Makalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Keterampilan Proses



Mata Kuliah: Manajemen Pembelajaran
CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA) DAN KETERAMPILAN PROSES

Dosen Pengampu:
Radinal Tamrin,S.pd.I., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok VII
Asmi Arianti
Erni Saputriani
Hamsinah I
Mawar
Miftahul Khair
Nur Rahmah
Nurhayati

Semester VI




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL GAZALI BARRU
TAHUN AKADEMIK
2017/2018
KATA PENGANTAR

                        Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada nabi Muhammad Saw. Serta keluarga dan sahabatnya. Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen pembelajaran, kami membahas tentang cara belajar siswa aktif (CBSA) dan keterampilan proses.
            Terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan memberi dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Maka, kami mengharapkan bantuan berupa kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya.
                        Kami mengharapkan agar makalah ini dapat berfungsi dan bermanfaat bagi penulis sendiri dan teman-teman mahasiswa STAI AL GAZALI Barru .




                                                                                                            Pekkae, April 2018

                                                                                                                        Penyusun
Kelompok VII

DAFTAR ISI

SAMPUL.....................................................................................................      i
KATA PENGANTAR................................................................................      ii
DAFTAR ISI...............................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................      1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................      1
B. Rumusan Masalah.....................................................................      2
C. Tujuan Masalah.........................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................      3
A.  Pengertian CBSA Dan KeterampilanProses....................................      3
B.  pendekatan CBSA Dan PendekatanKeterampilanProses
DalamPembelajaran...............................................................................      4
BAB III PENUTUP....................................................................................      21
A. Kesimpulan......................................................................................      21
B. Saran.................................................................................................      21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................      22





BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA dan pendekatan  proses ( PKP) dalam proses pembelajaran. Baik CBSA maupun PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang tersuran dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
Keaktifan siswa dan peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiantan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis,meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh-contoh kegiatan fsikis seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan psikis lainnya.
Adapun kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
B.            Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian CBSA dan keterampilan proses?
2.    Bagaimana pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran?
C.           Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian CBSA dan keterampilan proses
2.      Umtuk mengetahui pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian CBSA dan keterampilan proses
            CBSA adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran dan setiap proses pembelajaran memiliki kadar CBSA yang bebeda-beda. Agar kita dapat menemukan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran, maka perlu mengenal terlebih dahulu rambu-rambu penyelenggaraan CBSA.
            CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional denga harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal,baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.[1]
            Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai pemgerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatuh dalam bentuk kreatifitas.[2]
            Jadi dapat disimpulkan bahwa CBSA dan keterampilan proses adalah suatu keterlibatan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai keterampilan yang dapat diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial.
B.            Pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses
1.      Pendekatan CBSA
            Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan yang belajar atau siswa. Pernyataan ini tidak dapat kita bantah atau kita tau kebenarannya. Adanya kenyataan ini menyebabkan sulitnya mendefinisikan pengertian pendekatan CBSA secara tepat, kepastian adanya kekatifan siswa dalam setiap proses pembelajaran memberikan kepastian kepada kita bahwa pendekatan CBSA bukanlah suatun hal yang dikotomis.Hal ini berarti, setiap peristiwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat di pastikan adanya penerapan pendekatan CBSA dan tidak mungkin tidak terjadi penerapan pendekatan CBSA dalam peristiwa pembelajaran.
            Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendegarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk pada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau runtuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
            Penerapan CBSA siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu siswa diharapkan lebih terlatih untuk berfikir secara teratur, kritis, tanggap, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya. Pencapaian keadaan siswa yang diharapkan melalui penerapan CBSA ini. Akan memungkinkan pembentukan sebagai pengabdi abadi pencari kebenaran ilmu.
Disisi yang lain, dengan penerapan CBSA guru diharapkan bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien) artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, adapun karakteristik CBSA yang baik disekolah antara lain yaitu:
a.       Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
b.      Guru adalah pembimbingdalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya,dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
c.       Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang.
d.      Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatiakn kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
e.       Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa,serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses dalam IPA dan keterampilan lainya,serta mengukur hasil belajar siswa.
Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran berdasarkan siswa (student based intruction).
            Konsekuensi yang harusditerima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa, iyalah:
a.       Guru merupakan seorang pengelolah (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar.
b.      Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership).
c.       Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
d.      Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements).
e.       Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
f.       Tujuan ditulis secara jelas.
g.      Semuatujuan diukur/dites.
Adanya konsekuensi dari penerapan pembelajaran berdasarkan siswa yang akan dapat meningkatkan kadar CBSA suatu proses pembelajaran, lebih jauh menuntut agar guru: Memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penyampaikan atau sistem penyampaian dan  memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Selain itu nilai intrinsik gerakan untuk meningkatkan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga muncul sebagai reaksi terhadap kecenderungan umum penerapan pembelajaran berdasarkan guru (teacher-based intruction). Pembelajaran berdasarkan guru menunjukkan peran guru sebagai reveransir (purveyor) informasi, sehingga hanya sekadar proses perekaman infirmasi-informasi. Dalam situasi pembelajaran berdasarkan guru, strategi pembelajaran yang dominan adalah strategi yang bersifat ekspositorik. Sistem penyampaian ini paling diminati karena banyak memberikan otoritas kepada guru, ada kalanya dengan variasi yang kurang bermutu.
Adapun pembelajaran berdasarkan guru ini mengakibatkan kecenderungan umum, untuk menyandarkan diri kepada cerama sebagai sistem penyampaian. Kecenderungan ini umum dapat dimaklumi, mengingat cerama sebagai sistem penyampaian yang memberikan kesempatan paling besar kepada guru untuk melaksanakan tugasnya sebagai leveransir informasi sekaligus menunjukkan otoritasnya sebagai “sang maha tahu”.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajan dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajan. Faktor-faktor penentu tersebut adalah:
a.       Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
b.      Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
c.       Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan efektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
d.      Karakteristik lingkungan\setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
e.       Karakteristik guru, meliputi filosopilnya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
Faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran sebagaimana dikemukakan diatas,  merupakan suatu kesatuan yang saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan yang lain. Hal ini berarti, guru tidak terbatas dari kewajibannya untuk selalu memperhatikan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran agar memperoleh hasil belajar yang diharapkan.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan bahwa
a.       Tiap murid belajar diri sendiri yang kita sebut belajar. Guru juga mempunyai gaya belajar.
b.      Kita dapa menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
