqoyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil.Nabi Muhammad tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.

2)      Masa kerasulan

Penunjukannya sebagai nabi ditandai dengan turunnya wahyu Ilahi ketika ia berada di Gua Hira, tepatnya saat ia berusia 40 tahun. Wahyu pertama yang diterimanya adalah Surat al-Alaq, ayat 1-5.Dengan wahyu pertama ini, Muhammad SAW telah diangkat sebagai Nabi Allah.[3]

. Pada tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang dikenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun[4](orang-orang yang lebih dulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah (rumah Arqam).

Setelah dakwah terang-terangan dilakukan oleh Nabi, banyak pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul.Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu antara lain:

(1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bany Abdul Muthalib.Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.

(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.

(3)  Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.

(4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.

(5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.[5]

Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW, namun selalu gagal, baik secara diplomatik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik. Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan istri tercinta beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian.Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.[6]

Karena di Mekah dakwah Nabi Muhammad SAW mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar Mekah.Namun, di Thaif beliau dicaci dan dilempari batu sampai beliau terluka.Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah SWT mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu.Berita tentang Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah.Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad SAW.Sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.

Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Mereka terdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj[7] yang masuk islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka dating untuk memeluk agama Islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua suku.Mereka kemudian mendakwahkan Islam di Yatsrib. Gelombang kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka dating kembali menemui nabi dan mengadakan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertama”, yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian ke Yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh Mus’ab bin Umair yang diutus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian, mereka dating kembali pada nabi untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi pada tempat yang sama.

Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Dan ketika sampai di sana, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama Yatsrib diubah menjadi Madinah.[8]

C. Pembentukan Sistem Sosial di Makkah

Bila dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas dan budaya yang tinggi.Bila salah seorang dari warganya, atau pengikut-pengikutnya dianiaya atau dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela.Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu dapat diketahui dari kerajaraan-kerajaan yang berdiri di Yaman.Dari Bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang berkuasa di daerah Yaman, di antaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in, Quthban, Saba’ dan Himyar.

1.      Kerajaan Ma’in (Ma’niyah)

Kerajaan Ma’in ini berdiri kira-kira 1200 th SM, di Yaman.kerajaan Ma’in ini didirikan oleh suku Ma’in yaitu suatu suku yang terbilang besar di antara suku-suku dari Bani Qathan. Bentuk pemerintahan mereka adalah monarki yang demokratis.Rajanya memerintah secara turun-menurun kepada anak, dan kadang-kadang terdapat pula raja memegang kekuasaan bersama anaknya.Di samping raja ada majelis umum, sedang di kota-kota dibentuk pemerintahan setempat.

2.      Kerajaan Quthban

Kerajaan Quthban berdiri di Yaman selatan kurang lebih 1000 SM. Ibu kotanya Quthban.Kerajaan Quthban ini mempunyai kedudukan terpenting dalam sejarah karena penguasaan dan pengawasan mereka terhadap selat Bab el- Mandep.Selat Beb el-Mandep termasuk salah satu pusat perniagaan di masa itu.

3.      Kerajaan Saba’

Kerajaan Saba’ berdiri kira-kira tahun 950 SM. Kerajaan Saba’ dibangun oleh rajanya yang pertama yang bernama Saba’ Abdu Syam ibn Yasyjub ibn Ya’rub dan Qathan. Oleh karena daerah Yaman adalah daerah kering, karena tidak ada sebuah sungai pun mengalir di Yaman ini, dan hujannya adalah hujan musiman yang hanya turun pada musim panas saja, maka oleh raja Saba’ membangun sebuah bendungan air di dekat kota Ma’aribini, yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan “Saddu Ma’arib” (Bendungan Ma’arib).

4.      Kerajaan Himyar (Himyariyah)

Kerajaan Himyar berdiri kira-kira tahun 115 SM. Didirikan oleh suku Himyar, sedang asal-usul suku Himyar itu adalah seorang di antara saudara-saudara raja Saba’ pendiri kerajaan Saba’iyah.[9]

IV.             KESIMPULAN

Sebelum islam, kondisi dan kedudukan wanita sumbernya bervariasi. Ada yang menyatakan, bahwa di kalangan bangsa Arab terdapat beberapa kepala suku wanita, seperti Ummu Aufah, Kindah, dan sebagainya yang berdiam di Mekah, Madinah, Yaman dan sebagainya.

Sejak islam datang, nilai-nilai keadilan dan persamaan mulai dimasukkan dalam perekonomian masyarakat Arab. Misalnya, dalam hal pertanian dan perdagangan, islam mengayakannya dengan semangat keadilan, kejujuran, dan kesamaan. Kalangan kaya tidak diperbolehkan memonopoli perekonomian dan memperbudak yang miskin.

Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW, di dunia Arab terdapat bermacam agama terdapat bermacam agama, yaitu paganism, Kristen, Yahudi, dan Majusi. Masyarakat arab telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahim. Bekas-bekas agama Nabi Ibrahimmasih tersisa ketika Islam diperkenalkan pada masyarakat Arab.Bekas yang masih sangat terasa adalah penyebutan Allah sebagai Tuhan mereka.

Dapat dikatakan, bahwa dari kebudayaan Arab, islam memelihara, memperbaiki, dan mengembangkan, serta menyempurnakan beberapa hal seperti system moral, tata pergaulan, strategi perang – 100% ditiru islam--, dan hukum keluarga.

Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah.Pada usia kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar.Khadijah kemudian melamarnya.Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

Penunjukannya sebagai nabi ditandai dengan turunnya wahyu Ilahi ketika ia berada di Gua Hira, tepatnya saat ia berusia 40 tahun. Wahyu pertama yang diterimanya adalah Surat al-Alaq, ayat 1-5.Dengan wahyu pertama ini, Muhammad SAW telah diangkat sebagai Nabi Allah.

Pada tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau.Setelah dakwah terang-terangan dilakukan oleh Nabi, banyak pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul.Ditengah keputus asaan Nabi Muhammad, Allah SWT mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu.Berita tentang Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah.

Dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas dan budaya yang tinggi.Bila salah seorang dari warganya, atau pengikut-pengikutnya dianiaya atau dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela.Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu dapat diketahui dari kerajaraan-kerajaan yang berdiri di Yaman.Dari Bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang berkuasa di daerah Yaman, di antaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in, Quthban, Saba’ dan Himyar.

V.                PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat.Kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah kami.Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Munir, Samsul, M.A, Dr.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH

Fuadi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Teras

Karim, Abdul, M.Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Mufrodi, Ali, Dr.1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos

Syalabi, Ahmad, Prof. Dr. 1998.Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani. Jakarta: Kalam Mulia

Syukur, Fatah. 2002.Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PUSTAKA RIZKI PUTRA

Yatim, Badri. 2010.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RAJA GRAFINDO PERSADA


[1] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm 50-53.

[2]Imam fuadi. Sejarah Peradaban Islam.(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm 1-2

[3] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm 63.

[4] Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), hlm 20.

[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RAJA GRAFINDO PERSADA, 2010), hal.16-20

[6] Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), hlm 20.

[7] Prof. Dr. Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm 104

[8] Drs, Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm 68.

[9] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2002), hal.22-24


Artikel Terkait