Subjek Pendidikan dan pendidik Dalam Kajian
Hadits
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadis adalah sumber kedua bagi ilmu pendidikan Islam. Sumber pertama, tentu
saja al-Qur`an. Sebenarnya, antara al-Qur`an dan Hadis tidak dapat dipisahkan.
Munculnya hadis yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SِِAW pada hakikatnya
suatu perwujudan dan juga penjelasan dari wahyu al-Qur`an yang beliau terima.
Dalam hadits dijelaskan tentang pendidikan, salah satunya mengenai pendidik.
Dalam keseluruhan
proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik
adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik
memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu
memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Pengertian subjek pendidikan dan pendidik dalam Kajian hadits.
B.
Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Subjek Pendidikan ?
B. Apa sifat dan sikap
pendidik dalam Kajian hadits ?
C. Apa kedudukan pendidik Dan keutamaan
pendidik dalam Kajian hadit ?
C.
Tujuan
A.
Untuk mengetahui Pengertian Subjek Pendidikan
B. Untuk mengetahui sifat dan sikap
pendidik dalam Kajian hadits
C.
Untuk mengetahuikedudukan pendidik Dan
keutamaan pendidik dalam Kajian hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertiansubjekpendidikan
Subjekpendidikansangatberpengaruhpadakeberhasilanataugagalnyasuatupendidikan.Subjekpendidikanatauseorangpendidikadalah
orang yang
bertanggungjawabmemberikansuatupengajaranataupendidikansehinggamateri yang
disampaikandapatdipahamiolehpesertadidikatauobjekpendidikan.Subjekpendidikan
yang dipahamiolehkebanyakanparaahliyaitu orang tua, guru-guru di sekolah
(dalamlingkup Formal) maupundalamlingkaran informal
ataumasyarakat.Pendidikanpertama yang
kitaketahuiselamainiadalahlingkungankeluarga (orang tua), yang
biasanyadipelajaridalampsikologipendidikan.
Namunharuskitaketahuisebagaiumat
Islam subjekpendidikan yang sebenarnyaadalah Allah SWT dan yang keduaadalahNabi
Muhammad SAW.Sebagaimana yang dimuatdalam Al-qur’an Q.S Al-alaqayat 4-5.
يَعْلَمْلَمْمَاالْإِنسَانَعَلَّمَ . بِالْقَلَمِعَلَّمَالَّذِي
“yangmengajar( manusia) denganperantarakalam.
Diamengajarkepadamanusiaapa yang tidakdiketahuinya”.
Dari
penjelasandiataskitadapatmenarikkesimpulanbahwasubjekpendidikanadalahsiapasaja
yang mewariskanilmunyakepadakita.Seorangpendidikbisasajamasyarakat, kakak,
dankedua orang tuadalamlingkup yang sederhana.Kita
dapatmemporolehilmudarimanasaja, bisasajadarilingkungan, masyarakat,
alamdansemuaciptaan Allah SWT.[1]
B.
Sifat dan
Sikap Pendidik dalam Kajian Hadits
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ
الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً
فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا
فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ
فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا
حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُمْ. رواه البخارى
Artinya “Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris
berkata: Kami, beberapa orang pemuda sebaya datang kepada Nabi saw.,
lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang
kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau
adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah
kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu
sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah
masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior
hendaklah menjadi imam.” (HR. Bukhari)
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ مِنَّا
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ. رواه الترمذى
Artinya ”Ibn Abbas
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah termasuk golongan
kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak memuliakan yang lebih
besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak mencegah perbuatan munkar.”
(HR. Tirmidzi)
Penjelasan: Kedua hadits diatas menjelaskan bahwa
sebagai manusia termasuk pendidik harus memiliki kasih sayang. Rasulullah Saw
memberikan contoh dengan memperlakukan para sahabat dengan penuh santun dan
kasih sayang. Jika Rasulullah menyampaikan ajaran islam kepada sahabat dan
umatnya dengan bersikap kasar dan tanpa kasih sayang, maka tidak akan ada yang
mengikutinya.
Sifat
kasih sayang memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan adanya kasih
sayang dapat membangun hubungan dan interaksi yang baik antara pendidik dan
peserta didik. Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran dan pendidikan
harus dilakukan dengan penuh kasih sayang agar peserta didik dapat menerima apa
yang disampaikan dengan hati yang tenang dan nyaman.[2]
عَنْ اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدًا مِنْ
اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا
وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا رواه مسلم
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “
Rasulullah SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan
sebagian perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan
janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan
janganlah kalian mempersulit.” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلم: إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعْنِتاً
وَلاَ مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا. رواه مسلم
Artinya : “Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW. bersabda kepada ‘Aisyah: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai
orang yang menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, Allah mengutusku sebagai seorang pengajar (guru) dan pemberi
kemudahan.” (HR. Muslim)
Penjelasan
Dari
kedua hadits diatas sudah jelas bahwa seorang pendidik harus memiliki prinsip
motivasi dan memudahkan serta tidak mempersulit peserta didik dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan semangat
belajar peserta didik. Motivasi dapat dilakukan dengan pemberian nilai,
pemberian pujian, dan lain-lain.
