Asuhan Keperawatan
Dengan Artritis Reumatoid Juvenil ( JRA )
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Peyakit reumatik
merupakan penyakit yang sebelum nya dikenal sebagai penyakit jaringan ikat.
Artritis Reumatoid
Juvenil ( JRA ) adalah salah satu penyakit rheumatoid yang paling sering pada
anak-anak, dan merupakan kelainan yang paling sering mennyebabkan kecaatan.
Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi
kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi.
Ada 3 tipe
JRA menurut awal penyakit yaitu: Oligoartritis, poliartritis, dan
sistematik
Faktor
rheumatoid adalah suatu antibiotic yang biasanya ditemukan didalam darah orang
dewasa yang menderita arthritis rheumatoid. Faktor RH jarang dtemukan pada
anak-anak yang menderita JRA. Faktor RA lebih sering ditemukan pada anak
perempuan dengan ARJ yang menyerang banyak persendian.
Pada 40 % penderita
penyakit ini hanya menyerang sedikit persendian pada 40 % lainnya menyerang
banyak persendian pada 20 % merupakan ARJ sistenik.
Adapun upaya-upaya
yang dilakukan untuk menguangi efek rheumatoid Juvenil, yaitu : uapaya gaya
hidup dan pengobatan dirumah, coping dan dukungan.
1.2.Metode
penulisan
Metode penulisan
yang digunakan dalam penyususnan makalah ini adalah studi kepustakaan, dengan
mempelajari buku-buku dan sumber ilmiah lainnya yang berhubungna dengan makalah
ini.
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa
dapat memahami dan menjelaskan tentangasuhan keperawatan Artritis Rheumatoid
Juvenil, serta dapat melakukan pendekatan asuhan keperawatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian
2. Mahasiswa
mampu menegakan diagnose keperawatan
3. Mahasiswa
mampu memberikan intervensi keperawatan
4. Mahasiswa
mampu melakukan implementasi keperawatan
5. Mahasiswa
mampu melakukan evaluasi keperawatan
1.4.Rumusan masalah
1. Apakah
pengertian dari Arthritis Rematoid Juvenile?
2. Apa
saja etiologi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
3. Apa
sajagejala klinis dari Arthritis Rematoid Juvenile?
4. Apa
saja komplikasi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
5. Apa
saja penatalaksanan pada Arthritis Rematoid Juvenile?
1.5.Manfaat
Mahasiswa /
mahasiswi mampu memahami tentang asuhan keperawatan Arthritis Rematoid
Juvenile, serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Arthritis Rematoid Juvenile.
1.6. Sistematika
penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang
disusun secara sistematik dengan urutan sebagai bebrikut :
Bab
I : pendahuluan , yang terdiri dari latar
belakang, metode penulisan, tujuan rumusan masalah, manfaat dan
sistematika penulisan
Bab
II : tinjauan pustaka, yang terdiri dari konsep dasar
teori dan konsep dasar askep.
Bab III : penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Konsep Dasar
Teori
2.1.1. Pengertian
v Arthritis
rheumatoid adalah penyakit sistemik yang krinik yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristik kerusakan dan proliferasi membrane synovial, yang
memnyebabkan kerusakan pada tulang sendi ankiosis dan depromitas. ( Marilyon E
Doenges )
v Arthritis
Rematoid Juvenile adalah istiah yang digunakan menggambarkan jenis umum
arthritis pada anak-anak
v Arthritis
Rematoid Juvenile adalah suatu penyakit autonium,dimana
menyerang persendian, yang ditandai dengan pembengkakan
nyeri dan sering kakli menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
2.1.2. Etiologi
Penyebabkan
Arthritis Rematoid Juvenile tidak diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan
akibat gangguan autonomi yang berate bahwa system kekebalan tubuh menyerang sel
sendiri dan jaringan namun faktor keturunan dan lingkungan juga tampak
berperan, dimana mutasi gen tertentu dapat membuat seseorang lebih rentn
terhadap faktor lingkungan epeertoi virus yang dapat memicu penyakit.
