PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

 BAB I

PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG MASALAH

Asia Tenggara adalah sebutan untuk sebuah wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari Jazirah Indo China dan kepulauan yang banyak terlingkupi dalam Negara Indonesia dan Filipina.Asia Tenggara  atau indo – melayu merupakan tujuh dari wilayah kebudayaan atau peradaban Islam yang terdiri dari wilayah  - wilayah kebudayaan Arab, Islam Persia , Islam  Turki, Islam Afrika ( hitam ), Islam anak benua India, Islam Indo – Melayu dan terakhir sekali wilayah peradaban Islam di western hemisphere.

Sebagai bagian integral dan kebudayaan peradaban Islam secara keseluruhan , fenomena dan ekspresi kebudayaan Islam di wilayah Indo – Melayu juga mencakup ciri – ciri universal , membuat kebudayaan dan peradaban di wilayah tertentu dapat disebut Islamiate ( meminjam istilah Hodgson).Dalam hal ini Hodgson merinci lebih jauh tradisi keagamaan islam dengan segala integritas yang secara khas lebih luas daripada Kristen dan Buddhisme.Akan tetapi pada saat yang sama kebudayaan dan peradaban Islam di wilayah manapum, termasuk kawasan Indo – Melayu juga memiliki unsur – unsur yang khas bagi kawasan yang bersangkutan.

Di seluruh Asia Tenggara, jumlah umat Islam diperkirakan mencapai 300 juta orang.Jadi, dapat dikatakan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah yang mempunyai penduduk muslim paling banyak.

Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan pedagang oleh para sufi.Hal ini berbeda dengan daerah Islam di dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan oleh negara – negara Arab dan Turki.Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.




2.      RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu:

a.       Bagaimana sejarah peradaban Islam di Asia Tenggara?

b.      Apa saja kemajuan peradaban Islam yang ada di Asia Tenggara

c.       Bagaimana modernisasi Islam di Asia Tenggara?


3.      TUJUAN MASALAH

Tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah:

a.       Untuk mengetahui sejarah peradaban Islam di Asia Tenggara.

b.      Untuk mengetahui kemajuan Islam yang ada di Asia Tenggara.

c.       Untuk mengetahui modernisasi Islam di Asia Tenggara.




                                                                               

BAB II

PEMBAHASAN

A.    SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

1.      Proses masuknya Islam di Asia Tenggara

Secara umum dikatakan bahwa Islam di Asia Tenggara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Islam di kawasan yang lain terutama Timur Tengah yaitu damai, ramah dan toleran.Penyebaran Islam di kawasan ini bukan melalui ekspansi pembebasan yang hampir selalu melibatkan kekuatan perang.[1]

Masuknya Islam di Asia Tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang.Kedatangan Islam di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina , Gujarat. Iran, Yaman, dan Arabia Selatan.Pada abad ke -5 SM, Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar pesisir.Kondisi semacam ini dimanfaatkan para pedagang muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.

Ada beberapa teori mengenai proses sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara, yaitu sebagai berikut:

Teori pertama yang mengatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau tepatnya Hadramaut.Teori ini dikemukaan oleh Crawfurd ( 1820 ), Kayzer ( 1859 ), Niemann ( 1861 ), de Hollander ( 1861 ),dan Verth ( 1878 ).Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun pada bagian ini menyebutkan adanya bagian dari – orang Muhammedan di India Timur.Sementara itu, Kayzer beranggapan bahwa Islam dating dari Mesir yang bermazhar Syafi’I sama dengan yang dianut kaum Muslimin Nusantara lainnya.Ternyata teori tersebut juga dipegang oleh Niemann dan de Holiander, tetapi dengan menyebut Hadramaut , bukan Mesir sebagai sumber datangnya Islam, karena meraka adalah pengikut mazhab Syafi’I sebagaimana orang – orang Arab tanpa menyebut Timur Tengah atau kaitannya dengan Hadramaut, Mesir atau India.Teori semacam ini juga dikemukakan oleh Hamka yang menyebutkan bahwa Islam masuk di Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan pada abad  ke 11 melainkan pada abad pertama hiriyah atau abad 7 Masehi.

Teori kedua yang mengatkan bahwa Islam datang dari India, pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872.Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Macopolo dan Ibnu Bathutah, ia menyimpulkan bahwa orang – orang Arab yang bermazhab Syafi’I, Gujarat, dan Malabar di India yang membawa Islam di Asia Tenggara. Ia mendukung teori ini kemudian mengatakan  bahwa melalui perdagangan, sangat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara dua wilayah , diperkuat dengan  istilah – istilah Persia yang dibawa dari India digunakan oleh pelabuhan kota – kota di Asia Tenggara. Teori ini  lebih lanjut dikembangkan oleh Snouck Hurgronje yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dhaka di India Selatan sebagai pembawa Islam  ke wilayah Islam baru ini.Pada perkembangannya teori tersebut kemudian lebih lanjut dikembangkan oleh Morisson ( 1951 ), dengan merujuk tempat yang pasti bahwa Islam datang dari India.Ia merujuk Pantai Koromandell sebagai tempat pelabuhan bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.