c.       Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Guru-guru harus menyadari akan adanya tife-tife murid yang berbeda-beda. Tiap tife murid berpirir dengan cara berlainan.Tidak semua murid sesuai untuk mengutamakan kerja lapangan atau belajar sendiri. Setiap tife mempunyai kebaikan dan kekurangannya masing-masing. [3]
Demikian pula bimbingan dan penyuluhan, khususnya dalam menentukan jabatan, perlu diperhatikan adanya jabatan yang menginginkan cara berfikir tertentu. Memilih jabatan yang tidak sesuai dengan cara berfikir tertentu akan merusak masa depan dan hidup seseorang. Adapun beberapa macam gaya respon siswa yang dibaginya dalam 8 kelompok yakni:
a.       Siswa penurut
Peserta didik ini termasuk siswa yang baik karna mengikuti apa yang diperintahkan, patuh kepada aturan, tunduk kepada otoritas, menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan, memandang guru sebagai orang yang memberikan pujian dan penghargaan. Mereka ini sangat memusatkan diri pada tugas yang diberikan. Mereka tidak pernah melawan atau menentang dan menerima saja apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh guru. Siswa ini tidak begitu inovatif atau kreatif, juga tidak mempunyai intelegensi yang tinggi, namun menunjukkan hasil pelajaran yang memuaskan.
b.      Siswa yang tak dapat berdiri sendiri
Siswa ini dapat bergantung kepada guru untuk membantu mereka dalam pelajaran. Mereka senantiasa dalam suasana ketakutan, takut akan ujian atau dinilai, takut mendapat giliran dalam kelas. Sebagai anak-anak mereka tidak merupakan anak yang bahagia. Mereka kasih kepada orang tuanya, yang menaruh cita-cita yang tinggi daripadanya yang rasanya berat untuk dipenuhinya. Mereka mudah merasa tersinggung dan berusaha untuk disukai dan disenangi oleh orang lain dengan mematuhi peraturan-peraturan oleh orang yang sedang berkuasa. Mereka kurang yakin dan percaya akan intelegensinya sendiri. Mereka mudah didiamkan dengan teguran, kecaman atau hukuman. Mereka sukar melibatkan diri secara mendalam dalam bahan pelajara, dan tidak dapat memandangnya dari titik pandangan yang lain.
c.       Siswa yang patah semangat
Siswa ini tidak puas dengan dirinya. Dalam dirinya berbaur rasa harga diri dengan rasa bersalah dan kemuraman. Mereka banyak terlibatdengan dirinya sendiri. Terhadap orang lain kurang sensitip. Mereka merasa bahwa mereka mungkin akan menyinggung perasaan orang lain.
d.      Siswa yang dapat berdiri sendiri
Siswa ini sangat inteligen. Mereka percaya akan dirinya, merasa dirinya aman. Mereka dapat memandang kegiatan kelas dan bahan pelajaran secara obyektif seakan-akan dari jarak tertentu. Mereka tidak berusaha untuk mengadakan hubungan pribadi yang erat dengan pengajarnya. Mereka sanggup berpikir sendiri secara kritis. Mereka mempunyai pandangan yang tersendiri, tanpa melibatkan dirinya dengan pandangannya.
e.       Siswa pahlawan
Mereka ini senantiasa terlibat dalam tiap pemberontakan. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang istimewa, lain dari pada orang biasa. Dalam proses pembelajaran mereka hanya mencapai angka yang cukup, sebenarnya dibawah batas kesanggupannya. Mereka tidak merasa khawatir atau ingin menggantungkan diri kepada orang lain. Dalam kelas mereka rela membantu guru. Namun mereka memandang sekolah sebagai sistem oppresif, yang menekan kebebasan orang. Mereka kurang percaya akan segala bentuk otoritas. Mereka sanggup mengalahkan guru dalam perdebatan dan mereka pantang mengalah. Mereka ingin mendekatkan diri kepada orang lain, akan tetapi mereka juga takut kehilangan pribadinya. Mereka ingin lain dari orang lain.
f.       Siswa “penembak tersembunyi”
Seperti siswa “pahlawan” mereka ini mempunyai jiwa pemberontak, akan tetapi perlawanan mereka tidak diperlihatkan denan nyata. Mereka bersikap bermusuhan dengan guru. Mereka sendiri mempunyai pandangan yang rendah tentang dirinya. Pada umumnya mempunyai pandangan pesimis tentang hubungannya yang otoritas dan pemegang kekuasaan. Oleh sebab tidak berani menentang dengan terang-terangan mereka “menembak” guru dengan cara tersembunyi. Hasil belajarnya rendah, lebih rendah dari pada yang sebenarnya dapat dicapainya. Mereka pesimistis tentang masa depannya. Mereka tidak melibatkan dirinya dam kegiatan kelas. Mereka mengalami masa yang tak bahagia sewaktu masa kanak-kanaknya disebabkan ayah yang lemah akan tetapi otoriter.
g.      Siswa menarik perhatian
Mereka ini sangat berorientasi pada hubungan sosial. Mereka tidak sering melawak, membuat orang ketewa, banyak bicara, dan suka membual. Mereka suka bergaul dengan orang dan suka berada bersama orang lain. Dan mendasarkan pendapatnya atas pendirian orang lain. Mereka sangat memperhatikan pendapat orang lain. Sikap serupa itu menghalangi perkembangan intelektualnya.
h.      Siswa pendiam
Sebagian besar dari siswa termasuk golongan ini. Mereka ini merasa dirinya tak mampu dak tak berkuasa. Mereka mudah tergoncang jiwanya, curiga sampai-sampai seperti orang yang tak sehat jiwanya. Terhadap orang lain mereka merasa curiga, defensif, cepat marah karena tersinggung. Guru dipandangnya sebagai ancaman terhadap identitasmereka. Namun pada saat yang sama mereka rindu akan perhatian dan penghargaan dari guru. Kepada orang tuanya sendiri secara emosional meresa dirinya tak dekat. Harga dirinya terikat pada prestasinya dalam kelas. Mereka sangat sensitif terhadap pandangan guru terhadap dirinya. Mereka sangat takut akan kegagalan dan karena itu sebaiknya tutup mulut saja.[4]
2.      Pendekatan Keterampilan Proses
a.    Pengertian pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa. Dari batasan pendekatan keterampilan proses tersebut, maka dapat diperoleh suatu gambaran bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan intruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Justru pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
1)   Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat memahami ransangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
2)   Mengajar dengan pendekatan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan. Tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa meresa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pelajar yang pasif.
3)   Menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian pendekatan proses dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi dir siswa, fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperang pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa, interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
Dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu pengetahuan, serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegitan pembelajaran yang menerapkan pendekatan keterampilan proses, saling berinteraksi dan berpengaruh satu dengan yang lain. Lebih dari pada itu, pendekatan keterampilan proses tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, pendekatan keterampilan proses berjalan secara optimal apabila kadar CBSAproses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, pendekatan keterampilan proses berintraksi secara timbal balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
b.    Jenis-jenis keterampilan dalam keterampilan proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan yakni: mengopservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentivikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun sinopsis, dan melaksanakan eksperimen.