2.1.3. Patofisiologi
Arthritis Rematoid
Juvenile Reaksi autonomi terjadi dalam jaringan sinolil dimana ditandia denga
peradangan synovial kronis yang non suoeraktif. Jaringan synovial akan terkena
edematoda, hipertensi dan infiltrasi oleh limfosit dan sel plasma.
Bertambahnya sekresi cairan sendi menimbulkan efusi penonjolandari membrane
synovial yang menebalmembentuk villi yang menonjol kedalam ruang sendi. Sendi
rheumatoid sinvial yang hiperplastik dapat menyebar dan melekat pada
kartilago artikuler dan struktur sendi lain nya dapat tererosi dan rusak secara
progresif. Kerusakan kartilago artikuler terakhir dalam perjalanan JRA.
Penghancuran sendi terjadi lebuih sering pada anak dengan penyakit
faktorreumatoid positif atau penyakit yang timbul secara sistemik. Otopun akan
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
2.1.4. Manifestasi
klinis
· Nyeri
sendi
· Pembengkakan
· Kekakuan
· Penurunan
penggunaan satu atau lebih sendi tertentu
· Nafsu
makan berkurang, pertumbuhan lambat
· Terbatasnya
rentang gerak
· Demam
· Sendi
terasa panas
· Tampak
kemerahan pada sendi
· Perubahan
ukuran pada sendi dari ukuran normal
2.1.5. Faktor
resiko
Anak-anak yang mederita JRA mungkin system
kekebalan tubuh terlalu aktif, infeksi atau cenderung genetic untuk gangguan
yang mempengaruhi sendi. Umumnya terjdi pada anak-anak yang berusia sebelum 16
tahun. Faktor resiko Arthritis Rematoid Juvenile meliputi :
a. Seks
Secara umum Arthritis Rematoid Juvenile lebih
sering dialami oleh anak perempuan
b. Ras
Pada umumnya Arthritis Rematoid Juvenile sering
dialami oleh anak-anak kulit putih dari pada anak-anak kulit hitam.
2.1.6. Klasifikasi
Arthritis Rematoid Juvenile
Penyakit ini diklarifikasi menjadi 4 kategori
yaitu :
a. Pauciarthritis
b. Polyarthritis
c. Oligoartritis
d. Sistemi
a. Pauciartritis
Merupakan jenis yang paling umum dan paling
serious dari ARJ yang biasanya hanya mempengaruhi satu sampai empat
sendi, seperti : jari-jari, pergelangan kaki, pergelangan tangan pinggul atau
lutut, dan biasanya pada siku.
Biasanya diderita oleh anak perempuan
muda usia 7 tahun, dan anak laki-laki lebih tua dari usia 8 tahun. Gejala meliput
pembengkakan, kekakuan dan nyeri dikurang dari 4 sendi jenis ARJ ini sering
mempengaruhi artikulasi lutut dan pergelangan
b. Polyartritis
Hapir 30 % anak dengan ARJ dipengaruhi oleh
penyakit yang mempengaruhi 5 aau sendi selama 6 bulan pertama dari penyakit
termasuk tulang belakang, dan dapat berkembang menjadi reumamtoid arthritis
dewasa. Tanda dan gejala biasanya terbatas pada sendi. Cenderung mempengaruhi
sendi kecil, seperti tangan dan kaki dan sering pada kedua sisi tubuh. Gejala
meliputi nyeri dan pembengkakkan dilebih dari 5 sendi disertai dengan
demamringan.
c. Oligoartritis
Varietas ini mempengaruhi kurang dari 5 sendi
selama 6 bulan pertama dari penyakit. Ini juga merupakan variasi yang paling
mungkin untuk fitur radang mata, yang dapat menyebabkan kebutaan
pada kasus yang jarang terjadi.
d. Sistemik
Bentuk yang paling serius, mempengaruhi stu atau
lebih sendi dan menyebabkan peradangan pada organ terminal, termasuk
jantung,hati limbah dan kelenjar getah bening. Jenis yang paling sering tapi
yang paling langkah dari sistemik yang dapat menyebar keorgan –organ dan
menyebabkan nyeri sendi yang lebih parah dan bengkak, ruam dan demam.