Teori ketiga yang dikembangkan oleh Fatimi bahwa Islam datang dari Benggali ( sekarang Bangladesh ). Ia mengutip keterangan Tome Peres yang mengemukakan bahwa kebanyakan orang Islam terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka.Dan islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah pantai Timur bukan dari Barat atau Malaka, pada abad ke 11 M melalui Kantong, Phanrang ( Vietnam ), Leran, dan Trengganu.Ia beralasan bahwa secara doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang diperkuat dengan elemen – elemen  yang ada di Trengganu lebih mirip dengan prasasti yang ada di Leran.Sementara Drewes, mempertahankan teori Snouck Hurgronje bahwa teori Fatimi ini tidak dapat diterima terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka.Lagi pula mazhab yang dominan di Benggala adalah mazhab Hanafi, bukan mazhab Syafi’I seperti di Semenanjung dan Nusantara secara keseluruhan.

Sementara itu proses masuknya Islam di Asia Tenggara tidak berlangsung serta merta tetapi melalui beberapa tahap. Penetrasi Islam Asia Tenggara secara kasar dapat dibagi dalam 3 tahap sebagai berikut:

1.      Tahap pertama, dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotan , akhirnya keruntuhan kerajaan Majapahit pada kurun abad ke 14 dan 15.

2.      Tahap kedua, sejak dating dan mapannya kekuasaan kolonialisme Belanda di Indonesia, Inggris di Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filipina sampai awal abad ke – 19.

3.      Tahap ketiga, bermula pada abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial terutama di Indonesia.

Menurut Uka Tjandra Sasmita, proses masuknya Islam ke Asia Tenggara melalui enam cara.[2]  Yaitu:

1.      Perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan.Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke – 7 hingga ke – 16 M membuat para pedagang muslim ( Arab, Persia, dan India ) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri – negeri bagian barat, tenggara, dan timur benua Asia.Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan . Mereka yang melakukan dakwah islam, sekaligus juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya kepada penduduk pribumi.

2.      Perkawinan

Dari sudut ekonomi, para pegagang muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik daripada masyarakat pribumi.Sehingga penduduk pribumi terutama putri – putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri  saudagar – saudagar itu. Sebelum menikah, mereka diislamkan lebih dulu.Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka menjadi luas.Akhirnya timbul kampung – kampung, daerah – daerah, kerajaan – kerajaan muslim.Melalui jalur perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader – kader islam.



3.      Tasawuf

Para penyebar islam juga dikenal sebagai pengajar – pengajar tasawuf.Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan aliran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat.Mereka mahir dalam hal magic dan memiliki kekuatan – kekuatan menyembuhkan.Dengan tasawuf, bentuk islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut ajaran Hindu, sehungga ajaran baru itu dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat setempat.

4.      Pendidikan

Dalam islamisasi dilakukan juga melalui jalur pendidikan seperti di pesantren, surau, masjid, dan lain – lain yang dilakukan oleh guru – guru agama , kiyai, dan ulama’.Dan setelah keluar dari pondok pesantren mereka pulang ke kampung masing – masing dan berdakwah ke tempat tertentu untuk mengajarkan islam.

5.      Kesenian

Para penyebar islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya .Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar islam seperti walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran – ajaran islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik pada kesenian.

6.      Politik

Para penyebar islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran islam.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam.Sebagaimana diketahui, melalui jalur politik para walisongo melakukan strategi dakwah mereka di kalangan para pembesar kerajaan.


B.     KEMAJUAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

Kedatangan Islam sejak abad ke 7 sampai abad ke 12 di beberapa daerah di Asia Tenggara dapat dikatakan baru pada tahap pembentukan komunikasi Islam terutama yang terdiri dari para pedagang.Abad ke -13 sampai abad ke-16 terutama dengan munculnya kerajaan bercorak islam merupakan kelanjutan dari penyebaran Islam.

Berangkat dari teori bahwa islam pada dasarnya adalah urban ( perkotaan ) dan bahwa peradaban Islam pada hakikatnya juga urban.Maka, John menyatakan bahwa proses islamisasi di Nusantara bermula dari kota – kota pelabuhan yang ada.Di perkotaan itu sendiri,Islam adalah fenomena istana.Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual islam atas perlindungan resmi penguasa, yang kemudian memunculkan tokoh – tokoh ulama’ intelektual terkenal semacam Hamzah Fansuri, Shams al- Din Pasai, Nur al- Din al – Raniri, dan Abd al – Rauf al Singkili.Tokoh – tokoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang kemudian diperkuat dan diperkaya terutama sejak abad ke – 17 oleh tarekat – tarekat tasawwuf yang berkembang di Nusantara.Karakter inheren yang berkembang semacam ini memberikan momentum yang terus menerus bagi pengembangan islam.

