MAKALAH
METODE BERPIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT ILMU
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
MARIANA
PENA MELINDA
PUTRI MUSTHARI MAKMUR
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
الرَّحِيمِ الرَّحْمنِ اللهِ بِسْمِ
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Metode berpikir ilmiah dan Filsafat Ilmu”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam prosespembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Barru, 29 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Pengertian Metode Berpikir Imiah dan Filsafat Ilmu.................................. 3
B. Perbedaan Metode dan Metodologi .......................................................... 4
C. Pembagian Ilmu Berdasarkan Objek yang di amati..................................... 4
D. Pola umum langkah metode ilmiah............................................................... 6
E. Pembagian Metode Siklus Empirik dan Metode Linear ........................ 7
F. Sikap dan Aktifitas Ilmiah ........................................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
A. Kesimpulan................................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................................. 11
DAFTARPUSTAKA.................................. ..................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bersama, bahwa di era post-modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya, karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.
Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka digunakanlah metode ilmiah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari metode ilmiah dan filsafat ilmu?
2. Apa perbedaan metode dan metodologi?
3. Jelaskan pembagian ilmu berdasarkan objek yang diamati dalam metode ilmiah beserta cirinya?
4. Sebutkan dan Jelaskan pola umum metode ilmiah?
5. Jelaskan dari Pembagian Metode Siklus Empirik dan Metode Linear !
6. Bagaimana prosedur berpikir ilmiah ?
C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.
Tujuan khusus adalah untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembaca mengenai metode ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Ilmiah dan filsafat ilmu
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Meta yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan Hodos yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin methodus berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Sebelum menjelaskan ilmiah terlebih dahulu harus mengetahui dulu ilmu.Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Pengertian Ilmiah secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode Ilmiah.
Sehingga di dapat metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Sementara filsafat ilmu berasal dari bahasa yunani,philosophia : “Philein” artinya cinta,mencintai,”Philos” pecinta,”Sophia” kebijaksanaan atau hikmat.Jadi filsafat artinya cinta akan kebiksanaan.Cinta artinya hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau sungguh-sungguh.kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran sesungguhnya.
Filsafat membawa kepada pemahaman dan tindakan.Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin,dan menerbitkan dan mengatur semuanya itu di dalam bentuk yang sistematis.Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita dalam tindakan yang lebih layak.Keinginan kefilsafatan adalah pemikiran secara ketat.
Filsafat merupakan suatu analisis secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran suatu masalah dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atau suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan.
B.Perbedaan Metode dan Metodologi
Metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai cara-cara, aturan-aturan dan patokan-patokan prosedur.Jalannya pendidikan, yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Sedangkan metode bersangkutan dengan cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematik menurut metodologi itu, agar tercapai suatu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.
C.Pembagian Ilmu Berdasarkan Objek yang Diamati dalam Metode Ilmiah Beserta Cirinya
Berdasarkan objek yang diamati dalam metode ilmiah,maka ilmu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Naturwissenschaft
Istilah jerman naturwissenschaften berarti ilmu kealaman yang objeknya adalah benda-benda fisik. Termasuk dalam tipe ilmu-ilmu kealaman adalah ilmu-ilmu seperti ilmu-ilmu fisika, kimia dan biologi, serta ilmu-ilmu khusus lain yang merupakan pengkhususan lebih lanjut ataupun cabang-cabang dari ilmu-ilmu tersebut, yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri, misalnya Fisiologi, Anatomi dan sebagainya.
Ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ilmu-ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara langsung. Data-data indrawi yang merupakan objeknya harus dimengerti tepat menurut penampakannya, dalam keadaan luas, keras, tinggi dan sebagainya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diidentifikasi, dan diklasifikasi secara ilmiah, yaitu digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu. Perkembangannya sebagai ilmu alam modern dewasa ini, maka registrasi indrawi tersebut dilakukan alam wujud eksperimen.Eksperimentasi ilmu-ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati, seperti elektron dan ini protein (Van Melsen, 1982).
Ilmu-ilmu kealaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata bersifat empiris-eksperimental.Ciri selanjutnya dari ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ada suatu determinisme dalam objeknya, sedemikian rupa sehingga suatu aksi tertentu niscaya menimbulkan reaksi tertentu pula.Hukum aksi-reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik, karena itu eksperimen-eksperimen yang dilakukan pada prinsipnya dapat diulang.Selain sifat penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif sedikit, gejala fisik yang diamati pada umumnya seragam.
