MAKALAH KONSTIPASI


 MAKALAH KONSTIPASI

BAB II
 PEMBAHASAN


2.1. Pengertian Konstipasi
Konstipasi adalah gangguan saluran pencernaan berupa  kesulitan Buang Air Besar (BAB) akibat terjadinya pemadatan berlebihan feses atau tinja yang menyebabkan feses keras dan sulit dikeluarkan.
2.2. Tanda dan Gejala
1.      Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
2.      Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perutterlebih
3.      Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
4.      Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal disertai rasa sakit
5.      Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya.
6.      Menurunnya frekuensi buang air besar ( menjadi 3 hari sekali atau lebih).
7.      Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
8.      Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
2.3. Patofisiologi
Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau masalah.Yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain : kelainan saluran pencernaan (contoh: divertikulitis), gangguan metabolisme (contoh: diabetes), gangguan endokrin (contoh: hipotiroidism).
Konstipasi pada umumnya terjadi akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan obat yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiat.
Konstipasi kadang-kadang dapat juga diakibatkan oleh faktor psikologis. Penyakit atau kondisi yang dapat menimbulkan konstipasi:
a.       Gangguan saluran pencernaan
1)      Obstruksi gastroduodonal akibat ulser atau kanker.
2)      Irritable bawel syndrome
3)      Diverticulitis
4)      Hemmoroids, anal fissures
5)      Ulcerative proctitis
6)      Tumor
b.      Gangguan metabolisme dan endokrin
1)      Diabetes mellitus
2)      Hipotiroidism
3)      Panhipopitutarism
4)      Peokromositoma
5)      Hiperkalsemia
c.       Kehamilan
d.      Konstipasi neurogenik
1)      Head trauma
2)      Central nervous system tumors
3)      Stroke
4)      Parkinson’s disease
e.       Konstipasi psikogenik
1)      Gangguan psikiatri
2)      Inappropriate bawel habits
f.       Obat-obat yang menginduksi konstipasi
2.4. Obat – obat Pemicu Konstipasi
a.       Analgesik
·         inhibitor prostaglandin sintesis
·         opiat.
b.      Antikolinergik
·         Antihistamin
·          agen antiparkinsonian (misal: benztrophin, trihexaphenidyl),
·         Fenotiazin
c.        Antidepresan trisiklik
4.       Antasida yang mengandung kalsium karbonat atau alumunium hidroksida
5.       Barium sulfat
6.       Pemblok kanal kalsium
7.       Klonidin
8.       Diuretik (boros kalium)
9.       Pemblok Ganglion
10.   Sediaan besi
11.      Antiinflamasi nonsteroid
12.    Natrium polistirena sulfonat
2.5. Manifestasi Klinik
Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan kembung pada perut, pergerakan usus yang hilang timbul, feses dengan ukuran kecil, perasaan penuh, kesulitan dan sakit pada saat mengeluarkan feses.
Implikasi dari konstipasi dapat bervariasi mulai dari rasa tidak nyaman sampai gejala kanker usus besar atau penyakit serius lainnya.
Terapi pasien dengan mengetahui frekuensi pergerakan usus dan tingkat keparahan konstipasi, makanan, penggunaan laksatif, penggunaan obat-obat yang dapat menyebabkan konstipasi.
2.6. Tujuan Terapi
Hasil terapi yang diharapkan adalah pencegahan konstipasi lebih lanjut melalui perubahan gaya hidup terutama makanan. Untuk konstipasi akut, tujuan terapinya adalah untuk menghilangkan gejala dan mengembalikan fungsi normal usus.
2.7. Jenis Terapi
a.       Terapi nonfarmakologis yakni terapi tanpa menggunakan obat, dilakukan dengan:
1)      Diet Tinggi Serat
Melakukan modifikasi diet untuk meningkatkan jumlah serat yang dikonsumsi. Serat yang merupakan bagian dari sayuran yang tak dicerna dalama usus akan meningkatkan curah feses, meretensi cairan tinja, dan meningkatkan transit tinja dalam usus. Dengan terapi serat ini maka frekuensi buang air besar meningkat dan menurunnya tekanan pada kolon dan rektum.