Selain itu, kota sebagai pusat ekonomi mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan Islam secara politik, lebih – lebih lagi secara finansial.Relatif baiknya keadaan ekonomi perkotaan memungkinkan terselenggaranya pembangunan masjid dan pusat – pusat pengajaran Islam, kegiatan – kegiatan islam, dan menimbulkan kemampuan untuk melakukan perjalanan naik haji atau berkeliling dari suatu tempat ke tempat lain guna menyebarkan syari’at Islam.

a.       Indonesia

Saat ini, diperkirann 90% warga Indonesia beragama Islam.Selain Islam, agama – agama Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha merupakan agama yang diakui di Indonesia.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan Wali Songo yang menyebarkan dakwah Islam di kawasan Indonesia.Kemajuan Islam di Indonesia dapat dilihat dari adanya Departemen Agama, Pengadilan Agama, organisasi – organisasi Islam, Perguruan tinggi Islam dan adanya Pondok  Pesantren baik yang tradisional hingga yang modern.

b.      Malaysia

Peranan Islam dalam politik lebih menonjol pada tahun 1980an , hal ini ditandai dengan adanya Partai Islam ( PAS ) yang menyatakan dalam kampanyenya untuk membentuk Negara Islam.Partai ini mendapatkan mendapatkan dukungan yang sangat besar di Negara – Negara yang didominasi oleh Islam.United Malay National Organization ( UMNO ) yang memimpin Front Nasional menikmati politik graduasi dan memasukkan secara selektif nilai – nilai islam ke dalam kebijakan Pemerintah dan menunjang tinggi konstitusi Malaysia.

c.       Republik Singapura

Singapura adalah Negara dengan jumlah penduduk 2,5juta  jiwa yang multirasial, multilingual, dan juga multi agama. Penduduk Islam di Singapura Cuma sedikit, 16%  dari seluru penduduk Singapura.

Di Singapura terdapat lembaga bernama MUIS yaitu lembaga yang diberi tanggung jawab untuk mengatur adminstrasi hokum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan zakat, organisasi – organisasi sekolah agama, serta pemberian beasiswa bagi pelajar Muslim.

d.      Republik Filipina

Filipina adalah Negara kepulauan dengan 7107 pulau dan penduduknya berjumlah sekitar 47 juta jiwa.Islam telah mempunyai sejarah yang panjang di Filipina sejak zaman Prakolonial, dan masyarakat Muslim di bagian Selatan mampu mempertahnkan diri dari Penetrasi Spnayol selama 300 tahun.Kaum Muslim di Filipina yang mendapat pendidikan secular cenderung mudah menyatu dengan Negara Filipina sedangkan yang tidak menerima pendidikan sekuler dan hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional biasanya tidak menghendaki intergrasi dengan Filipina.

e.       Negara Brunai Darussalam

Situasi politik Negara Brunai sangat tenang, hal ini tampaknya karena Negara Brunai yang berukuran kecil dengan penduduk 200.000 jiwa dengan kaum muslim sebagai mayoritas.Sebagai agama yang resmi, Islam mendapatkan perlindungan di Negara.Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya dominasi politik memungkinkan pemerintahan memberlakukan kebijaksanaan di bidang agama dan kebijaksanaan umum lainnya tanpa kesulitan.

f.       Myanmar

Dari segi ukuran , sesuai sensus penduduk tahun 1983, kaum Muslim merupakan 3,9 dari seluruh penduduk Burma yang berjumlah 35,3 juta jiwa. Secara geografis masyarakat Muslim terbesar di   Burma dan merupakan masyarakat urban. Mereka biasa dijumpai disebagian kota besar seperti   Mandalay dan Rangoon sangat diwarnai oleh masyarakat Muslim. Wilayah yang  bersebelahan dengan Banglandesh juga mayoritas penduduknya Muslim.

g.       Muangthai

Dari jumlah penduduknya , Islam adalah agama kedua yang cukup penting di Muangthai . Menurut     gambaran resmi , masyarakat Muslim merupakan 4% dari seluruh penduduk Muangthai yang kini  mencapai 50 juta jiwa. Ada juga yang menunjukan presentasi yang lebih besar. Yang perlu dicatat  adalah bahwa kaum Muslim merupakan kelompok minoritas  dalam kerajaan.Dengan bangkitnya demokrasi di Muangthai tahun 1979 maka masyarakat diberikan kebebasan menjalankan ibadah, dan pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka dalam masalah – masalah yang berkaitan dengan keagamaan.

h.      Vietnam

Berkembangnya Islam di Vietnam, khusunya pada tahap awal, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran   Kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam di awali dengan uraian sejarah Kerajaan  Campa Kuno dan Etnis Campa. Setelah Vietnam  memasuki era baru dan politik terbuka, umat Islam ikut menikmati perubahan politik tersebut, baik secara internal dalam bentuk semakin terbukanya keagamaan dan semakin pulihnya sosial umat Islam.

i.        Laos

Kebanyakan masyarakat Muslim di Laos terdiri dari para pedagang keturunan Arab. Ketika krisis politik di Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi Muslim Campa yang menyebrang ke Laos dan  menetap disana. Diperkirakan jumlah masyarakat Muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.

j.         Kamboja

 Masuk dan berkembangnya Islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dengan datangnya orang Campa  di negeri ini. Hal ini karena orang Campa telah memeluk agama Islam di negeri asalnya di Vietnam Tengah, sebelum kemudian menyebarkannya di Kamboja. Setelah Kamboja kejatuhan rezim Pol Pot  dan kemudian diperintah oleh Hun Sen dan Raja Sihanouk, masyarakat Melayu-Campa atau    Khmer Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan beragama.Masjid difungsikan kembali dan demikian juga madrasah – madrasah.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara ditandai dengan tersebarnya Islam di seluruh kawasan Asia Tenggara.Sehingga, hampir di setiap Negara di kawasan Asia Tenggara terdapat umat Muslim.

