ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
DI SUSUN
OLEH :
ASNIAR
SRIWAHYUNI
WULANDARI
MARIANA
SUMARNI
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugaas askep “ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS”,
dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi
dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Dengan adanya makalah ini
di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan para pembaca.
Barru,
2020
Kelompok V
DAFTAR
ISI
SAMPUL ........................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah
................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A . HIV
AIDS............................................................................................ 3
B. Klasifikasi............................................................................................. 4
C. Manifestasi
klinis................................................................................. 5
D. Patosiologi............................................................................................ 7
E.
Pathweahy.............................................................................................. 9
F. Pemeriksaan
penunjang.......................................................................... 10
G. Penata
laksana......................................................................................... 10
H. Konsep asuhan
keperawatan.................................................................. 14
Daftar
pustaka............................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di
dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di
Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember 2011 yang
dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia
yaitu berkisar antara 80.000-130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan
pada pasien penderita HIV AIDS?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi AIDS
2.
Untuk
mengetahui etiologi AIDS
3.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
4.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIV
AIDS
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu
virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan
cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi.
2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV
Pada Orang Dewasa Menurut WHO
Stadium |
Gambaran Klinis |
Skala Aktivitas |
I |
1.
Asimptomatik 2.
Limfadenopati
Generalisata |
Asimptomatik, aktivitas
normal |
II |
1.
Berat
badan menurutn <10 % 2.
Kelainan
kulit dan mukosa yang ringan seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis. 3.
Herpes
zoster dalam 5 tahun terkahir 4.
Infeksi
saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterialis |
Simptomatik, aktivitas
normal |
III |
1.
Berat
badan menurun < 10% 2.
Diare
kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3.
Demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan 4.
Kandidiasis
orofaringeal 5.
Oral hairy
leukoplakia 6.
TB paru
dalam tahun terakhir 7.
Infeksi
bacterial yang berat seperti pneumonia, piomiositis |
Pada umunya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50% |
IV |
1.
HIV
wasting syndrome 2.
Pnemonia
Pneumocystis carinii 3.
Toksoplasmosis
otak 4.
Diare
kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan 5.
Kriptokokosis
ekstrapulmonar 6.
Retinitis
virus situmegalo 7.
Herpes
simpleks mukokutan > 1 bulan 8.
Leukoensefalopati
multifocal progresif 9.
Mikosis
diseminata seperti histoplasmosis 10.
Tuberkulosis
di luar paru |
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50 % |
C. Manifestasi
Klinis
Adapun
tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini:
1.
Saluran pernafasan. Penderita mengalami
nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang
infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal
penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2.
Saluran Pencernaan. Penderita penyakit
AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan,
serta mengalami diarhea yang kronik.
3.
Berat badan tubuh. Penderita mengalami
hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh
hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4.
System Persyarafan. Terjadinya gangguan
pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat.
Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.
5.
System Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api
(herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri
pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada
kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak)
serta Eczema atau psoriasis.
6.
Saluran kemih dan Reproduksi pada
wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini
sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita
penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang
mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic
inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).
D. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel
imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada
saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase,
yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel
T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi
dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B
yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun
seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik)
selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari
sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml
darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala
infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian
menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
E. Pathweay
F. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Tes
untuk diagnosa infeksi HIV:
a.
ELISA
b.
Western
blot
c.
P24
antigen test
d.
Kultur
HIV
2.
es
untuk deteksi gangguan system imun.
a.
Hematokrit.
b.
LED
c.
CD4
limfosit
d.
Rasio
CD4/CD limfosit
e.
Serum
mikroglobulin B2
f.
Hemoglobulin
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan edukasi.
1. Pengobatan
Obat-obatan yang
dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
a. Obat
Retrovirus
1)
Zidovudine (AZT)
Berfungsi
sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini dapat menguntungkan
diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi
frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal,
mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine
adalah: sakit kepala, nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi,
insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang
dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po tid, dan dosis
diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.
2)
Didanosine ( ddl ), Videx
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi
terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik
respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan
asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer,
pankreatitis (7%), nausea, diare.
Dosis:
200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya
hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang
paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis.
Dosis : 0,75mg po tid.
b. Obat-obat untuk infeksi
oportunistik
1)
Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai
bila cCD4, 250 mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet,
atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
2)
Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila
PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau
rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
3)
Profilaksis untuk MAI (mycobacterium
avium intracelulare), bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila
pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.