2.1.7. Pemeikaan
diagnosa
1. Tes
laboratorium
· Antinuclear
antibbodi (ANA)
· Darah
lengkap (CBC)
· Kreatinin
· Laju
endapan darah (LED)
· hematokrtik
· rendahnya
tingkat sel darah merah
2. X-ray
Tes diagnose yang menggunakan energy
elektromagnetik
3. Ct-scan
Sebuah prosedur pencitraan diagnose yang
mengguankan kombinasi dari X-ray dan teknologi computer untu menghasilkan
gambar
4. MRI
( magnetic resonanace imaging )
Sebuah prosedur diagnostic yang
mengunakan kombinasi mmamgnet besar, radiofrequencies dan
computer untuk menghasilkan gambar detildari organ dan struktur
dalam tubuh.
2.1.8. Penatalaksanaan
v Pendidikan :
meliputi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi dan prognosis penyakit
v Istirahat
, karena pasien dengan ARJ disertai rasa lelah yang hebat
v Latihan
, bertujuan utuk mempertahankan sendi pasien
v Kemoterapi
v Pemberian
gizi yang tepat
v Terapi
farmakologi
1. Anti
inflamasi non steroid ( NSAID) untuk mengurangi rasa sakit, nyeri/ bengkak
Contoh :
- Naprosen,
untuk anak-anak dosis 7 -20 mg/ kg bb/ hari peroarl dan tidak melebihi 1 gr /
hari
- Ibu
proven unuk anak-aak dosis 30-50 mg/ kg bb/ hari peroral, tidak melebihi 2.4 gr
per hari
2. Kartikossteroid
Conoh methyprednisolone, pada anak
dosisintravena 15- 30 mg/ kg bb/ hari diberikan 30-60 menitun tuk 2-3 hari.
3. Antireutamik
pemodifikasi penyakit ( DMARD) untuk memperlambat perkembangan penyakit
Contoh : sulfasalazine, untuk anak > 6 tahun
diberikan dosis 30-50 mg/ kg bb/ hari dan tidak melebihi 2 gr / hari
2.1.9. Komplikasi
· Yveitis/
peradangan mata
· Lambat
laju pertumbuhan
· Tidak
rata pertumbuhan tangan atau kaki
· Anemia
· Pembengkakkan
disekitar jantung.
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian
a. Identitas
b. Kebutuhan
utama : keluhan utama yang sering menjadi alas an pada klien untuk memintah
pertolonngan
c. Riwayat
kesehatan
1. Riwayat
kesehatan sekarang
2. Riwayat
kesehatan terdahulu
3. Riwayat
kesehatan keluarga
d. Pengkajian
psikososial spiritual
1. Pengkajian
status emosi, kognitif dan prilaku klien
2. Pengkajian
mekanisme koping
e. Pemeriksaan
fisik
1. keadaan
umum
2. tanda-tanda
vital
3. penfis
B6 (bone)
2.2.2. Data
Dasar Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
nyeri sendi karena gerakan, nyeri takan, memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral, dan simetris
Tanda :
Malaise.
Keterbatasan
rentang gerak, atrofi otot, kullit, kontraktur/ kelainan pada sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala :
Fenomena raynaud jari tangan/
kaki
3. Intergritas
EGO
Gejala :
Faktor-faktor stress akkut/ kronis;mis;financial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.keputusan dan ketidak berdayaan ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
4. Makanan/
cairan
Gejela :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat; mual anereksia
Tanda :
Penurunan berat badan. Kekeringan pada makanan mukosa
5. Hygiene
Gejala :
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan pada orang lain
6. Neuronsensori
Gejala :
kesemutan pada tangan dan kaki; hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala :
pembekan sendi simetris
7. Nyari/
kenyaman
Gejala :
Fase akut dari nyeri (mungkkin tidak di sertai oleh pempekakkan jaringan lunak
pada sendi)
8. Keamanan
Gejala :
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkas kaki. Demam
ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
9. Interaksi
social
Gejala :
Kerusakan interaksi social dengan keluarga/ orang lain : perubahan peran,
isolasi.