             Kemunduran Islam di Asia Tenggara

Abad ke XVII merupakan periode khusus yang disebut sebagai “ krisis”.Krisis itu pada dasarnya adalah kemunduran kawasan Asia Tenggara dari perdagangan Internasional yang sebelumnya hampir selalu terkait dengan kemenangan ekonomi dan militer VOC.Krisis itu dalam kaitannya dengan perkembangan secara global seperti diberlakukannya pembatasan perdagangan di Jepang, bencana kelaparan, kemerosotan jumlah penduduk dan disintegrasi internasional Cina, juga pecahnya peperangan di Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Turki, dan Negara – Negara Eropa lainnya.

Akibatnya bagi Asia Tenggara, kondisi di atas dilihat sebagai awal kemiskinan kawasan ini pada masa – masa berikutnya.Dalam masa itulah sejak abad XVII ini kelompok etnis Cina muncul sebagai pedagang minoritas yang dominan.Posisi dominan pedagang Muslim menjadi terdesak terutama setelah kekalahan Aceh dan Mataram tahun 1629 M dan diperparah dengan monopoli perdagangan oleh VOC di berbagai pelabuhan Nusantara.




Kebangkitan Islam di Asia Tenggara

Kebangkitan Islam ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam, diantaranya pertama, mulai sadarnya para ulama untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Ketika itu banyak masuk ajaran-ajaran lain dan diterima sebagai ajaran Islam, padahal sebenarnya ajaran tersebut bertentangan dengan Islam, seperti bid’ah, khurafat, dan tahayul. Menurut pandangan mereka ajaran-ajaran seperti inilah yang menjadikan Islam mundur. Untuk itu mereka bangkit dalam rangka membersihkan Islam. Gerakan pemurnian ini juga sering disebut sebagai gerkan reformasi. Kedua, dengan didominasinya bidang politik dan peradaban oleh Barat, sehinga persentuhan dengan mereka menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalannya. Karenanya mereka berusaha mencontoh Barat dalam bidang politik dan peradaban. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketinggalan dan mencapai kemerdekaan.

Kebangkitan Islam di Timur Tengah dan di Anak Benua India ini mempengaruhi kebangkitan Islam di wilayah Asia Tenggara yang mempunyai nasib serupa dengan Anak Benua India. Di Asia Tenggara, pada awal abad ke-20 muncul kaum intelektual muslim seperti Daud Patani, Tok Kenali, Sayyid Syaikh al-Hadi, dan Tahir Jalaluddin. Mereka merupakan perintis pioner-pioner dengan pendekatannya yang reformis terhadap konsep-konsep dan hukum Islam (kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah)[3], walaupun tidak setenar para pembaharu dari Timur Tengah dan Anak Benua India.

Pada abad ke-19 kebangkitan Islam diawali dengan suatu gerakan yang dikenali sebagai revivalisme awal[4], yang memfokuskan perhatiannya pada masalah-masalah keagamaan yang sifatnya intern umat Islam seperti taklid buta, praktek-praktek terikat yang mengkultuskan para wali, dan pengkeramatan benda-benda tertentu. Seperti halnya Wahabi ini dianggap menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga perlu diberantas. Ada empat gerakan yang dicatat oleh Hans-Dieter Evers dan Sharon Siddique, yaitu :

1.      Gerakan penolakan atas rasionalisasi, yaitu penolakan atas demistifikasi dunia.

2.      Gerakan sebagai sebuah usaha untuk mengatasi tekanan-tekanan modernisasi.

3.      Gerakan anti-imperalis dan hegemoni.

4.      Gerakan pembaruan yang merupakan doktrin agama itu sendiri/determinasi doktrinal dan sejarah. Menurut John L Esposito bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara bukan sebagai reaksi terhadap modernitas Barat melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembaruan yang selalu muncul, yang menunjukan keberlangsungan tradisi Islam dalam Sejarah (1983).

Abad XII dan XIII Islam di Asia Tenggara sampai di pesisir Malaka, Pasai, dan Aceh. Sedang cerita-cerita tradisional yang penuh dengan kisah tentang perjuangan kaum muslim awal di kawasan masyarakat muslim di Indonesia, Malaysia, Singapaura, Brunai, Filiphina Selatan, dan Muangthai Selatan.

Penjajahan atau bangsa Barat yang modern dan berlainan agama di Asia Tenggara mendorong mereka untuk mengadakan pembaharuan dan melepaskan diri dari kuku cengkeramannya karena selama masa kolonialisme Barat, umat Islam diperlakukan tidak adil  dalam berbagai hal.

            Terdapat latarbelakang munculnya kebangkitan di Asia Tenggara yaitu :

1.      Paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah tercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat, pemujaan terhadap orang suci dan hal lain yang membawa kekufuran.

