ASKEP PERILAKU KEKERASAN

 BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit menunjukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan merujuk pada penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.


Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Gejala-gejala Skizofrenia mengalami penurunan fungsi / ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.


Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS. Jiwa adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri, ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lainnya. Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang lain.


Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative tapi tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kamarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan intra personal.


Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh pasien atau keluarga.


B.   Tujuan Penulisan

1.    Tujuan umum

Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal.


2.    Tujuan khusus

Penulis dapat mengidentifikasikan hambatan dalam perawatan pasien marah agresif sehingga dapat dicari pemecahan masalahnya

Penulis dapat mengganbarkan hasil pengkajian keperawatan pada pasian dangan prilaku kekerasan

Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada pasein dengan prilaku kekerasan

penulis dapat mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan prilaku kekerasan

penulis dapat mendiskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada pasien dengan prilaku kekerasan

penulis dapat mendiskripsikam hasil evaluasi yang berhasil dilakukan

 


C.   MANFAAT PENULISAN

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :


Memberikan informasi mengenai perilaku kekerasan

Memberikan informasi penyusunan asuhan keperawatan dengan pasien perilaku kekerasan.

 


 


 


 


 


 


 


BAB II


PEMBAHASAN


 


A.   Konsep Medis

Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai sesorang secra fisik maupun psikologi. Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Keliat, 2011)


Rentan respon marah


 


 


 


Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.

Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

 


Etiologi

Faktor predisposisi

1)    Faktor psikologis


a)    Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.


b)    Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan.


c)    Frustasi.


d)    Kekerasan dalam rumah atau keluarga.


2)    Faktor sosial budaya


Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif tidak berbeda dengan respon-respon yangb lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui obserfasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat memengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.


 


 


3)    Faktor biologis


Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan padfa hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku egresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akanmenimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang obyek yang ada disekitarnya.


Faktor preipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.


1)    Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.


2)    Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.


3)    Lingkungan : panas, padat, dan bising.


 


Tanda dan gejala

Fisik

Mata melotot

Pandangan tajam

Tangan mengepal

Rahang mengatup

Wajah memerah

Postur tubuh kaku

 


Verbal

Mengancam

Mengumpat dengan kata-kata kotor

Suara keras

Bicara kasar, ketus

Perilaku

Menyerang orang

Melukai diri sendiri/orang lain

Merusak lingkungan

Amuk/agresif

 


Resiko Dinamika

Factor-faktor dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


SKEMA PROSES PENYESUAIAN KLIEN MARAH


 


Waspada/sadar akan kebutuhan


Merasa kuat


Merasa tidak kuat


Lega,menolak kemarahan


Marah


Cemas


Stress


Ancaman/kebutuhan


Pemecahan masalah negatif


Ekspresi marah negatif


Ketegangan menurun


Rasa marah teratasi


Bermusuhan


Konflik


Marah berkepanjangan


Menentang


Agresif/mengamuk


Depresi/penyakit psikosomatik


Diungkapkan


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


Askep/Proses Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.


Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.


 


Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.


Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.


1)    Aspek biologis


Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.


 


 


2)    Aspek emosional


Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.


3)    Aspek intelektual


Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.


4)    Aspek sosial


Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.


5)    Aspek spiritual


Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :


Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.


Klasifikasi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.


Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.


Resiko mencederai diri/orang lain/lingkungan


Perilaku Kekerasan


Gangguan Harga diri : Harga diri Rendah


 


Pohon masalah


 


 


 


 


 


 


 


 


 


Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut. Diagnosis yang berlaku pada gangguan ini adalah Risiko perilaku kekerasan.


 


Intervensi

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi yang tepat. Rencan tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu: tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan.


Tujuan Umum (TUM) berfokus pada penyelesaian permasalahan (P). Dari diagnosa keperawatan dan dapat dicapai jika serangkaian khusus telah tercapai. Tujuan khusus (TUK) berfokus pada penyelesaian penyebab diagnosa keperawatan. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri dari tiga aspek yaitu :kemampuan kognetigf, psikomotor, dan afektif. Perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan permasalahan.


Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa :


Pada klien


Tujuan umum (TUM) :

Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.


Tujuan khusus (TUK) :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

TUK 6 : Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemaahan secara konstruktif.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.

TUK 8 : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

TUK 9 : Klien dapat menggunakan obat yang benar.

 


Intervensi


TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi :


1)    Klien mau membalas salam


2)    Klien menyebut nama.


3)    Klien mau tersenyum.