Pasien disarankan setidaknya mengkonsumsi 10 gram serat kasar perharinya. Buah, sayur dan sereal adalah contoh bahan makanan kaya serat. Dedak baku mengandung sekitar 40% serat. Selain itu terdapat juga produk obat yang merupakan agen pembentuk serat masal seperti koloid psylium hidrofilik,metilselulosa atau polikarbofilyang dapat menghasilkan efek sama dengan bahan makanan tinggi serat yang tersedia dalam sediaan tablet, serbuk atau kapsul.
2)      Pembedahan
Pada beberapa pasien konstipasi tindakan pembedahan diperlukan. Hal ini karena adanya keganasan kolon atau obstruksi saluran gastrointestinal sehingga diperlukan reseksi usus. Selain itu pembedahan juga diperlukan pada kasus konstipasi yang disebabkan oleh pheokromositoma.
3)      Biofeedback
Sebagian besar pasien konstipasi karena disfungsi dasar panggul merasakan manfaat dari elektromiogram dengan terapibiofeedback.
b.      Terapi farmakologis, yakni terapi dengan menggunakan obat laksatif (pencahar). Golongan obat laksatif adalah:
1)      Laksatif pembentuk massa (bulk laksative)
Bulk laxative digunakan bila diet tinggi serat tidak berhasil menangani konstipasi. Obat golongan merupakan obat yang berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik. Bulk laxativeseperti metilselulosa, natrium karboksilmetilselulosa, kalsium polikarbofil dan psyllium adalah polisakarida atau derivat selulosa yang menyerap air ke dalam lumen kolon dan meningkatkan massa feses dengan menarik air dan membentuk suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan merangsang gerak peristaltik. Hal tersebut akan menstimulasi motilitas dan mengurangi waktu transit feses di kolon. Rasa kembung dan frekuensi flatus mungkin meningkat. Namun, laksatif ini cukup aman digunakan dalam jangka panjang. Pada penggunaan laksatif ini, asupan cairan yang adekuat sangat diperlukan, jika tidak akan dapat menimbulkan dehidrasi
Pada pasien yang tidak bereaksi terhadap terapi tunggalbulk laxatives, pilihan selanjutnya adalah dengan menambahkan laksatif jenis lain. Setiap jenis laksatif memiliki mekanisme tersendiri. Berikut akan macam-macam laksatif pembentuk massa:
a)      Metilselulosa
Obat ini diberikan secara oral, tidak diabsorbsi melalui slauran cerna sehingga diekskresi melalui tinja. Dalam cairan usus, metilselulosa akan mengembang membentuk gel emolien atau larutan kental, yang dapat melunakkan tinja. Mungkin residu yang tidak dicerna merangsang peristaltik usus secara refleks. Efek pencahar diperoleh setelah 12-24 jam, dan efek maksimal setelah beberapa hari pengobatan. Obat ini tidak menimbulkan efek sistemik.Tetapi pada beberapa pasien bisa terjadi obstruksi usus atau esofagus, oleh karena itu metilselulosa tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan mengunyah.
Metilselulosa digunakan untuk melembekkan feses pada pasien yang tidak boleh mengejan, misalnya pasien dengan hemoroid. Sediaan adalam bentuk bubuk atau granula 500 mg, tablet atau kapsul 500 mg. Dosis anak 3-4 kali 500 mg / hari, sedangkan dosis dewasa 2-4 kali 1,5 g / hari.
b)      Natrium karboksimetilselulosa
Obat ini memiliki sifat-sifat yang sama dengan metilselulosa, hanya saja tidak larut dalam cairan lambung dan bisa digunakan sebagai antasid. Sediaan dalam bentuk tablet 0,5 g dan 1 g, atau kapsul 650 mg. Dosis dewasa adalah 3-6 g.
c)      Psilium (Plantago)
Psilium sekarang telah digantikan dengan preparat yang lebih murni dan ditambahkan musiloid, yaitu merupakan substansi hidrofilik yang membentuk gelatin bila bercampur dengan air; dosis yang dianjurkan 1-3 kali 3-3,6 g sehari dalam 250 ml air atau sari buah. Pada penggunaan kronik, psilium dikatakan dapat menurunkan kadar kolesterol darah karena mengganggu absorbsi asam empedu.