Geisteswissenschaften /the humanities
Geisteswissenschaften berarti ilmu-ilmu budaya atau ilmu-ilmu yang objeknya adalah hasil atau ekspresi roh manusia.Geisteswissenschaften sering disebut ilmu-ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu human/kemanusiaan, yang dalam kerangka penulisan ini untuk selanjutnya digunakan istilah ilmu-ilmu sosial-humanistik. Ilmu yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial-humanistik ini antara lain adalah Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi sosial/budaya, Ilmu Hukum, Psikologi (untuk sebagian), Ilmu Bahasa, dan Ilmu Komunikasi (Theodorson, 1970)
Ilmu-ilmu sosial humanistik seringkali disebut juga ilmu-ilmu tingkah laku (Behvioral science) dan melalui istilah Geisteswissenschaften tercakup pengertian luas, sehingga kerap kali mencakup juga ilmu pengetahuan budaya.Ilmu-ilmu sosial humanistik ini bersangkutan dengan aspek-aspek tingkah laku manusiawi, sebab pada dasarnya berobjekkan hasil atau ekspresi roh manusia yang dalam wujudnya tampak sebagai bahasa, permainan, syair, agama, institusi (bentuk bentuk kelembagaan)(Bakker, 1986). Objek ilmu-ilmu sosial humanistik ini merupakan gejala yang dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris, tetapi sekaligus termuat didalamnya arti, nilai, dan tujuan. Hal ini senantiasa terkait pada kenyataan bahwa manusia berbeda dengan binatang dan benda-benda fisik lainnya, hidup alam, dunia yang terdiri dari barang-barang yang dibuatnya sendiri serta dalam tujuan-tujuan yang dipikirkannya dan diterapkannya sendiri. Lapangan penyelidikan ilmu-ilmu sosial humanistik meliputi apa yang diperbuat manusia dalam dunianya serta yang dipikirkan tentang dunia tersebut (Rickman, 1967). Ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanistik mempunyai ciri yang khas, yaitu normatif-teologis.Ilmu-ilmu sosial dan humanistik menemukan arti, nilai, dan tujuan.
D.Pola umum langkah metode ilmiah
Bersesuaian dengan Jujun S.S.(1987), Titus dkk menjelaskan enam pola umum langkah metode utuk memperoleh pengetahuan yaitu:
1. Kesadaran adanya problema
Kesadaran akan adanya problema adalah penting sekali.karena hanya demikian suatu pemikiran dan penyelidikan itu mungkin untuk diawali. Dalam hal ini, kemampuan untuk melukiskan problema secara jelas dan benar dalam suatu definisi adalah penting.Karena hanya dengan demikian pula pengumpulan data yang faktual baru mungkin.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang relevan, yang juga memerlukan kesabaran dan lebih-lebih kemampuan untuk menguji data-data apakah faktual atau tidak.Pada persoalan yang sulit, untuk mendapatkan data-data seperti itu, memerlukan pemikiran dan penyelidikan yang saksama dan tidak aneh jika memerlukan waktu bertahun-tahun.
Penertiban data
Dalam masalah ini, diperlukan kemampuan analisis dan pengelompokan. Bagi metode ilmiah, memperbandingkan dan mempertentangkan data yang satu dengan data yang lain untuk diatur dalam urutan yang sesuai dengan kepentingan adalah pokok. Jadi, setiap data harus diberi nomor, dianalisis, dan diklasifikasikan.
Pembentukan Hipotesis
Langkah ini penting ketika melakukan pemeriksaan problem.Hipotesis dapat dibentuk setelah diperoleh data-data yang cukup.Dalam membentuk hipotesis, hal yang penting adalah harus bersifat masuk akal.Artinya, suatu deduksi harus dapat dicoba dan berfungsi sebagai petunjuk bagi penyelidikan selanjutnya.
Penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis
Maksudnya, hipotesis menjadi dasar penarikan deduksi atau kesimpulan mengenai jenis susunan dan hubungan antara hal-hal atau benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.