4)    Klien mau kontak mata.


5)    Klien mau mengetahui nama perawat


Intervensi :


1)    Beri salam dan panggil nama


2)    Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.


3)    Jelaskan maksud hubungan interaksi.


4)    Jelaskan tentang kontrak yang akan diambil.


5)    Beri rasa aman dan sikap empati.


 


 


Rasional :


Hubungan saling percaya merupakan cara dasar utama hubungan selanjutnya.


TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi :


1)    Klien mau mengungkapkan perasaannya.


2)    Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri, lingkungan dan orang lain).


Intervensi :


1)    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.


2)    Bantu klien untuk  mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri, lingkungan dan orang lain).


Rasional :


Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dan dapat membantu mengurangi stres dan penyebab jengkel/marah dapat diketahui.


TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :


1)    Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah dan jengkel.


2)    Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami.


Intervensi :


1)    Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau marah.


2)    Observasi tanda dan gejala kekerasan pada klien.


3)    Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/marah yang dialami klien.


Rasional :


1)    Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.


2)    Untuk mengetahui tanda klien jengkel atau marah.


TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bisa dilakukan.

Kriteria evaluasi :


1)    Klien dapat mengidentifikasi peralaku kekerasan yang bisa dilakukan.


2)    Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang bisa dialkukan.


3)    Klien dapat mengetahui cara yang bisa menyelesaikan masalah atau tidak.


Intervensi :


1)    Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan klien.


2)    Anjurkan klien bermain peran dengan perilaku kekerasan yang bisa dialkukan.


3)    Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.


Rasional :


1)    Ungkapan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan klien dapat diidentifikasikan teknik bermain peran yang diberikan.


2)    Mengidentifikasi akibat atau kerugian yang terjadi akibat perilaku kekerasan sehingga dapat mengarahkan klien pada perilaku yang lebih positif.


TUK 5 : klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi : klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.


Intervensi :


1)    Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.


2)    Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.


3)    Tanyakan pada klien “apakah ia inginmempelajari cara baru yang sehat.


Rasional :


Cara menyalurkan perilaku kekerasan kearah yang lebih positif dapat menyelamatkan klien fan lingkungan sekitarnya akibat perilaku kekerasan klien.


TUK 6 : klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon.

Kriteria evaluasi :


Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.


Intervensi :


1)    Tanyakan pada klien “apakah ia inginmempelajari cara baru yang sehat.


2)    Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.


3)    Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.


a)    Secara fisik:


Tarik nafas dalam jika sedang kesal, memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.


 


 


b)    Secara verbal :


Katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu : saya marah karenamama tidak mengikuti keionginan saya).


c)    Secara sosial


Lakukan dalam kelompok cara-cara marh yang sehat, latihan sering. Latihan manajemen perilaku kekerasan.


d)    Cara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta kepada Tuhan tentang kekerasan atau kejengkelan yang dirasakan.


Rasional :


Pilihan yang sesuai keinginan klien dapat memudahkan penerapan saat klien sedang marah.


TUK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :


Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.


1)    Fisik :


Tarik nafas dalam, olahraga, menyiram tanaman.


2)    Verbal :


Menyatakan secara langsung dengan tidak diikuti.


3)    Spiritual


Sembahyang berdoa, atau ibadah klien.


Intervensi :


1)    Bantu klien memilih cara yang paling cepat untuk klien.


2)    Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.


3)    Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut ( roleplay )


4)    Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.


5)    Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.


TUK 8 : klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol PK :

Kriteria evaluasi :


Keluarga klien dapat :


1)    Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.


2)    Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.


Intervensi :


1)    Identifikasi kemampuan keliarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan terhadap keluarga klien selama ini.


2)    Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.


3)    Jelaskan cara-cara merawat klien.


a)    Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.


b)    Sikap tenang, bicra tenang dan jelas.


c)    Membantu klien mengenal menyebab marah.


4)    Membantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.


5)    Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.


Rasional :


Dukungan keluarga dalam menghadapi klien dengan tenang dapat membantu mengontrol emosi klien.


TUK 9 : klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan.

Kriteria evaluasi :


1)    Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan digunakannya (jenis, waktu, dosis, dan efek)


2)    Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.


Intervensi :


1)    Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien kepada klien dan keluarga.


2)    Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.


3)    Jelaskan prinsip benar obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).


4)    Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.


5)    Anjurkan melapor pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.


6)    Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.


Rasional :


Tingkat pengetahuan tentang manfaat, dosis, frekuensi, pemberian obat dapat menghindarkan klien putus obat dan salah minum obat.