d)      Agar-agar
Merupakan koloid hidrofil, kaya akan hemiselulosa yang tidak dicerna dan tidak diabsorbsi. Dosis yang dianjurkan ialah 4-16 g. Agar-agar yang biasa dibuat merupakan pencahar massa yang muda didapat. Dosis dewasa 4-16 g.
e)       Polikarbofil dan kalsium polikarbofil
Merupakan poliakrilik resin hidrofilik yang tidak diabsorbsi, lebih banyak mengikat air dari pencahar pembentuk massa lainnya. Polikarbofil dapat mengikat air 60-100 kali dari beratnya sehingga memperbanyak massa tinja. Preparat ini mengandung natrium dalam jumlah kecil. Dalam saluran cerna kalsium polikarbofil dilepaskan ion Ca2+, sehingga tidak boleh diberikan pada pasien dengan pembatasan asupan kalium. Dosis dewasa 1-2 kali 1000 mg / hari, maksimum 6 g / hari, disertai air minum 250 ml.
2)      Laksatif emolien
Emolien adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja dengan memfasilitasi pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus. Produk ini meningkatkan sekresi air dan elektrolit dalam usus. Pencahar emolien ini tidak efektif dalam mengobati konstipasi namun berguna untuk pencegahan, terutama pada pasien pasca infark miokard, penyakit perianal akut, atau operasi dubur. Secara umum dokusat relatif aman, namun berpotensi meningkatkan laju penyerapan usus sehingga berpotensi meningkatkan penyerapan zat-zat yang berpotensi racun.
Laksatif ini sering digunakan sebagai adjuvan dari bulk ataustimulant laxatives. Laksatif ini dapat ditolerensi tubuh dengan baik.
Obat yang termasuk golongan ini memudahkan defekasi dengan jalan melunakkan feses tanpa merangsang peristaltik usus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah macam-macam laksatif emolien:
a)       Zat Penurun Tegangan Permukaan (Surface Active Agent)
Obat yang termasuk golongan ini adalah dioktilnatrium sulfosuksinat dan parafin.
Ø  Dioktilnatrium Sulfosuksinat
Cara kerja dioktilnatrium sulfosuksinat adalah dengan menurunkan tegangan sehingga memepermudah peneterasi air dan lemak ke dalam masa tinja. Tinja menjadi lunak setelah 24-48 jam. Sediaan dalam tablet 50-300 mg, suspensi 4 mg / ml. Dosis untuk anak 10-40 mg / hari, sedangkan dosis untuk dewasa adalah 50-500 mg / hari. Penggunaan bisa mengakibatkan efek samping berupa kolik usus, bahkan muntah dan diare. Dioktilnatrium sulfosuksinat juga bersifat hepatotoksik.
Ø  Parafin Cair (Mineral Oil)
Adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi. Setelah minum obat ini, maka tinja akan menjadi lunak disebabkan berkurangnya reabsorbsi air dari tinja. Parafin cair tidak dicerna di dalam usus dan hanya sedikit yang diabsorbsi. Yang diabsorbsi ditemukan pada limfonosi mesenterik, hati, dan limpa. Dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 15-30 ml / hari. Kebiasaan menggunakan parafin cair akan mengganggu absorbsi zat larut lemak, misalnya absorbsi karoten menurun 50%, juga absorbsi vitamin A dan D akan menurun. Absorbsi vitamin K menurun akibat hipoprotrombinemia; dan juga dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini juga memiliki efek samping berupa pruritus ani, menyulitkan penyembuhan pascabedah anorektal, dan bisa menyebabkan perdarahan. Jadi untuk penggunaan kronik, obat ini tidak aman.
Ø  Minyak Zaitun
Minyak zaitun yang dicerna akan menurunkan sekresi dan motilitas lambung dan juga bisa merupakan sumber energi. Dosis yang dianjurkan sebanyak 30 mg.