Verifikasi
Masalah pengujian kebenaran dalam ilmu pengtahuan, keputusan akhirnya terletak pada fakta.Jika fakta tidak mendukung suatu hipotesis, maka hipotesis lain dipilih.Dengan demikian selanjutnya, kecuali fakta (data empirik), kaidah umum, atau hukum tersebut telah memenuhi persyaratan pengujian empiris.Terhadap hal ini, kaum rasionalis menyatakan bahwa suatu hipotesis baru bisa diterima secara keilmuan bila konsisten dengan semua hipotesis yang sebelumnya telah diuji kebenarannya.
E. Pembagian Metode Siklus Empirik dan Metode Linear
Metode siklus-empirik ini mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi.Watak siklusnya tampak dalam hal bahwa setelah melakukan evaluasi, dimungkinkan dilakukannya lagi observasi-observasi yang kemudian dilanjutkan dengan tahapan-tahapan selanjutnya. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runtut dari segenap tahapan prosedur ilniah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut seringkali dilakukan secara bersamaan (soejono Soemargono, 1976).
Observasi, maka yang dimaksudkan adalah bahwa tahapan ini berbuat lebih dari sekedar melakukan pengamatan biasa. Kenyataan empirik yang terjadi maka objeknya diselidiki, dikumpulkan, diidentifikasi, didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah. Observasi mencari saling hubuingan dari bahan tersebut dan disoroti dalam suatu kerangka ilmiah.
Induksi. Pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Induksi dipermudah dengan digunakannya alat-alat bantu matematik dalam merumuskan serta mengumpulkan data-data empirik. Pengukuran secara kuantitatif terhadap besaran-besaran tertentu yang saling berhubungan, maka hubungan tersebut dapat digambarkan dalam simbul matematika. Apabila suatu kejadian terjadi secara berulang-ulang (terjadi keajegan), maka pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum.
Deduksi-deduksi logis, yaitu data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Pernyataan sistem semacam ini juga tergantung dipergunakannya pengertian-pengertian operasional tertentu, yaitu bahasa buatan dalam rangka teori ilmiah. Berdasarkan sistem semacam ini dapatlah dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus tertentu.
Observasi eksperimental, yaitu pernyataan yang telah dijabarkan secara deduktif (secara rasional). Diuji dengan melakukan verifikasi atau klarifikasi secara empirik. Verifikasi atau klarifikasi secara empirik dimaksudkan untuk mngukuhkan pernyataan-pernyataan rasional hasil deduksi sebagai teori. Verifikasi merupakan tahapan untuk mengukuhkan atau menggugurkan pernyataan-pernyataan rasional hasil dari deduksi-deduksi logis.
Sedangkan, metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi, konsepsi, dan prediksi. Persepsi adalah penangkapan data melalui indra. Konsepsi adalah pengolahan data dan penyusunannya dalam suatu sistem.Prediksi adalah penyimpulan dan sekaligus peramalan.
F. Sikap dan Aktifitas Ilmiah
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah memiliki 6 karakteristik, yaitu:
Rasa ingin tahu yaitu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam rangka mencapai pemahaman.
Spekulatif adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis (tentu bersifat dedukatif) untuk mencari solusi terhadap permasalahan.
Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas terhadap apa yang dianggapnya benar.
Keterbukaan adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.
Kesediaan untuk menunda penilaian artinya tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban, jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan.
Tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
2. Aktivitas Ilmiah
Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar.
Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah tersebut diantaranya:
Menyusun sesuatu yang disebut masalah
b. Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam bentuk yang operasional
c. Menyusun hipotesis/dugaan sementara
d. Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian
e. Mengumpulkan data yang diperlukan
f. Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul
g. Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan
Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan.Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan atau mengembangkan pengetahuan. Pola umum tata langkah metode ilmiah mencakup Kesadaran akan adanya problema, pengumpulan data, penertiban data, pembentukan hipotesis, penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis, dan terakhir verifikasi.Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menggunakan metode siklus-empiris.Metode siklus-empiris terdiri dari 5 tahapan yaitu observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Ilmu-ilmu sosial dan humanistik pada umumnya menggunakan metode linier dan analisisnya dimaksudkan untuk menemukan arti, nilai dan tujuan.Metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi, konsepsi, dan prediksi.
B. Saran
Dalam melakukan sebuah penelitian, sebaiknya digunakan metode yang tepat.Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode ilmiah.Dengan metode ini dapat mengungkapkan dan mengembangkan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Suria sumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut Agama Islam Darussalam.
A. Mirawihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.
Ahmad Saebani, Beni. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Pustaka Setia.
Makalah Metode Berfikir Ilmiah Dan Filsafat ilmu
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)