Dalam
pembelajaran, pendidik hendaknya memberikan kemudahan pada peserta didiknya,
salah satunya dalam penyampaian materi. Dalam penyampaian materi pendidik dapat
menggunakan media pembelajaran agar anak didiknya dapat memahami apa yang
disampaikan dengan mudah.
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي
الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا. رواه البخارى
Artinya : ”Dari Ibnu Mas'ud,
Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari
kebosanan kami.”
Penjelasan
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa seorang pendidik hendaknya mengetahui dan mengerti
kondisi dan keadaan peserta didiknya. Manusia pada dasarnya memiliki rasa
bosan. Untuk menghindari kebosanan pada diri peserta didik, pendidik dapat
menyelingi waktu belajar dan memberikan waktu istirahat. Pembagian waktu
belajar perlu dilakukan agar apa yag disampaikan pendidik dapat diterima dengan
baik oleh peserta didik tanpa ada rasa lelah dan bosan.
C.
Kedudukan Pendidik
dan Keutamaan Pendidik
1.
Kedudukan Pendidik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ
بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلاَ
يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلاَ يَسْتَدْبِرْهَا وَلاَ يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ
وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ
رواه أبو داود
Artinya : “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya saya menempati posisi orangtuamu. Aku
akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia
menghadap atau mebelakangi kiblat, janganlah ia beristinjak (membersihkan dubur
sesudah buang air) dengan tangan kanan. Beliau menyuruh beristinjak (kalau
tidak dengan air), dengan tiga batu dan melarang beristinjak dengan kotoran
(najis) dan tulang.”
Penjelasan :
Seorang pendidik berperan
sebagai orang tua bagi peserta didiknya. Dalam hadits diatas, Rasulullah SAW
menempatkan dirinya sebagai orangtua dari para sahabatnya. Rasulullah mengajari
para sahabat bagaimana cara istinja’, yang harusnya hal tersebut diajarkan oleh
orang tua.
Pendidik adalah orang tua,
sedangkan peserta didik adalah anak. Pendidik bertanggung jawab terhadap
perkembangan perilaku dan pendidikan anak di sekolah. Jadi, pendidik bukan
hanya bertanggung jawab dalam pemberian ilmu dan pemberian nilai, akan tetapi
juga bertanggung jawab atas sikap dan perilaku peserta didik. Seorang pendidik
diharapkan dapat memberikan kasih sayangnya dengan tulus layaknya kasih sayang
orangtua terhadap anaknya.
2.Keutamaan
Pendidik
عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا
وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ رواه الترمذى
Artinya :“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa dia
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah ! bahwa sesungguhnya dunia dan
segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat
dengannya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.”
Penjelasan :
Hadits diatas menjelaskan
bahwa pendidik adalah orang yang terbebas dari kutukan Allah SWT. Namun
tidak semua pendidik mendapatkan keistimewaan itu. Pendidik yang dimaksud
adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkan ilmunya serta mengajarkan
ilmunya dengan ikhlas hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
subjekpendidikanadalahsiapasaja yang
mewariskanilmunyakepadakita. Seorangpendidikbisasajamasyarakat, kakak, dankedua
orang tuadalamlingkup yang sederhana
b.
Sifat dan sikap yang dijelaskan
dalam hadits dan dicontohkan oleh Nabi SAW adalah sifat kasih sayang,
memudahkan peserta didik, tidak mempersulit dan memahami kondisi dan keadaan
peserta didik.
b. Didalam
hadits dijelaskan bahwa pendidik atau guru merupakan orangtua bagi anak
didiknya di Sekolah. Sehingga pendidik bertanggung jawab terhadap sikap dan
perilaku anak didik.Keutamaan pendidik yang disebutkan dalam hadits adalah
tebebas dari kutukan Allah.
B.Saran
Semoga
makalah ini dapat bermamfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan dapat
menambah khanazah keilmuan kita semua. Amin.
Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan untuk bisa menyempurnakan penyusunan
makalah yang kami susun dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://failamahfiroh.blogspot.co.id/2015/04/hadits-tentang-subyek-pendidikan.html
http://safardanial21.blogspot.co.id/2015/05/makalah-subjek-pendidikan.htm
[1]http://safardanial21.blogspot.co.id/2015/05/makalah-subjek-pendidikan.htm
[2]http://failamahfiroh.blogspot.co.id/2015/04/hadits-tentang-subyek-pendidikan.html