3)      Laksatif osmotik  (Osmotic Laxatives)
Laksatif osmotik mungkin memerlukan waktu 1-2 hari untuk bekerja. Laktitol secara kimiawi berhubungan dengan laktulosa dan tersedia dalam sachet. Isi sachet itu ditaburkan pada makanan atau dicampurkan dengan cairan (misalnya jus buah atau air). Laktulosa dan laktitol dapat menyebabkan perut kembung, kram dan ketidaknyamanan perut. Laktulosa bekerja dengan menjaga volume cairan dalam usus. Garam Epsom (magnesium sulfat) merupakan pengobatan tradisional yang sementara ini tidak lagi direkomendasikan, namun masih diminta oleh beberapa pasien yang usianya sudah tua. Obat ini bekerja dengan menarik air ke dalam usus sehingga menghasilkan peningkatan tekanan motilitas di usus dan biasanya menghasilkan gerakan usus dalam beberapa jam. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dehidrasi.
Gliserin biasanya diberikan sebagai suppositoria dengan bobot sekitar 3 g dan menimbulkan efek berupa aksi osmotik di dalam rektum. Seperti kebanyakan agen yang diberikan dalam bentuk suppositoria, efek biasanya terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit. Kadar yang tinggi dalam suppositoria dapat menimbulkan iritasi lokal. Gliserin dianggap sebagai pencahar yang aman, meskipun terkadang dapat menyebabkan iritasi pada dubur. Penggunaannya dapat diterima untuk konstipasi yang sifatnya berselang (kadang-kadang), terutama pada anak-anak.Membasahi supositoria sebelum digunakan akan membuat penggunaannya lebih mudah.
4)      Laksatif stimulant
Laksatif golongan ini mengalami hidrolisis di usus oleh enzim enterosit atau flora di kolon. Efek primer laksatif ini berpengaruh pada perubahan transport elektrolit pada mukosa intestinal dan secara umum bekerja selama beberapa jam. Dalam klasifikasinya, Schiller memasukan laksatif jenis ini ke dalam kelas secretagogues dan agen yang berefek langsung pada epitel, syaraf, atau sel otot polos.
Laksatif perangsang bekerja merangsang mukosa, saraf intramural atau otot polos sehingga meningkatkan peristaltis dan sekresi lendir usus. Banyak di antara laksatif perangsang bekerja untuk mensistesis prostaglandin dan siklik AMP, di mana hal ini akan meningkatkan sekresi elektrolit. Penghambatan sintesis prostaglandin dengan indometasin menurunkan efek berbagai obat ini terhadap sekresi air. Difenilmetan dan antrakinon kerjanya terbatas hanya pada usus besar sehingga terdapat masa laten 6 jam sebelum timbul efek pencahar. Minyak jarak, hanya bekerja pada usus halus memiliki masa laten 3 jam. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis laksatif perangsang:
a)       Minyak Jarak (Castrol Oil-Oleum Ricini)
Berasal dari biji Ricinus communis, merupakan suatu trigliserida asam risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam risinoleat oleh enzim lipase. Asam risinoleat merupakan bahan aktif. Minyak jarak juga bersifat emolien. Sebagai pencahar, obat ini tidak banyak lagi digunakan karena banyak obat lain yang lebih aman. Dosis untuk dewasa adalah 15-60 mL, sedangkan untuk anak-anak adalah 5-15 mL. Efek samping dari minyak jarak antara lain kolik, dehidrasi dengan gangguan elektrolit, confussion, denyut nadi tidak teratur, kram otot, rash kulit, dan kelelahan. Minyak jarak dianjurkan diberikan pagi hari waktu perut kosong. Jika dosisnya ditambah, tidak akan menambah efek pencahar, dan efek pencahar akan terlihat setelah 3 jam.