10. Penyuluhan/
pembelajaran
2.2.3. Diagnosa
keperawatan.
1. Nyeri
akut/ kronis b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan,
proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Ganguan
mobilitas fisik b/d kerusakan muskulaskeletal dan neuromuscular serta kelakuan
sendi atau kontraktur
3. Ganguan
citra tubuh b/d penyakit dan biofisik
4. Defisit
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
5. Resiko
cedera b/d kerusakan mobilitas fisik
6. Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
2.2.4. Intervensi
keperawatan/d penyakit pada biofisik
1. Dx
I : Nyeri akut/kroni b/d proses inflamasi
Hasil yang diharapkan :
v Menunjukan nyeri
hilang/ terkontrol
v Terlihat rileks, dapat
tidur/ beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
v Mengikuti program
farmologi yang diresepkan
Intervensi :
1. Selidiki
keluhan nyeri, catat lokasi insentitas, catat faktor-faktor yang mempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan menejemen
nyeri dan efektifan program
2. Dorong
klien untuk sering mengubah posisi
R/ mencegah terjadinya kelelahan umum kekuatan
sendi, menstabilkan sendi mengurangi gerakan pada sendi
3. Anjurkan
pasien untuk mandi air hangat
R/ meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekuatan di pagi hari
4. Dorong
penggunaan teknik menejemen stress, misalnya relasasi progresif.
R/ meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
control, menindaklanjutkan kemampuanKolaborasi pemberian analgetik sesuai
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesic
ringa dalam mengurangi kekuatan dan meningkatkan mobilitas
2. Ganguan
mobilitas fisik b/d kerusakan mukkuluskeletal, kekakuan sendi
v Mempertahankan funngsi posisi
dengan pembatasan kontraktur
v Meningkatkatkan kekuatan dan
fungsi/ kompensesi bagian tubuh
v Mendemonstrasikan teknik yang
memmungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi :
1. Evaluasi/
lanjutan pemantauan tingkat inflamasi
R/ tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resulusi dan proses inflamasi
2. Pertahanan
istirahat tirah/ duduk
R/ istirahat sistenik di anjurkan selama akserbesi
akut dan seluruh fase
3. Bantu
dengan rentang pasif/ aktif
R/ mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umur
4. Demonstrasikan/
bantu teknik pemindahan dan penggunaan banntuan mobilitas
R/ menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi.
5. Kolaborasi,
konsul, dengan individual
R/ berguna dalam memformasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan induvidal
3. Gangguan
citra tubuh b/d penyakit dan biofifisik
Hasil yang di harapkan :
v Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan
v Menyusun
rencana realistis untuk masa depan
Intervensi ;
1. Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
R/ untuk mengidentivikasikan rasa takut/
kesalahan konsep dan menghadapinya langsung.
2. Diskusikan
arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
R/mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi presepsi dirindan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhanterhadap intervensi/ konseling lebi lanjut.
3. Diskusikan
presepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan
R/ istirahat verbal/ non verbal orang terdekat
daapat pengaruhi bagaimana pasien memmandang dirinya sendiri
4. Ikut
sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas
R/ meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, berpatisipasi dalam therapi
5. Bantu
dalam kebutuhan perawatan yang di perlukan
R/ mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
4. Defisit
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
Hasil yang di harapkan :
v Melaksanakan
aktiviytas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual
v Mendemonstrasikan
perrubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri
v Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan keperawatan diri
Intervensi :
1. Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
R/ menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian
yang akan meningkatkan harga diri
2. Diskusikan
tentang tingkat fungsi umum sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial
R/dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adptasi yang di perlukan dalam keterbatasan saat ini
3. Pertahankan
mmobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan
R/ mendukung kemandirian fisik/ emosional
4. Konsul
dengan ahli therapinokupasi
R/ untuk menentukan alat bantu
dalam kebutuhan individual.