4)
Belum direkomendasikan untuk profilaksis
kandidiasis, karena cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.
c. Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non
HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS
multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma
paa pasien non HIV.
d. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring
harus diberikan pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang
sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.
2. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap
atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat, dengan melakukan konseling
yang bertujuan untuk:
a.
Memberikan dukungan mental-psikologis
b. Membantu
merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi
perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
c. Mengingatkan
kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh
yang baik.
d. Membantu
mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya,
antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
3. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS
bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi
hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana
tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
H. Konsep
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Identitas
Nama :Ny.
R
Umur :40
Tahun
Alamat :Kupang
Pekerjaan :Wiraswasta
Status :Menikah
Agama :Islam
b.
Riwayat
Test HIV
positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan
c.
Keadaan
Umum
Pucat, kelaparan
d.
Gejala
Subjektif
Demam kronik
dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia
e.
Psikososial
Kehilangan
pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f.
Status
Mental
Marah atau
pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g.
HEENT
Nyeri
perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h.
Neurologis
Gangguan refleks
pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
i.
Muskoloskletal
Focal motor
deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j.
Kardiovaskular
Takikardi,
sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
k.
Pernapasan
Dyspnea,
takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif
atau non produktif.
l.
GI
Intake makan dan
minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning
m.
Gu
Lesi atau
eksudat pada genital,
n.
Integument
Kering, gatal,
rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
b.
Resiko
tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c.
Intolerans
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
d.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
e.
Diare
berhubungan dengan infeksi GI
f.
Tidak
efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
3.
Intervensi
Diagnosa
Keperawatan |
Perencanaan
Keperawatan |
||
Tujuan
dan criteria hasil |
Intervensi |
Rasional |
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. |
Pasien
akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada
tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam
batas normal, tidak ada luka atau eksudat. |
1.
Monitor tanda-tanda infeksi baru. 2.
gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. 3.
Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap
lingkungan yang patogen. 4.
Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order. 5.
Atur pemberian antiinfeksi sesuai order |
Untuk pengobatan dini Mencegah pasien terpapar oleh
kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit. Mencegah bertambahnya infeksi Meyakinkan diagnosis akurat dan
pengobatan Mempertahankan kadar darah yang
terapeutik |
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan
dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat
ditransmisikan. |
Infeksi
HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions
dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain seperti TBC. |
1.
Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode
mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya. 2.
Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial
merawat pasien. Gunakan masker bila perlu. |
Pasien dan keluarga mau dan
memerlukan informasikan ini Mencegah transimisi infeksi HIV
ke orang lain |
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. |
Pasien
berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi
selama aktivitas. |
1.
Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas 2.
Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri
tidak mampu 3.
Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
mengganggu isitirahat. |
Respon bervariasi dari hari ke
hari Mengurangi kebutuhan energi Ekstra istirahat perlu jika
karena meningkatkan kebutuhan metabolik |
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi. |
Pasien
mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP,
serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum
sakit. |
1.
Monitor kemampuan mengunyah dan menelan. 2.
Monitor BB, intake dan ouput 3.
Atur antiemetik sesuai order 4.
Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting
lainnya. |
Intake menurun dihubungkan dengan
nyeri tenggorokan dan mulut Menentukan data dasar Mengurangi muntah Meyakinkan bahwa makanan sesuai
dengan keinginan pasien |
Diare berhubungan dengan infeksi GI |
Pasien
merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut
lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang, |
1.
Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah. 2.
Auskultasi bunyi usus 3.
Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil)
sesuai order 4.
Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside |
Mendeteksi adanya darah dalam
feses Hipermotiliti mumnya dengan diare Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada
intestinal Untuk menghilangkan distensi |
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan
cemas tentang keadaan yang orang dicintai. |
Keluarga
atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap
perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi
dengan cara yang konstruktif |
1.
Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan
perawatannya 2.
Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara
verbal 3.
Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan
transmisinya. |
Memulai suatu hubungan dalam
bekerja secara konstruktif dengan keluarga. Mereka tak menyadari bahwa mereka
berbicara secara bebas Menghilangkan kecemasan tentang
transmisi melalui kontak sederhana. |
DAFTAR PUSTAKA
Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta: Puat
Penerbitan IPD FAKUI.
Nasronudin. 2007. Penyakit
Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Surabaya: Airlangga.
Rampengan
dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi
Tropik Pada Anak, cetakan kedua. EGC: Jakarta.