b)      Difenilmetan
Derivat difenilmetan yang sering digunakan adalah bisakodil. Beberapa derivat difenilmetan:
Ø  Fenolftalein
Diberikan per oral dan mengalami absorbsi kira-kira 15% di usus halus. Efek fenolftalein dapat bertahan lama karena mengalami sirkulasi enterohepatik. Sebagian besar fenolftalein diekskresi melalui tinja, sebagian lagi diekskresikan di ginjal dalam bentuk metabolitnya. Jika diberikan dalam dosis besar, akan ditemukan dalam bentuk utuh dalam urin, dan pada suasana alkali akan menyebabkan urin dan tinja berwarna merah. Ekskresi melalui ASI sangat kecil sehingga tidak akan mempengaruhi bayi yang sedang disusui. Sediaan dalam bentuk tablet 125 mg, dosis 60-100 mg. Fenolftalein relatif tidak toksik untuk pengobatan jangka pendek, tetapi dosis yang berlebihan akan meningkatkan kehilangan elektrolit. Bisa menyebabkan reaksi alergi. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-8 jam.Namun penggunaan fenilptalein sudah dilarang karena bersifat karsinogen.
Ø  Bisakodil
Pada penelitian pada tikus, bisakodil mampu dihidrolisis menjadi difenol di usus bagian atas. Difenol yang diabsorbsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit akan diekskresi melalui empedu, dan selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol yang akan merangsang motilitas usus besar.
Sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan supositoria 10 mg. Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping berupa kolik usus dan perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-12 jam, sedangkan pada pemberian rektal efek pencahar terlihat setelah setengah sampai satu jam. Pada pemberian oral, bisakodil diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi bersama urin dalam bentuk glukuronid, tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.
Ø  Oksifenisatin asetat
Bagaimana respon tubuh terhadap oksifenisatin asetat mirip dengan bisakodil. Efek pencaharnya tidak melebihi bisakodil. Obat ini jarang digunakan karena dapat menimbulkan hepatitis dan ikterus. Sediaan berupa tablet 5 mg atau sirup 5 mg / 5 ml, supositoria 10 mg. Dosis dewasa oral 4-5 mg, per rektal 10 mg. Sedangkan untuk anak per oral 1-2 mg. Efek samping bisa berupa hepatitis, ikterus, dan reaksi alergi. Efek pencahar setelah 6-12 jam kemudian.
c)      Antrakinon
Efek pencahar golongan ini bergantung pada antrakinon yang dilepaskan dari ikatan glikosidanya. Efek pencahar antrakinon timbul setelah 6 jam. Setelah pemberian oral sebagian akan diabsorbsi dalam bentuk glikosidanya. Sebagian glikosida dihidrolisis oleh enzim flora usus menjadi antrakinon dan bekerja sebagai pencahar di kolon. Efek antrakinon yang tidak diinginkan adalah efek pencahar yang berlebihan. Zat aktif bisa ditemukan pada ASI sehingga bisa mempengaruhi bayi yang disusui. Melanosis kolon bisa terjadi, namun bisa menghilang dengan penghentian pemakaian obat selama 4-12 bulan.
d)     Kaskara Sagrada
Berasal dari kulit pohonRhamnus purshiana. Sediaan dalam bentuk sirup, eliksir, tablet 125 mg. Dosis 2-5 mL, dosis 100-300 mg. Efek samping adalah pigmentasi mukosa kolon. Zat aktif bisa ditemukan pada ASI. Efek pencahar bisa telihat setelah 8-12 jam.
e)      Sena
Berasal dari daun atau buah Cassia acutifolia atau Cassia angustifolia, terdapat zat aktif senosida A dan B. Sebagian antrakinon yang diabsorbsi akan diekskresi melalui ginjal dengan warna kuning sampai merah bila suasana urin alkali. Sediaan berupa sirup dan eliksir, dosis 2-4 ml. Sediaan juga da dalam bentuk tablet 280 mg, dosis 0,5-2 g. Efek samping pada penggunaan lama akan menyebabkan kerusakan neuron mesenterik. Efek pencahar akan terliaht setelah 6 jam.
f)       Dantron (Dihidroksiantrakinon)
Dantron leboh banyak mengandung antrakinon bebas daripada bentuk glikosidanya. Sediaan dalam tablet 75 mg, dosis 75-150 mg. Efek pencahar akan terlihat seteah 6-8 jam..