   Adapun tujuh keterampilan proses tersebut adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menetapkan, merencanakan penelitian dan menkomunikasikan. Meskipun keterampilan-keterampilan tersebut saling bergantung, masing- masing menitikberatkan pada pengembangan suatu area keterampilan khusus. Selain itu keterampilan- keterampilan proses merupakan dasar yang sebelumnya menyediakan suatu landasan menuju keterampilan- keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks.
   Penjelasan dari tiap- tiap keterampilan proses, akan diuraikan pada pembahasan berikut ini. Pembahasan menyangkut mengapa suatu keterampilan proses penting dikembangkan, pertian keterampilan proses tersebut, dan kegiatan- kegiatan yang menunjukan penampakan dari keterampilan proses tersebut.
1)   Mengamati, melalui kegiatan ini kita belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal paling penting untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan proses lainnya. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan pancaindra.
2)   Mengklasifikasikan, kita dapat menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, kesesuaian dengan berbagai tujuan. Syarat- syarat dasar dari berbagai sistem penggolongan adalah bahwa hal itu berguna sepenuhnya. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai objek peristiws berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan adalah mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok: binatang dan tumbuhan, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang ternak dan bertelur, mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, dan kegiatan lain yang sejenis.
3)   Mengomunikasikan, kemampuan mengkomunikasikan dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yanh kita kerjakan. Grafik, bagan, peta,lambang-lambang, diagram, persamaan matematik. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contohnya mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
4)   Mengukur, dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contohnya mengukur panjang garis, dan kegiatan lain yang sejenis.
5)   Memprediksi, dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
6)   Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
c.    Rasionalisasi pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman. Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat didefinisikan dua aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa, aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik padadiri siswa.
Berbolak dari pembahasan sebelumnya, dapat secara jelas kita lihat bahwa tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran disekolah haruslah membelajarkan siswa bagaimana belajar. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini mengundang makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan ini harus tercapai, kalau kita ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang bergantung terus-menerus.
   Kegiatan pelajaran seringkali didasarkan pada dua premis yang terkadang tidak diungkapkan secara jelas. Premis pertama mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindari diri dari ketidaksenamgan bila ia tidak belajar. Berdasarkan premis ini, timbul tindakan yang mengkondisikan adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman, dan yang lain agar siswa belajar. Premis kedua mengungkapkan bahwa guru merupakan penggerak yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan. Siswa seringkali dipandang sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru dengan air pengetahuan. Adanya dua premis seperti yang diungkapkan sersebut, mengakibatkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan penjajahan daripada sebagai kegiatan pemanusiaan. Terjadinya penjajahan kerena siswa benar-benar dijadikan objek kegiatan pembelajaran.
Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajan didasarkan pada hal-hal berikut
1)   Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan terknologi,
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan fakta dan teori-teori. Untuk mengatasi hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
2)   Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal,
Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.
3)   Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu,
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.   Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran
Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajaran. Untuk dapat menerapkan pendekatan keterampilan proses dalm pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristikk siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
Untuk kererampilan dasar yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pengembangannya tidak berhenti hanya pada jenjang sekolah dasar. Dalam pembelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) maupun sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK), penerapan pengembangan keterampilan dasar tetap dilakukan. Penerapan keterampilan dasar pendekaran keterampilan proses pada semua jenjang pendidikan diperlukan untuk mendukung penerapan keterampilan terintegrasi pendekatan keterampilan proses. Dalam penerapan keterampilan dasar pendekatan keterampilan proses tidak diperlukan lagi uraian teorinya bagi siswa SLTP dan sekolah menengah, yang siswa mampu melakukannya.
   Penerapan keterampilan kerintegrasi pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran jenjang pendidikan SLTP dan SMA memerlukan pembatasan teori dari tiap keterampilan yang ada didalamnya. Mengingat keterampilan terintegrasi dalam pendekatan keterampilan proses merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lainnya.[5]





BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.      CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional denga harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal,baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai pemgerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
2.      Pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan proses
Pendekatan CBSAadalahSetiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan yang belajar atau siswa. Pernyataan ini tidak dapat kita bantah atau kita tau kebenarannya. Sedangkanpendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa.
B.            Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan, yang nantinya akan membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dkk.2002,Belajar dan Pembelajaran,Jakarta: Rineka Cipta
Rahmat,Nur. 2012. Keterampilan Berproses, dalam,http://rahmat nur.blogspot.co.id/2012/09/keterampilan-berproses-dalam.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018
S Nasution.1982, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,Jakarta:Bumi Aksara



[1] Dimyati,Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta:Rineka Cipta,2002),h. 122
[2]Rahmat nur, Keterampilan Berproses, dalam, http://rahmat nur.blogspot.co.id/2012/09/keterampilan-berproses-dalam.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018pukul 20:54 WITA
[3]Dimyati.Op.Cit. h. 114-121
[4]S Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar,(Jakarta: Bumi aksara, 1982), hal 101-104
[5]Dimyati,Op.Cit. h. 135-154

Artikel Terkait