2.      Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan usaha, umat Islam maju dizaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Maka selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk ijtihad tidak mungkin mengalami kemajuan sehingga perlu adanya kebangkitan untuk memberantas kejumudan.

3.      Umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan sehingga adanya persaudaraan yang diikat oleh tali ajaran Islam.

4.      Hasil kontak antara dunia Islam dan Barat yang membuat Islam sadar bahwa mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat.

Setelah mempunyai latarbelakang yang seperti itu maka muncul beberapa modal utama kebangkitan Islam di Asia Tenggara yaitu : (1) Rakyat yang beriman dan bertaqwa, (2) Jama’ah Islam yang bercita-cita besar untuk mengislamkan dunia dengan menelusuri hadits Rasulullah, (3)Pemimpin Islam yang berwibawa dalam hal akhlak, ketabahan, keberanian, kasih sayang, fikrah dan ushlub perjuangannya demikian menonjol, (4) Fikrah (minda) yang global maksudnya adalah pemimpin dalam memahami dan mengamalkan Islam serta menerapkan kaedah-kaedah perjuangan yang sudah diakui dan terbukti keunggulannya, (5) Asa peradaban yang kokoh yang mencakup segala aspek kehidupan manusia, (6) Pejuang-pejuang Islam yang gigih, (7) Sumber alam yang kaya yang menjadi modal tambahan untuk memperjuangkan sistem hidup Islam ke seluruh dunia, dan (8) Jumlah penduduk Islam yang banyak

Melihat etos sosio - politik yang berbeda-beda dimasing-masing negara Asia Tenggara, maka bentuk islamisasi dan derajat intensitasnya beragam pula. Di Indonesia dengan latar belakang Islam Jawa, pemerintahan senantiasa mencurigai kegiatan-kegiatan keislaman dan memperlemah partai kaum muslim[5], pemintaan pendidikan tipe pesantren tidak pernah meningkat. Di Malaysia dimana Islam merupakan agama resmi dan kelompok terbesar penduduknya adalah muslim, perkembangan dan kekuatan kelompok-kelompok dakwah telah mampu memaksa pemerintah untuk mendukung mereka. Dan untuk mendapatkan legitimasi dari kaum muslimin, pemerintah memenuhi tuntutan dengan bukti lewat islamisasi mesin pemerintahan. DI Brunei, pemerintahan sangat mendukung perkembangan dan kemajuan Islam. Sementara di Singapura walaupun negara sekuler, namun Islam dan kaum muslimin dilindungi. Disana banyak dibangun masjid dengan dilengkapi peralatan modern, sedangkan di Muangthai walaupun umat Islam harus lebih dahulu berjuang lama, namun pemerintah bersimpati yang akhirnya melindungi identitas mereka dan menghasilkan rencana pembangunan Institut Islam di Muangthai Selatan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara terkecuali Indonesia dan Brunei, tidak berjalan mulus karena pada dasarnya pemerintah cenderung konservatif dan mentolerir yang prokemapanan atau Islam resmi. Setiap bentuk praktek keislaman yang dipandang menyimpang dari kehidupan politik slalu mendapat pengawasan.


Asia Tenggara Pasca Kemerdekaan

            Sistem politik yang dijalankan adalah Demokrasi Liberal sebagaimana Inggris. Keadaan seperti ini berlangsung sampai tahun 1960. Pada tahun 1980-an peran Islam dalam politik lebih kelihatan baik ditingkat lokal maupun nasional. Misalnya PAS, dalam kampanyenya menyatakan pembentukan Negara Islam. Dalam hal ini PAS mendapat dukungan dari wilayah-wilayah yang didominasi muslim seperti Kelantan, Trengganu, Kedah, dan Perlis. Sejak saat itu dimana-mana terdapat tanda-tanda konformitas yang cukup besar terhadap tatacara hidup Islam di Malaysia.

            Kajian-kajian keislaman dikalangan kaum muslimin meningkat. Lembaga-lembaga yang merefleksikan visi Islam dibangun, seperti lembaga pendidikan, kesehatan, perbankkan, perdagangan, maupun Industri. Badan-badan dan perkumpulan Islam baru yang memiliki komitmen untuk mewujudkan cita-cita Islam menjamur.

            Adapun tentang pendidikan Islam di Malaysia semakin membaik, karena sejak tahun 1956 mulai dikenalkan dalam sistem sekolah nasional dengan alokasi waktu 2 jam per minggu. Peraturan ini diterapkan mulai dari sekolah dasar selama 6 tahun dan sekolah lanjutan selama 5 tahun. Sedangkan untuk melanjutkan ke fakultas studi-studi Islam di perguruan tinggi, para murid menjalani pra Universitas, yang didalamnya dipelajari bahasa Arab, Syari’ah, Ilmu Ushuluddin, dan Sejarah Islam selama 2 tahun.Sekolah Tinggi Muslim Malaya berdiri sejak sebelum kemerdekaan dan  merupakan tempat pendidikan Islam tertinggi di Malaysia. Namun cita-citanya untuk menjadi Universitas kandas dengan dibukanya Fakultas studi-studi Islam di Universitas Nasional Malaysia pada tahun 1970, sehingga kedudukan Sekolah Tinggi Muslim Malaya hanya setingkat prauniversitas yang memberikan kurikulum campuran yakni mata kuliah keagamaan dan sekuler.