5)      Lubrikan
Merupakan laksatif dari golongan minyak mineral yang akan efektif bila digunakan secara rutin. Lubrikan diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Lubrikan bekerja dengan membungkus feses sehingga memudahkannya meluncur ke anus dan dengan menghambat penyerapan air diusus sehingga meningkatkan bobot feses dan mengurangi waktu transitnya dalam usus. Lubrikan dapat diberikan peroral dengan dosis 15-45 ml, dan akan memberikan efek setelah 2-3 hari setelah penggunaan. Penggunaan lubrikan ini disarankan pada kondisi sebagaimana penggunaan emolien. Namun lubrikan memberikan potensi efek samping yang lebih besar. Resiko efek samping itu diantaranya: minyak mineral dapat diserap secara sistemik dan dapat menimbulkan reaksi asing dalam jaringan limfoid tubuh, dan mengurangi penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E dan K).
c.       Terapi tumbuhan alam
1)      Daun Umbi Jalar
Siapkan daun umbi jalar sebanyak 60 gram lalu direbus dengan air secuukupnya lalu airnya diminum selagi hangat dan daunnya dapat dimakan.
2)      Daun Alamanda
 Ambil 30 gram daun alamanda lalu rebus dengan air secukupnya, kemudian air rebusan tersebut diminum selagi hangat.
3)      Buah Pepaya
Makan buah pepaya matang 150 gram secara teratur 2 kali sehari.
4)      Lidah Buaya
Siapkan 100 gram daun lidah buaya dan kupas lalu diiris-iris kecil, direbus dengan 200 ml air hingga mendidih, lalu tambahkan 1 sendok makan madu. Minum hangat hangat dan makan daging lidah buayanya . Lakukan 2 kali sehari.
5)      Kangkung dan Umbi Jalar
Siapkan 60 gram daun umbi jalar dan 60 gram kangkung cuci bersih, lalu tumis atau rebus dengan air secukupnya.
6)      Nanas
Cara pertama, cuci buah nanas yang telah di kupas kulitnya, lalu parut. Peraslah dan ambil perasan air nanas tersebut. Minum setengah gelas 2 kali sehari
7)      Temulawak
Cuci 1 rimpang temulawak, diparut lalu diperas. Perasan air tersebut diberi sedikit asam jawa dan gula aren. Aduk campuran semua bahan dan saring. Minum sekali sehari.
8)      Ngokilo
Cuci 1/2 genggam daun ngokilo. Rebus daun ngokilo dengan diberi 2 gelas air sampai air tinggal setengah. Air rebusan daun ngokilo ini diminum sekaligus sekali sehari.
9)      TomatAmbil tomat matang, lalu jus buah tersebut.
2.8. Produk Obat
1. Pencahar Pembentuk Massa
a. Vegeta (kandungan: 5,52 gram Psyllium Husk dan 2,88 gram Inulin Chicory). Sediaan: 1 sachet 8,4 gram.
b. Yoghurt (kandungan metilselulosa, bakteri asam laktat Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophillus).
c. Agar-agar swallow (kandungan: agar-agar). Sediaan: kemasan tepung agar-agar 7 gram.
d. Nutrijell (kandungan: agar-agar). Sediaan: kemasan tepung agar-agar 10 gram, 15 gram.
2. Pencahar Emolien
Kompolax emulsi (kandungan: liquidum parafin 1,5 gram, phenolphthalein 75 mg, giserin 1 gram). Sediaan: emulsi 60 ml, 115 ml.
3. Pencahar Stimulan
a. Melaxan tablet (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet 5 mg x 4 x 10 butir.
b. Stolax suppositoria (kandungan: bisakodil). Sediaan: suppositoria 10 mg x 6.
c. Kompolax emulsi (kandungan: liquidum parafin 1,5 gram, phenolphthalein 75 mg, giserin 1 gram). Sediaan: emulsi 60 ml, 115 ml.
d. Laxana (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet salut enterik 5 mg x 10.
e. Dulcolax (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet salut enterik 5 mg.
f. Laxamex (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet 5 mg x 4.
g. Laxing tea (kandungan: daun sena 1600 mg, lidah buaya 100 mg, daun the 300 mg). Sediaan: 1 dus berisi 15 teh celup @ 2 gram.