Pada Keluarga


Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keluarga dapat merawat dengan PK dirumah.

Tujuan khusus :

TUK 1 : keluarga memahami tentang PK (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari PK itu sendiri)

TUK 2 : keluarga mampu merawat pasien dengan PK.

TUK 3 : keluarga mampu mengidentifikasi perilaku yang harus dilporkan pada perawat.

Intervensi :


TUK 1 : keluarga memahami tentang PK (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari PK itu sendiri).

Kriteria evaluasi :


Keluarga mampu mencegah terjadinya PK.


Intervensi :


Diskusikan bersama keluarga tentang PK (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari PK itu sendiri).


Rasional :


Tingkat pengetahuan tentang PK dapat membantu keluarga dapat membantu keluarga untuk mencegah terjadinya PK.


 


TUK 2 : keluarga mampu merawat pasien dengan PK.

Kriteria evaluasi :


1)    Keluarga mampu memberikan motivasi dalam mengatasi PK.


2)    Keluarga mampu menunjukkan sikap menghargai dan mendukung.


Intervensi :


1)    Anjurkan keluarga untuk memotifasi klien untuk melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.


2)    Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada klien bila klien dapat melakukan kegiatan tersebut sevcara tepat.


3)    Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien menunjukkan gejala-gejala PK.


Rasional :


Dukungan dari keluarga dapat membantu mengontrol emosi klien.


TUK 3 : keluarga mampu mengidentifikasi perilaku yang harus dilaporkan pada perawat.

Kriteria evaluasi :


Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku yang harus dilaporkan pada perawat.


Intervensi :


Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan pada perawat, seperti bicara keras dan kasar, melempar atau merusak barang atau memukul orang lain.


Rasional :


Identifikasi secara dini dapat mencegah terjadinya PK.


 


3.    Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut. Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :


Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.

Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.

Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain.

Buatlah komentar yang kritikal.

Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.

Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya.

Konsep diri klien sudah meningkat.

Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

 


Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

TAK untuk PK adalah Penyaluran energi


Jenis kegiatan : senam kesegaran jasmani

Kriteria klien :

Klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif.

Klien menarik diri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

Klien sehat secara fisik.

Alat/media :

Tape recorder

Kaset

Peluit

Fase Orientasi


Salam terapeutik

Kontrak :

Waktu             : 45 menit

Tempat           : Ruang jiwa

Topik               : melakukan senam kesegaran bersama

Tujuan aktifitas : klien dapat melakukan gerakan senam untuk menyalurkan energinya.

Aturan main

Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir.

Bila ingin kekamar kecil, harus seizin pemimpin TAK.

 


Fase Kerja


Atur posisi pasien dalam barisan

Hidupkan kaset

Motivasi pasien untuk mengikuti gerakan senam seperti yang dicontohkan instruktur senam.

Fase Terminasi


Evaluasi

Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan klien setelah mendengar musik.

Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada klien.

Pemimpin TAK meminta klien untuk mencoba melakukan senam secara teratur setiap hari.

Kontrak yang akan datang

Waktu             : 45 menit

Tempat           : Ruang jiwa

Topik               : mendiskusikan tentang bunga.

Hasil yang diharapkan.

75% klien mampu :


Mengikuti senam dari awal sampai akhir.

Menyebutkan perasaannya setelah mengikuti senam.

 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


BAB III


PENUTUP


 


KESIMPULAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri dan orang lain.

Factor-faktor dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.

Pengkajian meliputi ; pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data dan penyusunan pohon masalah.

Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut.

Terapi aktivitas kelompok yang baik untuk pasien perilaku kekerasan adalah terapi Penyaluran Energi.

 


SARAN

Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal    agar klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat marah


Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun sudah pulang di rumah


Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan perilaku kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat mengontrol emosinya saat marah


Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap melalui secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku kekerasan


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


DAFTAR  PUSTAKA


 


Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta. Graha Ilmu

Keliat, Budi Anna. Dkk. 2011. Konsep Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta. EGC

Keliat, Budi Anna. Dkk. 2011. Manajemen Keperawatan Psikosoaial dan Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Keliat, Budi Anna. Dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta. EGC

Kesuamawat Farida dan Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medica

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_5109.html

7.    http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/

http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/askep-perilaku-kekerasan.html

9.    Harnawatiaj,2008,3,http://www.gayahidupsehat.online.co 

 


Artikel Terkait