5. Kolaborasi
: atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi dengan setelahnyan.
R/ mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkkin di hadapi, karena tingkat kemampuan aktual
5. Resiko
cedera b/d kerusakan mobilitas fisik
Hasil yang di harapkan :
v Mengidentifikasi faktor-faktor resiko
induvidu
v Memodifkasi
lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan mengguanakan
sumber-sumber secara tepat
Intervensi :
1. Pantau
tanda-tanda vital dan warna kulit, misalnya tekanan darah, denyut
nadi, pernapasan pucat, kulit/ perubahan warna
R/ timbulnya pendarahan dapat menimbulkan
sirkulasi /syok
2. Pantau
perubahan tinngkat kesadaran dan ganngguan pengelihatan
R/ perubahan dapat menunjukan adanya pendarahan
otak
3. Mempartahankan
lingkungan yang aman, misalnya : menjagah agar seluruh benda yang di perlukan
dan bel pemanggil berada dalam jangkauan pasien
R/ mengurangi cedera yang tidak di sengaja, yang
dapat menyebabkan pendarahan.
4. Hindari
benda-benda tajam dari klien
R/ agar tidak terjadi cedera pada klien
6. Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
Hasil yang di harapkan :
v Menunjukan
pemahaman tentang kondisi dan perawatan
v Mengembanngkan
rencana untuk perawatan diri
Intervensi :
1. Diskusi
kebiasaan pasien dalam piƱatalaksanaan proses penyakit
R/ untuk menekan inflamasi, mempertahankan
fungsi sendi, dan mencegah deformitas
2. Tekanan
tentang pentingnya melanjutkan menejemen farmakoterapeutik
R/ keuntungan dari therapy obat-obatan
tergabtung pada ketetapan dosis
3. Berikan
informasi mengenai alat bantu
R/ memungkinkan induvidu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutukan
4. Diskusikan
teknik mrnghemat energy
R/ mencegah kepenatan, memberikan nkemudahan
keperawatan diri, dan kemandirian
5. Bantu
dalam merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi yang realistis, istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisi dan manejemen stress.
R/ mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks
2.2.5. Implementasi
Sesuai
intervensi
2.2.6. Evaluasi
Sesuai
tujuan
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
ARJ adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan jenis umum atrithis pada anak-anak. ARJ
pennyakit kronis jangkah panjang yang mengakibatkan nyeri, sendi dan bekat.
Artiritis rematoid
juvenile juga dikenal sebagai atritis idiopotik remaja, adalah jenis arthritis
yang paling umum pada anak-anak di bawah usia 16, namun penyakit bisa
mempengaruhi perkembangan tulang pada anak yang sedang
tumbuh. ARJ di anggap sebagai penyakit yang sednag tumbuh. ARJ di annggap
sebagai penyakit automiun, dan bukan merupakan penyakit bawaan, sering terjadi
pada anak perempuan di bandingkan anak laki-laki, ARJ menyebabkan nyeri yang
terus-terus, pembekakan dan ketakutan
Secara umum penyakit ini di cirikan sebagai
penyakit oleh inflamasi kronik, sendi, edema, bengkak, nyery, infiltrasi
limfosit das el plasma,, penebalan membrane synovial, pembentukan pannus,
destruksinkartilago, dll.
3.2. Saran
Bagi mahasiswa agar
benar-benar dapat memahami asuhan keperawana dengan arthritis rematoid
juvenile, dan mampu melaksanakan penanganan yangtepat dan benar dalam masalah.
Khususnya masalah atritis rheumatoid juvenile, sehinngga
masalah dapat diatasi dengan maik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Bruner
d Sudat, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 vol 2. Egc : Jakarta
Muuaqin
arif , 2002. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan System mukuluskeletal.
Egc : Jakarta
Silryn
A. price, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6 volume 2.
Egc : Jakarta
www.
Medikastore. Com