4. Pencahar Laksatif Osmotik
a. Duphalac (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 35 gram / 5 ml x 120 mL.
b. Microlax (kandungan: Natrium lauril sulfoasetat 45 mg, Natrium sitrat 450 mg, Asam sorbat 5 mg, PEG 400 625 mg, Sorbitol 4465 mg). Sediaan: enema 5 mL 3 buah.
c. Lactulax (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 60 ml rasa vanila, sirup 120 ml, dan sirup 200 ml.
d. Fosen (kandungan: Natrium fosfat monobase 19 gram, Natrium fosfat dibase 7 gram). Sediaan: enema 118 ml.
e. Pralax syrup (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 35 gram / 5 ml x 100 ml.
f. Constipen (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 66,7% / 5 ml x 120 ml).
g. Fleet enema (kandungan: Monobasic Na fosfat 19 gram, dibasic Na fosfat 7 gram). Sediaan: botol 133 ml.
h. Lantulos (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 43 gram / 5 ml x 60 ml.
i. Opilax (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 335 gram / 5 ml x 60 ml, 120 ml.
j. Solac (laktulosa). Sediaan: sirup 3, 335 gram / 5 ml x 120 ml
2.9. Analisa swamedikasi
            Pasien datang ditanya:
1.      Apakah pasien kurang mengonsumsi makanan tinggi serat?
2.      Apakah pasien suka makan makanan instan?
3.      Apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu?
4.      Apakah pasien mempunyai penyakit yang sedang diderita?
5.      Berapakah umur pasien?
6.      Sudah berapa lama keluhan dirasakan?
7.      Sudah mengonsumsi obat sebelumnya?
2.10. Skema Identifikasi penyakit
Berdasarkan penyebab konstipasi :
1.      Konstipasi transit normal         sering terjadi. Disebabkan kurang mengonsumsi makanan berserat, dehidrasi        mengakibatkan turunnya berat badan (BB)        feses kecil seperti pensil.
2.      Konstipasi transit lambat        penundaan pengeluaran feses karena gangguan fungsi syaraf            perut kembung, defekasi tidak teratur.
3.      Disfungsi anorektal            disebabkan gangguan pada otot-otot panggul 
biasanya terjadi pada lansia.
4.      Kehamilan           disebabkan adanya perubahan hormon dan berkurangnya aktifitas fisik             boleh diatasi hanya dengan makan makanan tinggi serat dan olahraga khusus orang hamil.
5.      Konstipasi yang diinduksi laksatif            penyalahgunaan laksatif.
6.      Konstipasi sekunder       disebabkan penyakit yang terjadi pada organ tubuh, biasanya pada penderita kanker usus, diabetes, dan parkinson.
2.11. Tips Pemberian Obat
1.      Beritahu pasien mengenai cara penggunaan obat yang tepat, termasuk nama obat, besarnya dosis, khasiat, cara pemakaian, dll.
2.      Jika gejala terus berlangsung, segera periksa ke dokter.
3.      Diskusikan dengan pasien mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan secera tepat.
4.      Jangan meminum obat laksatif sebelum tidur.
2.12. Anjuran untuk Pasien
1.      Makan makanan tinggi serat
2.      Minum air putih 8-12 gelas perhari.
3.      Olahraga teratur.
4.      Biasakan BAB pagi setelah bangun tidur.
5.      Jangan menunda BAB.
6.      Konsumsi makanan atau minuman yang mempunyai efek laksatif.
7.      Lakukan pemijatan pada perut searah jarum jam, beberapa menit setiap hari.
8.      Hindari stress.





BAB III
 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar. Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Manifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen, borborigimus, Rasa nyeri dan tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat makan, sensasi pengosongan tidak lengkap, mengejan saat defekasi, eliminasi volume feses sedikit, keras, dan kering. Komplikasi yang bisa terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan fisura anal, megakolon.
Penanganan konstipasi non farmakologi adalah diet tinggi serat, perubahan gaya hidup, dan latihan jasmani. Secara farmakologi adalah pemberian pencahar pembentuk tinja, pelembut tinja, pencahar stimulant, pencahar perangsang dan lubrikan.
3.2. Saran
1.      Kenali penyebab konstipasi terlebih dahulu.
2.      Pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi secara bersamaan akan lebih efektif.









Artikel Terkait