            Adanya banyak perbaikan pendidikan Islam di Malaysia merupakan reaksi pemerintah terhadap tuntutan masyarakat Islam yang peduli terhadap masalah ini. Dalam menanggapi kebutuhan komunitas muslim untuk menghasilkan teknokrat dan teknolog yang Islami, Institut Teknologi juga memutuskan dan menyusun mata kuliah Islam sebagai mata kuliah pelengkap bagi semua mahasiswa Islam. Namun pemerintah Malaysia tidak berencana untuk menyusun mata kuliah Islam sebagai mata kuliah pelengkap di semua Universitas.

            Pada tahun 1981 perdana menteri menganjurkan agar semua akademi dan universitas agar menawarkan mata kuliah peradaban Islam. Dilanjutkan penjelasannya pada September 1982 bahwamata kuliah tersebut dimasukkan dalam pelajaran Sejarah Kekaisaran Inggris. Pembahasannya akan didekati dari sudut pandang yang tidak terikat, seperti caranya para orientalis dalam menggambarkan peradaban Islam. Namun karena pelaksanaannya diserahkan masing-masing lembaga, hasilnya tidak sama dimasing-masing Universitas. Baru pada sekitar tahun 1983 Universitas Islam Internasional didirikan atas dasar prinsip-prinsip dan filsafat pengetahuan dan pendidikan Islam yang direkomendasikan oleh konferensi dunia I tentang pendidikan Islam yang diadakan di Makkah pada tahun 1977.

Akan tetapi pada saat ini realitas mengatakan bahwa kaum muslimin tidak tergabung lagi dalam satu wadah/partai. Sejalan dengan perkembangan pemikiran mereka, masing-masing berlomba-lomba membentuk wadah organisasi dengan menyampaikan visi dan misi dalam rangka merangkul pengikut. Di antara partai-partai Islam tersebut adalah Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan dan Partai Bulan Bintang. Dalam bidang pendidikan Islam, Indonesia selalu mendapat sorotan, karena memiliki penduduk terbesar didunia. Dari tahun ke tahun lembaga tinggi Islam terus berkembang, sehingga pada tahun 1982 jumlahnya meenjadi 140 yang tedaftar di Departemen Agama. Jumlah ini di luar yang dalam proses pendaftaran.

Sejak tahun 1960-an pengetahuan Islam telah masuk ke dalam kurikulum sekolah-sekolah dan universitas-universitas negeri. Hal ini berkat adanya Ketetapan MPR tahun 1973 maupun 1978 yang menyatakan bahwa pengetahuan agama adalah suatu mata pelajaran atau mata kuliah wajib bagi sekolah-sekolah negeri mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Melihat realitas yang ada, maka perlu kiranya diciptakan sebuah sistem pendidikan Islam sebagai pegangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 26 April 1978 dibentuk suatu perkumpulan kerja sama selruh lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang bernama Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS).

Di Brunei, sistem politik tradisioanal diberlakukan kembali dengan mengambil bentuk modern, dimana keluarga raja sebagai pemegang kepemimpinan kerajaan yang beranama Brunei Darussalam. Situasi politik dan sistem pemerintahan di negara ini sangat tenang dan  tidak begitu mengalami kesulitan karena penduduk yang masih sedikit dan mayoritas beragama Islam. Sebagian yang lain adalah penduduk pendatang sepeti Cina. Dalam hal pengaruh dari luar, Brunei sangat selektif dan berhati-hati sehingga mendukung tradisi masyarakat feodal yang diterapkan. Pendidikan agama di Brunei memegang peranan yang sangat penting dalam menyandarkan identitas kaum muslim Melayu Brunei.

Filipina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang minoritas umat Islamnya. Penduduk yang terdiri dari beberapa etnis, dan memiliki banyak pulau-pulau. Ibukotanya adalah Manila yang teletak di Pulau Luzon. Di Filipina, Islam mempunyai sejarah yang panjang. Pada umumnya kaum muslimin terdapat di wilayah selatan atau disebut Moro dan sebagian ada di Manila dan daerah - daerah pantai utara. Mayoritas orang Moro adalah nelayan dan petani, namun ada juga yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan. Walaupun Filipina sudah merdeka, namun kaum muslim hidup terpisah dari masyarakat Filipina lainnya. 

Kaum muslim Filipina tetap memegang teguh tradisi, karena bagi mereka agama merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal pendidikan umum kaum muslim Filipina ada yang mau menerima dan ada yang menolaknya. Mereka yang menerima pendidikan sekuler biasanya mudah menyatu dengan negara Filipina, sebaliknya mereka yang hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional tidak menghendaki integrasi dengan pemerintah. Walaupun antara kelompok elit tradisional dan masyarakat muslim umum terdapat  perbedaan-perbedaaan, namun masih ada perasaan persaudaraan keagamaan terutama ketika menghadapi masalah yang sama, misalnya dalam kesulitan ekonomi. Sejak berakhirnya PD II, ditetapkan kebijakan untuk menempatkan orang-orang Kristen di Mindanao, didukung dengan masuknya modal dan teknologi yang dalam beberapa kasus merugikan menyingkirkan kaum muslimin dari tempat tinggalnya.

