MAKALAH KONSEP BERMAIN PADA ANAK KEPERAWATAN ANAK I


MAKALAH KONSEP BERMAIN PADA ANAK KEPERAWATAN ANAK I

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Belajar melalui bermain merupakan satu teknik pengajaran dan pembelajaran yang berkesan kepada anak usia dini. Bermain sendiri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga dapat diartikan sebagai perantara pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik dengan mudah diikuti oleh anak. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain sangat berpengaruh besar dalam perkembangan jiwa anak.
Menurut Singer dalam Martuti (2008:13), bermain merupakan cara untuk melatih masuknya rangsangan, baik dari dunia luar maupun dari dalam. Laju stimulasi baik dari luar maupun dari dalam semakin optimal jika keadaan emosi menyenangkan yang dapat diperoleh saat anak sedang bermain. Artinya bermain membuat anak tidak merenung dan bosan yang disebabkan kurangnya stimulus atau rangsangan. Melalui bermain, anak dapat mengekspresikan dorongan kreatifnya, merasakan objek-objek dan tantangan dalam menemukan sesuatu dengan cara yang baru, serya mencari hubungan yang padu antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Seorang anak harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.Untuk itu, kegiatan bermain anak perlu mendapatkan perhatian serius oleh para pendidik anak usia dini karena bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak, seperti perkembangan fisik motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, dan emosional.

B.  Rumusan masalah
1. Apa definisi dari bermain?
2. Apa saja fungsi bermain pada anak?
3. Apa saja karakteristik bermain?
4. Apa saja pedoman untuk keamanan bermain pada anak?
5. Apa saja kecenderungan sifat bermain pada anak?

C. Tujuan
Untuk mengetahui penyelesaian terhadap rumusan masalah diatas.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik intelektual, emosional dan sosial. Dimana bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungans, melakukan apa yang dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong,2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B.     Fungsi Bermain pada Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak, diantaranya:
1.    Membantu Perkembangan Sesnsorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil, audio dan visual. Melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2.    Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3.    Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
4.    Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang , mobil-mobilan.
5.    Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6.    Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C.    Karakteristik Bermain
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
a.    Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
b.    Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c.    Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.


D.    Pedoman Keamanan Bermain pada Anak
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a.    Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b.    Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
c.    Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d.    Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e.    Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f.     Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.



E.     Kecenderungan Sifat pada Anak
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari permainan diantaranya:
Berdasarkan isinya:
a.    Bermain Afektif Sosial
Hal ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b.    Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
c.    Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
Berdasarkan jenis permainan :
a.    Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
b.    Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
Berdasarkan karakteristik sosial :
a.    Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.
b.    Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
c.    Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
d.    Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e.    Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f.     Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.




BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Bermain disimpulkan sebagai kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

B.   Saran
Saat anak sedang bermain, sebaiknya tidak terlepas dari pengawasan orang tua. Hal tersebut ditekankan agar tidak terjadinya kecelakaan saat bermain.



DAFTAR PUSTAKA

https://aanfien.wordpress.com/2012/11/10/konsep-bermain-pada-anak/amp/ diunduh 18 Maret 2020

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/madarinafafa0159/5c9122030b531c5cf5384d57/konsep-bermain-pada-anak-usia-dini diunduh 18 Maret 2020

Ball, David. 2012. “Risk and Safety.” Berada pada laman Children’s Play Council website at http://www.ncb.org.uk/cpc. Diunduh 3 Juli 2012

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : Grasindo.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Artikel Terkait