Pendidikan Islam di Filipina, menurut Adib Manjul dilakukan di Madrasah. Madrasah di Mindanao tidak mengajarkan bahasa Inggris, bahasa nasional Filipina, kelembagaan Filipina atau keahlian teknis yang dapat menyumbang pembangunan ekonomi komunitasnya. Oleh karenanya madrasah-madrasah tersebut dianggap sebagai sekolah-sekolah informal oleh pemerintah. Dengan demikian lulusan madrasah tidak dapat dengan mudah pindah atau melanjutkan ke akademik atau perguruan tinggi yang diakui pemerintah. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pemerintah Filipina mengijinkan penggunaan bahasa Arab sebagai media pengajaran. Untuk memperoleh pendidikan Islam setingka perguruan tinggi para lulusan madrasah mengambil beasiswa-beasiswa yang ditawarkan oleh perguruan Tinggi Islam dari luar negeri seperti Al-Azhar. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan ulama yang terdidik dan profesional. Secara umum, kaum muslim Filipina menganggap bahwa pendidikan agama Islam tetap memegang peranan penting dalam masyarakat, yakni untuk menjalin hubungan dengan masyarakat muslim lainnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Di Muangthai, Islam merupakan agama kedua setelah Budha. Kaum muslimin adalah kelompok minoritas dalam kerajaan dan mereka sebagian besar berada diempat provinsi bagian selatan yaitu Satun, Narathiwat, Pattani, dan Yala. Masyarakat muslim terdiri dari beberapa etnis, dan yang paling besar yaitu etnis Melayu. Mata pencaharian mereka bermacam-macam, tapi sebagian besar adalah bertani. Di bidang politik, keinginan kaum muslimin untuk memisahkan diri sangat meresahkan kerajaan. Keinginan ini dikarenakan kaum muslimin melihat adanya keenggangan pemerintah untuk memberikan kebebasan dalam mengungkapkan aspirasi budaya mereka dan ini diartikan kaum muslimin sebagai pelumpuhan budaya umat Islam. Selain itu juga tindakan pada birokrat lokal yang tidak simpatik seringkali menimbulkan banyak kesulitan.

Setelah PD II pemerintah Thai memberikan kebebasan kepada umat Islam dalam menjalankan agamanya. Cara ini berhasil membuat kaum muslimin mau terbuka dan mau menggandeng saudaranya sesama muslim untuk berperan dalam pembangunan nasional Muangthai. Partisipasi muslim Melayu dalam sistem politik dan sebagai warga negara Muangthai mulai tumbuh sejak bangkitnya demokrasi pada tahun 1979. Dalam masalah pendidikan Islam formal di Muangthai sebagaimana di Filipina, tidak banyak yang memberikan harapan, walaupun telah bertahun-tahun berjuang untuk mengkomunikasikan aspirasi-aspirasi keagamaan mereka kepada pemerintah Muangthai. Pondok pesantren yang dulunya berfungsi sebagai tulang punggung identitas dan pertahanan Islam, sudah hilang digantikan dengan sistem sekolah agama yang modern (madrasah). Perubahan ini karena adanya peraturan pemerintah pada tahun 1970 yanag berisi bahwa semua pondok pesantren di empat provinsi (bagian selatan) harus mengubah sistem pendidikannya menjadi sekolah agama modern, para murid harus belajar beberapa mata kuliah yang diwajibkan oleh pemerintah seperti bahasa Muangthai, matematika, ilmu alam, sejarah, geografi, bahasa Inggris, dan kerajinan kayu.

Di sekolah-sekolah pemerintah, para murid yang beragama Islam diharuskan mempelajari Budhisme sebagai mata kuliah wajib. Pada perkembangannya pemerintah mengijinkan pengajaran pengetahuan Islam di sekolah-sekolah pemeintah, namun pada kenyataannya di mata orang Islam praktek ini dapat dikatakan gagal, karena para gurunya kurang bermutu dan bukan guru tetap. Para lulusan sekolah agama tidak memungkinkan bekerja di pemerintahan. Mereka rata-rata menjadi guru agama, qadhi, dan pejabat birokrasi keagamaan lokal. Maka tidaklah mengherankan jika madrasah kurang menarik bagi kaum muslim.

Singapura adalah sebuah negara kecil yang memiliki penduduk multirasial, multilingual dan multi agama. Umat Islam merupakan kelompok minoritas dan heterogen. Mayoritas kaum muslimin adalah Melayu dengan latar belakangyang berbeda-beda. Untuk menunjukkan kepada kaum muslimin tentang prinsip kebebasan dalam beragama dan melindungi kepercayaan mereka, pemerintah mendirikan Departemen Urusan Agama Islam, Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), sebagai sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden Singapura dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam.

Sebagai negara yang penduduk muslimnya sedikit, pendidikan Islam di Singapura sangat memprihatinkan. Dibawah sistem pendidikan yang maju, kaum muslim Melayu tetap saja tertinggal. Pada tahun 1982 Kementrian Pendidikan mewajibkan adanya pengajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah bagi murid yang beragama Islam pada tingkatan sekolah lanjutan. Walau pendidikan formal agama Islam di Singapura mengalami kemunduran, namun perhatian umum terhadap pendidikan Islam non formal semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena banyak orang tua yang mengirim anaknya kesekolah pemerintah, tetapi mereka juga tidak ingin anaknya miskin pengetahuan agama Islam.

Gambaran sekolah formal di Singapura saat itu masih kekurangan fasilitas sebagai lembaga pendidikan modern. Gedung yang sudah tua dan tidak ada kegiatan ekstra kurikuler di sekolah karena tidak ada guru yang mau menerima latihan apapun dalam bidang seni dan teknik, sekalipun ada diantara guru-guru yang memiliki gelar dari universitas-universitas Islam. Melihat kekurangan dan kelemahan dalam pendidikan Islam, sementara kebutuhan kaum muslimin untuk meningkatkan standar hidup melalui pendidikan.

C.    MODERNISASI ISLAM DI ASIA TENGGARA


Pada abad ke-20, dimulai penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam modern di Asia Tenggara oleh seorang murid dari Muhammad Abduh yang bernama Rasyid Ridha (1865-1935) yang menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir. Majalah ini menjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh yang dapat berpengaruh langsung kepada gerakan modernisme Islam di Asia Tenggara sehingga menjadi lebih tersebar luas di seluruh dunia Islam.

Tidak diragukan lagi media cetak menjadi perangkat yang instrumental dalam penyebaran ide-ide kaum pembaharu atau modernis di Asia Tenggara, terutama di Melayu-Indonesia. Dalam konteks ini, jurnal Al-Manar secara signifikan tidak hanya mempengaruhi wacana pembaharuan Islam lewat artikel-artikelnya tetapi juga yang lebih penting adalah merangsang penerbitan jurnal dengan semanagat yang sama di Asia Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia sehingga tulisan ini merupakan usaha awal untuk menggambarkan dan mendiskusikan penyebaran pembaharuan Islam di Asia Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia melalui perangkat jurnal yang diterbitkan diwilayah ini terutama al-Imam (Singapura) dan al-Munir (Padang), serta jurnal-jurnal lainnya.

Tulang punggung al-Manar adalah tokoh pembaharu yaitu Muhammad Rasyid Ridho karena dipengaruhi oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh (guru pertamanya), yang ikut serta menerbitkan jurnal terkemuka yaitu al-‘Urwah al-Wutsqa’ kemudian Muhammad Rasyid Ridha menerbitkan sendiri al-manar (tempat cahaya) pada 1898 di Kairo dalam bentuk mingguan sampai bulanan dan akhirnya berhenti terbit pada 1935. Tujuan diterbitkannya al-Manar adalah mengartikulasikan dan menyebarkan ide-ide pembaruan serta menjaga keutuhan umat Islam.










BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN


Kedatangan Islam di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina , Gujarat. Iran, Yaman, dan Arabia Selatan.Ada beberapa teori mengenai sejarah proses masuknya Islam di Asia Tenggara. Pertama Islam langsung datang dari Arab atau Hadromaut, teori kedua bahwa Islam datang dari India , dan teori ketiga bahwa Islam dating dari Benggali ( Bangladesh ).Sedangkan Islam masuk ke Asia Tenggara melalui 6 jalur, diantaranya yaitu melalui pedagangan, pernikahan, tasawuf, kesenian, pendidikan , dan poltik.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara ditandai dengan tersebarnya Islam di seluruh kawasan Asia Tenggara.Sehingga, hampir di setiap Negara di kawasan Asia Tenggara terdapat umat Muslim.

Pada abad ke-20, dimulai penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam modern di Asia Tenggara oleh seorang murid dari Muhammad Abduh yang bernama Rasyid Ridha (1865-1935) yang menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir. Majalah ini menjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh yang dapat berpengaruh langsung kepada gerakan modernisme Islam di Asia Tenggara sehingga menjadi lebih tersebar luas di seluruh dunia Islam.







DAFTAR PUSTAKA

 


Abdurrahman, D. (2002). Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogjakarta: LESFI.

Al- Azizi, A. S. (2014). Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta:SAUFA

Amin, S. M. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.

Supriyadi, D. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.




[1] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern,Yogyakarta: LESFI,2003, hlm.318

[2] Abdul Syukur Al- Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap,Jakarta:Diva Press,2014,hlm. 436

[3] Chandra Muzaffar, “Kebangkitan Islam; Suatu Pandanan Global dengan Ilustrasi dari Asia Tenggara”, dalam Muzani (ed.), Pembangunan dan Kebangkitan, hlm.60

[4] Tentang revivalisme, modernisme, neo-revivalisme, dan neo-modernisme, lihat Fazlur Rahman, “islam; Challenges and Opportunities,” dalam Alford T.Welch dan Pierre Charcia (eds.) Islam; Past Influence and Present Challenge (London; Endinburgh University Press, 1979).

[5] Lihat Straits Time, 19-20 Juli dan 29 Agustus 1989.


Artikel Terkait